Share

21. I Love You (1).

Secangkir teh hangat yang beranjak mendingin di atas meja kecil di balkon kamarnya, menjadi teman terbaik Dinah di sore ini. Berhubung ia hanya sendirian, jadi Dinah tak perlu bersusah payah untuk bercerita pada siapa pun terkait kecewanya. Pun ingatan tentang seluruh perkataan Tristan kemarin malan, kini malah berputar bagai kaset rusak di dalam otaknya. Dinah tak ingin mengakui ini, tapi nyatanya dia memang selemah itu.

Awan mendung nan kelabu memayungi langit kota di sore hari. Terlihat begitu sendu, seolah menyamai diri dengan suasana hati Dinah. Rumah, adalah tempat terakhir yang bisa Dinah pakai untuk menenangkan diri, entahlah. Ia merasa cukup santai saat tak ada seorang pun di sini. Hanya ia dan bayangannya. Sepulang dari kampusnya, Dinah sama sekali tak berniat kembali ke rumah keluarga Adiyakhsa. Persetan dengan bagaimana reaksi mereka semua. Dinah benar-benar tak mau peduli.

Tangan mungil Dinah memilin liontin kalung berinisial

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status