Share

Chapter 2

Pagi hari Ari sudah siap dan hendak berangkat tak lupa berpamitan pada istri dan anaknya dan didepan sudah ada Ilham yang sedang mencuci motornya.

"Berangkat mas,!" sapa Ilham pada Ari.

"Iya nih! Wah rajin sekali pagi-pagi sudah mencuci motor." Ari berbasa-basi memuji Ilham.

"Ah cuma nyuci motor mas!"

"Ya sudah saya berangkat dulu yah!"

"Iya mas hati-hati."

Setelah berbasa-basi Ari berangkat bekerja seperti biasa dan Lisa keluar bersama Laras.

"Eh mbak Lisa, mau kemana?" tanya Ilham.

"Eh mas Ilham, mau ke tukang sayur mas. Saya duluan yah!"

"Mau saya antar."

"Tidak usah mas, dekat kok!"

"Ya sudah hati-hati mbak."

"Iya..!"

Ilham memandangi punggung Lisa yang sudah menjauh dengan pandangan berbeda, karena setiap melihat Lisa, hati Ilham seperti bergetar dan matanya selalu ingin memandangi ibu muda satu anak itu.

Ilham menggelengkan kepala, dia tau itu salah dia segera mengenyahkan pikiran itu dia memang duda dan butuh pendamping tapi tidak dengan istri orang.

Dia bercerai dengan istrinya dan meninggalkan dua anak yang masih kecil karena lantaran istrinya berselingkuh dan selalu menjelek-jelekkannya dibelakangnya karena tak tahan selain itu iya juga kerap disalahkan dan dihina oleh mertuanya hingga ia tak tahan dan memutuskan menceraikan istrinya dan harus rela berpisah dengan kedua anaknya meski ia akan merindukannya nanti dan memilih pergi merantau di kota seberang.

Ilham bekerja sebagai supir bus wisata yang pekerjaannya bisa menghabiskan waktu berhari-hari diperjalanan dan saat libur dia juga bisa berhari-hari dirumah.

Dia sama seperti Ari tidak putih dan tidak hitam tapi berotot dan berbadan atletis karena suka berolahraga disaat libur dan wajahnya lumayan tampan dia juga baik dan ramah.

****

Ari sampai ditempat kerjanya, Zoya sudah menunggu diparkiran dengan perasaan yang tidak menentu.

Setelah Ari memarkir motornya, Ari hendak masuk tapi Zoya mencegahnya dengan memegang lengannya.

"Tunggu Ari.!" cegah Zoya menatap Ari penuh antusias.

Ari berhenti dan melihat tangan Zoya yang mencekal lengannya, pada saat itu ada hasrat tersembunyi dari Ari apalagi melihat penampilan Zoya yang saat ini berbeda.

Zoya mengenakan pakaian yang seksi dan tipis berlengan pendek dengan belahan dada yang terlihat jelas dan rok mini yang diatas lutut persis seperti wanita penggoda.

"Ada a-pa?". Ari tiba-tiba menjadi gugup, menyingkirkan tangan itu dari lengannya.

Zoya merasa senang melihat ekspresi Ari yang seperti terkesima dengannya, dia semakin sengaja menyugar rambutnya kebelakang sehingga menampakan dadanya penuh.

"Ari, kenapa semalam kamu tidak mengangkat telfon ku dan tidak membalas pesanku lagi." ucapnya manja sambil sengaja menggoyangkan dadanya.

Ari menelan ludahnya karena di pagi hari sudah disuguhkan dengan pemandangan seperti itu.

"Ee... ponselku mati habis baterei jadi tidak bisa membalas." jawabnya gugup tiba-tiba berkeringat dingin.

"Oh aku kira kamu takut sama istri kamu." jawab Zoya senang melihat keringat dipelipis Ari.

Lalu Zoya sengaja menyeka keringat dipelipis Ari dengan sentuhan seringaian bulu yang membuat Ari semakin berkeringat.

"Masih pagi begini, dan belum kerja kok kamu sudah keringaten." bagaimana Ari tidak keringatan kalau didepannya seperti ini.

"Maaf bu, aku harus kerja." Ari buru-buru pergi dia takut otaknya membayangkan sesuatu yang buruk.

"Eh...tunggu!" ucap Zoya, tapi setelah itu dia tersenyum miring.

"Dia pasti tidak tahan dengan godaanku." ucapnya tersenyum sinis dan segera masuk keruangannya.

****

Ditempat penyimpanan barang karyawan, Ari menghela nafas lega dan mengusap keringatnya.

"Sial, dia cantik sekali, dia selalu berhasil menggodaku hampir saja juniorku terbangun." gumam Ari sambil menyentuh juniornya.

"Kenapa kamu Ri?" tiba-tiba Hendra datang dan mengagetkannya.

"Eh kamu Hen, mengagetkan saja." kata Ari melepas tangannya dari bawah.

"Masih pagi jangan melamun ". kata Hendra lagi sambil menaruh barang nya di loker.

"Ah siapa yang melamun? aku hanya kaget saja." jawabnya mengelak.

"Kaget kenapa? perasaan aku tidak mengagetkan kamu." kata Hendra heran.

"Ah sudahlah tidak usah dibahas, aku duluan yah!" ucap Ari berlalu pergi.

Hendra hanya menggedikkan bahu acuh.

****

Saat Ari sedang bekerja Zoya tak henti-hentinya memandangi lelaki itu tak ada pandangan lain apa selain Ari membuat Santi temannya yang malah menjadi tak nyaman.

"Eh Ya, tidak bosan-bosan apa mandangin dia terus." Santi menyenggol lengan Zoya dengan sengaja.

"Kamu, mengganggu saja! terserah aku dong."

jawab Zoya acuh.

"Eh, kerjaan tuh numpuk." Santi menunjuk keberkas laporan yang terdapat dimeja kerja Zoya.

"Ah ini mah gampang." kemudian Zoya berdiri mengambil minumannya.

"Eh mau kemana?" tegur Santi karena Zoya malah mengabaikan pekerjaannya.

"Mau nyamperin ayang beb dulu." katanya dengan mengerlingkan mata dan berlalu pergi.

"Eh dasar kamu, jangan ganggu suami orang Zoya." saran temannya, tapi tak dipedulikan Zoya.

"Suka-suka aku." jawabnya tanpa merasa berdosa.

Santi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan jelek temannya itu.

"Hai, lelah yah! ini minum dulu." Zoya menyodorkan minumannya kepada Ari, saat Ari menyeka keringatnya.

Ari tersenyum canggung dan melihat sekelilingnya tak ada temannya maka dengan ragu dia mengambil minuman itu karena memang dia haus.

"Terimakasih."

"Sama-sama."

"Pulang nanti bareng aku yah!"

"Eh.. lihat gimana nanti saja yah."

"oke.."

****

Dua bulan pun telah berlalu, hubungan Ari dan Zoya sudah semakin dekat bahkan sangat dekat seperti pasangan kekasih, sering jalan bersama, makan bersama bahkan tidur bersama.

Karena Ari sudah suka dengan wanita itu yang selalu menggodanya setiap hari sehingga dia terpancing untuk bermain-main dengan wanita itu tanpa melupakan istrinya.

Awalnya Lisa sama sekali tidak curiga dengan apa yang dilakukan suaminya diluar rumah dia hanya merasa aneh kenapa akhir-akhir ini suaminya sering keluar dan pernah tak pulang.

Suaminya berkata dia mendapatkan pekerjaan baru yang membuatnya harus lembur dan tak bisa pulang kerumah sesekali.

Lisa memakluminya, tapi setiap kali Lisa ingin melihat ponsel suaminya selalu dicegah oleh Ari seperti tidak ingin istrinya mengetahui apa yang terdapat di ponselnya.

Sampai suatu ketika Allah membuka semuanya hubungan terlarang suaminya dengan wanita itu.

Ketika malam hari mendadak perasaan Lisa tidak enak, diapun mendapat pesan dari nomor tidak dikenal dan orang itu mengirimkan foto suaminya bersama wanita lain.

Mendadak jantung dan hatinya terasa sesak bagai ditusuk ribuan jarum, sakit tapi tidak berdarah.

"Siapa ini?" tanya Lisa pada dirinya sendiri melihat foto suaminya yang sedang tertidur ditemani wanita lain.

Lisa pun menelfon suaminya tapi apa balasannya Ari malah menolak panggilan itu, Ari hanya memberi pesan bahwa jangan meladeni perempuan ini, dia wanita tidak waras hanya ingin merusak rumah tangga.

Tapi tetap saja hati Lisa menjadi resah dan gelisah beberapa kali menelfon suaminya tidak diangkat dan malah ponselnya mendadak tidak aktif.

Maka semakin gelisah saja Lisa memikirkannya.

"Siapa perempuan itu? dan dimana suamiku?".

Lisa terus bertanya-tanya hingga ia tidak bisa tidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status