Penampilan Vanya berhasil membuat Kevin panas dingin, gairahnya menyala. Seakan membangunkan macan yang sedang tidur. Sebagai pria dewasa yang sudah pernah menikah tentu saja ada kebutuhan batin yang harus dipenuhi dan kedatangan Vanya ke Jakarta seakan menjadi pelipur dahaga.Kevin memeluk tubuh ramping Vanya dan mendesak masuk, menggunakan kakinya untuk menutup pintu. Vanya rebah di sofa dan langsung mendapat serangan dari Kevin. Bibir mereka bertemu dalam pagutan liar dan panas serta tangan terampil menyusup ke dalam gaun tipis yang dikenakan Vanya, menyentuh gundukan kenyal nan lembut.Bibir Kevin berpindah pada leher jenjang wanita yang mulai mendesah karena kecupan dan gigitan kecil yang dilakukan pria itu. Bahkan desahan semakin keras saat tali gaun perlahan diturunkan dan menunjukan bagian depan tubuh Vanya yang tidak menggunakan penutup berenda.“Vanya … panggil namaku,” bisik Kevin dengan suara beratnya.“Hmm.”Vanya menikmati sentuhan tangan Kevin mulai meraba di bawah sana
Beberapa hari absen bekerja membuat tugas Rara menumpuk. Ditambah teguran dari Robert karena rencana cuti mendadak dari gadis itu. Kalau bukan track record hasil kerja yang baik, mungkin Rara akan mendapatkan teriakan atau bahkan makian dari pimpinan divisinya.“Eh, ada gossip baru,” ujar Marni membuat beberapa orang lainnya mendekat.“Gosip apaan sih?” tanya yang lain. Rara dan Slamet masih fokus pada apa yang dikerjakan meskipun telinga mendengarkan dengan baik apa yang dibicarakan.“Pak Kevin Baskara sudah mengakhiri masa dudanya," ujar Marni dengan gaya tukang gosip sejati.“Hah, serius?”“Siapa perempuan yang beruntung itu, ah kenapa nggak gue sih?”Rara sempat terpaku sejenak, karena yang dibicarakan adalah dirinya. Apa mungkin berita pernikahannya dengan Kevin sudah diketahui orang-orang kantor.“Masih rahasia, karena ini gue dapat dari orang terdekat Pak Kevin. Pernikahannya juga di luar kota dan dihadiri orang tuanya doang. Menurut kalian aneh nggak sih?” tanya Marni pada be
Kevin menyambut uluran tangan Vanya.“Kevin.”“Dia kakakku, kamu jangan menggodanya karena dia baru menikah dengan kakak ipar,” ujar Kamila dan Vanya hanya mengedikkan bahu dan mengulurkan tangannya pada Rara.“Rara,” ujar Rara dan Vanya tidak terlihat antusias seperti saat bersalaman dengan Kevin.Makan malam pun terlaksana seperti biasa, meskipun Rara sangat khawatir dengan keberadaan Vanya. Begitu pun dengan Kevin, hanya saja dia tidak menunjukan rasa itu dan menikmati makan malam seperti tidak ada masalah. Mihika mengusulkan agar malam ini Kevin dan Rara menginap.Setelah makan, keluarga tersebut berpindah ke ruang keluarga untuk berbincang. Mihika membahas mengenai resepsi pernikahan.“Aku ikut saja, biar WO yang mengurus.”“Harus secepatnya Kevin dan pernikahan kalian harus segera di publish. Tidak mungkin Rara terus menjadi staf di kantor, padahal suaminya memiliki jabatan tertinggi,” seru Arka.“Kalian kapan rencana honeymoon?” tanya Mihika pada putra dan menantunya.“Aku belu
“Hati-hati Mbak. Kalau nggak ada saya, kening Mbak Rara pasti sudah kenalan sama lantai.”“Iya, makasih ya Slamet,” ujar Rara sambil melepaskan tangan pria itu dari pinggangnya.Kevin masih menatap Rara dan Slamet dengan tatapan tidak biasa dan mengumpat dalam hati menuduh Rara memang ada hubungan dengan Slamet. Ternyata hal tersebut membuat Kevin tidak fokus dengan pekerjaan. Selain karena semalam gagal bersama Vanya dan wanita itu terus saja mengirimkan pesan menuduh dirinya menyukai Rara bahkan mungkin sudah menyentuhnya, juga kemungkinan Rara berhubungan dengan Slamet.“Argh.”Akhirnya Kevin pulang lebih awal dari biasanya. Ada hal yang harus dituntaskan dan Vanya tidak bisa dihubungi. Tidak mungkin pria itu mengajak Rara, selain Kevin pernah mengatakan tidak tertarik dengan gadis itu dan ia berjanji tidak akan menyentuhnya.Rara tiba di apartemen lebih lambat dari jam pulang kerja karena menggunakan angkutan umum dan sempat terjebak macet. Tangannya sudah memegang handle pintu k
Kevin tidak melepaskan Rara dan terus merangkul erat seakan takut kehilangan. Terdengar dengkuran halus yang menandakan pria itu sudah terlelap. Rara bergerak pun sulit dan memberontak sampai harus menyakiti pria itu rasanya berlebihan. Boleh saja Kevin angkuh dan pernah menghinanya, tapi pria itu sudah menolong keluarganya. Kompensasi sebagai istri bayaran bisa membiayai pengobatan Ayahnya.Rara menatap Kevin yang sudah terlelap, pria itu tertidur nyaman bagai bayi. Puas menatap wajah suaminya, perlahan Rara tersenyum. Setiap wanita tentu saja mengharapkan berada di posisinya, menjadi istri dari pria tampan dan mapan. Apalagi rekan-rekan kerjanya, kalau tahu dia adalah istri dari Kevin Baskara mungkin akan gelapan bahkan berteriak seperti kebakaran jenggot.Dekapan tangan Kevin pun membuat Rara nyaman dan perlahan mengantuk, bahkan sudah menguap. Berharap saat sudah terlelap, Kevin akan melepaskan dekapannya dan Rara bisa segera meninggalkan kamar itu. Yang ada gadis itu mulai terpej
Vanya terbangun dan menyadari ada seorang pria bersamanya. Pria yang semalam ditemui di club. Karena kesal dengan Kevin, menjadi alasan untuknya kembali mencari kebahagiaan di luar. Meskipun sempat was-was kalau apa yang dilakukannya sampai diketahui oleh Kevin. “Hm, kamu sudah bangun?” Vanya menatap si pria dan mengusap wajah itu. Ponsel miliknya bergetar, tangannya pun terulur untuk meraih benda tersebut dari atas nakas. Tampak nama Kevin di layar ponsel, Vanya berdecak lalu mensilent dan meletakan kembali ponselnya ke tempat semula. “Kenapa tidak dijawab, apa kekasihmu yang menelpon?” “Kekasih hanya status, sedangkan saat ini ada kamu dan aku tanpa status tapi bisa memberikan kebahagiaan,” tutur Vanya memeluk pria itu. “Lebih tepatnya kepuasan. Bagaimana kalau kita ulangi lagi?” “Siapa takut.” *** Vanya terjaga dan menyadari hari sudah siang, sedangkan dia masih bergelung di bawah selimut dan pria yang membuatnya kelelahan sudah tidak ada. Dia mengernyitkan dahinya ketika me
Rara menyambut uluran tangan Harun, dengan wajah datar. Antara kaget dan bingung bertemu kembali dengan Harun dan ternyata Kevin mengenal pria itu. Tidak mungkin Rara mengatakan mengenal Harun yang hanya diam karena sama terkejutnya. Apalagi berteriak dan bertanya apa kabar mantan. Begitu pun dengan Harun, tidak menduga kalau wanita yang dikenalkan sebagai calon istri oleh Kevin Baskara adalah Rara, mantan kekasih yang pernah ia khianati. Terbersit rasa malu karena Harun pernah menghina Rara akan menjadi perawan tua atau menjual diri saja. Ternyata status gadis itu sekarang bukan kaleng-kaleng. “Pertimbangkan lagi untuk bergabung di perusahaan, kami butuh tim marketing seperti kamu,” ujar Kevin dan Harun yang terkekeh pelan setelah mengatakan kalau Kevin terlalu berlebihan. Maksudnya Kak Harun akan bekerja di perusahaan Pak Kevin, lalu kita akan sering bertemu? Ah, semoga saja Kak Harun menolak permintaan Pak Kevin, batin Rara. “Pak Kevin,” tegur Rara mengingatkan kalau mereka suda
Kurang kesal apalagi Rara pada Kevin, selain ponselnya disita oleh pria itu saat ini Rara masih berada di kantor untuk lembur mengerjakan laporan yang diminta Robert. Bahkan untuk pesan online makanan, dia minta Slamet menggunakan aplikasi ponselnya.Saat ini Rara sudah berada di lobby untuk pulang, lagi-lagi dia minta Slamet yang bantu order ojek online.“Ternyata hidupmu tidak bisa lepas dari teknologi Mbak, beli lagi yang baru jangan cuma diservice,” ejek Slamet dan Rara balas mencibir bahkan mendoronya tubuh pria kalem dengan logat jawa medoknya.Kevin baru saja keluar dari lift dan akan berbelok ke basement tapi urung saat melihat Rara dan Slamet. Tentu saja yang dilihat ada interaksi kedekatan antara dua istri dan rekan kerjanya, semakin meyakinkan Kevin kalau Rara dan Slamet memang bukan sekedar rekan kerja.“Sudah sedekat itu masih saja bilang tidak ada hubungan,” gumam Kevin bergegas menuju mobilnya.Rara tiba di apartemen lebih cepat dibandingkan Kevin, kendaraan roda dua te