Mustahil bagi Eve untuk kabur saat ini. Tapi dia pantang menyerah. Sebisa mungkin Eve menyeret satu kakinya yang terluka itu, berjalan lambat dan terseok-seok.
Mencoba peruntungannya, Eve mencoba untuk nekat. Berencana kabur dengan menjatuhkan dirinya pada tenda atap yang kebetulan berada di bawah gedung yang dipijaknya. Mungkin agak beresiko, tapi itu adalah cara yang paling cepat untuk menghindar dari Dev saat ini, mengingat kondisi kakinya tidak begitu memungkinkan untuk turun melalui tangga atau melompat.Tapi Eve kalah cepat. Dev sudah lebih dahulu menarik bagian belakang pakaian Eve. Dan menghempaskan kembali tubuh perempuan itu hingga kembali ke posisi semula."Berhentilah melawan dan menyusahkanku, Eve! Atau aku tidak akan segan lagi padamu!" hardik Dev.Bola mata Eve seketika mengabur. Masih dalam posisi tengkurapnya. Menangis, antara menahan rasa sakit dari kaki, dan marah karena ucapan Dev barusan."Kalau kamu tidak ingin susah, lebTanpa mengucap sepatah kata pamit pun, Eve bergegas pergi, tepat setelah Dev membukakan jalan untuknya. Tapi tentunya Eve tidak bisa lari cepat, karena kakinya yang terluka. Kalau boleh jujur, Eve sebenarnya tidak tega meninggalkan Dev bertarung sendirian. Apalagi teman-teman Dion itu banyak dan bersenjata. Sementara Dev hanya menggunakan satu pisau kecil saja, sisanya dia harus pakai tangan kosong dengan bela dirinya. Dilihat dari manapun, pertarungan ini sangat tidak seimbang. Walaupun Eve tahu kalau Dev itu kuat, tapi kalau menghadapi orang sebanyak itu rasanya ... akan mustahil jika Dev mengalahkan semua sekaligus. Karena jika ada satu orang musuh yang jatuh, maka yang lainnya akan berbondong-bondong menyerang membela temannya. Dan jika teman musuh itu sudah ditumbangkan Dev, pasti teman yang tumbang tadi sudah agak pulih dan melanjutkan untuk melawan Dev. Begitu seterusnya. Sudah dipastikan kalau pertarungan tidak akan ada habisnya."Ohok!!" D
"Ini bukan jalan menuju panti. Kau tidak sedang berusaha membawaku pergi lagi kan?" Eve dan Dev sudah sampai di kota M beberapa menit lalu. Dan kini mereka mengendarai mobil pribadi Dev yang tadinya terparkir manis di dekat kawasan bandara. Dan Eve terkejut, kalau Dev membawa mobilnya ke jalan yang bukan seharusnya. Wajar kalau sekarang Eve merasa sangat khawatir dan curiga kalau Dev membawanya pergi lagi. "BRAM!" Eve kesal sekali diabaikan begini. Dev tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Malah fokus terus menyetir. Hingga ... CKIIITTT! Dev mendadak memberhentikan mobil di pinggir jalan. Lalu terdiam. Mengambil dua tiga lembar tissue dan mengusapkan ke mulutnya yang ternyata kembali mengeluarkan darah. Ah, ya. Eve ingat kalau Dev sempat mendapatkan tendangan yang cukup keras tadi di bagian perutnya. Dev pasti sangat kesakitan sekarang. Dan pantas saja Dev tidak banyak bicara. Mungkin dia sedang menahan sakitnya. "B-Bram ... ka
Untuk sementara waktu, Dev akan tetap berada di kota M. Memastikan panti dan juga seluruh wilayah disini aman dari para perampok yang meresahkan warga. Dev mengambil tempat kamar sewa yang dekat dengan panti tempat tinggal Eve, tepat di depan panti. Sementara para agen pengaman mengambil mess di perbatasan kota sebagai tempat berkumpul mereka. Dev sendiri lah yang memimpin mereka secara langsung untuk upaya penjagaan wilayah, dan tentunya sudah mendapatkan izin penuh dari Pak Marco. Apalagi mengingat para perampok itu bukan sembarang penjahat tanpa keahlian. Sudah pasti Pak Marco akan menugaskan Dev dalam misi ini. Tapi tetap saja, Pak Marco menugaskan pendamping bagi Dev. Dan lagi-lagi Budiman yang dikirim oleh beliau. Dev pun tidak begitu mempermasalahkan partnernya siapa, asalkan dia cekatan dan cukup kuat untuk mengimbanginya. Dan sepengetahuan Dev, Budiman cukup memenuhi standarnya. Walau kadang Budiman itu agak ... playboy. Itulah sikap Budiman yang cuk
Dev seharian ini banyak menghabiskan waktu dengan menelusuri wilayah perbatasan dan lahan pembangunan. Namun sayangnya dia sama sekali tidak mendapatkan kejanggalan apapun. Semuanya tampak normal, biasa saja. Tidak ada tanda-tanda perampok maupun pergerakan warga pendemo yang muncul. Tentu mengherankan, mengingat para perampok itu kerap melawan para penegak hukum hingga babak belur. Tapi entah mengapa sekarang ini mereka sama sekali tidak muncul dan melakukan gerakan perlawanan. Padahal Dev sengaja mengirim pasukan pengaman yang kuat untuk berjaga disini dan bertempur jika sewaktu-waktu mereka akan datang menganggu warga dan berusaha merampok lagi. Malah sekarang mereka menghilang. Bahkan para pengamen alias teman-teman Dion yang kadang mangkal di tempat mereka pun sama sekali tidak nampak batang hidungnya. Benar-benar seperti lenyap entah kemana. Dan tentunya itu makin memperkuat dugaan kalau para perampok itu adalah orang-orang yang sama dengan kelompok pengebom.
"Saya tidak tahu menahu soal itu. Karena yang terpenting, saya sudah bekerja sesuai prosedur," ungkap Pak Direktur yang kemudian memasang wajah dibuat polos, seolah meyakinkan Dev kalau dia memang tidak tahu apa-apa. "Lagipula, mengapa Pak Bram malah membahas para penduduk itu? Bukankah itu urusan mereka mau pindah kemana?" Dev terkekeh. "Memang benar kalau mustinya saya tidak perlu khawatir dengan para penduduk yang digusur itu, karena mereka sudah mendapat uang ganti rugi. Saya hanya terganggu dengan para penduduk yang awalnya berontak dan berdemo menyuarakan kalau tanah mereka diambil paksa, lalu mereka menghilang begitu saja."Pak Direktur itu menggeleng, dengan sorot mata yang perlahan mulai berubah serius. "Kami tidak pernah mengambil paksa, Pak. Mereka tidak punya surat tanah sebagai bukti kepemilikan tanah tempat mereka tinggal, jadi tidak heran kalau mereka harus dipindahkan. Jadi tolong Pak Bram jangan berasumsi macam-macam," tegasnya kemudian. "Bera
Berita menggemparkan tentang Pak Direktur dari perusahaan XYZ yang hampir mati itu seketika menjadi headline di berbagai media dan menyebar begitu cepat. Namun berita pelaku terduganya masih belum sampai ke telinga awak media. Jadi tidak heran jika mereka menyerbu ke beberapa tempat yang berkemungkinan bisa mendapatkan informasi lebih lanjut. Tidak hanya memblok pintu masuk perusahaan XYZ, tapi para pencari berita itu juga mengerumuni area rumah sakit tempat Pak Direktur itu dirawat. "Bagaimana keadaan Pak Anthony? Apa sekarang kondisinya sudah mendingan?" "Bagaimana bisa Pak Direktur sampai keracunan? Apa Anda memiliki dugaan siapa yang meracuni beliau?" Saat itu, dua seorang polisi yang kebetulan baru saja keluar dari rumah sakit itu pun langsung diserang oleh bombardir pertanyaan para wartawan. Tapi perempuan tersebut memilih untuk bungkam dan tetap berjalan. Sedangkan polisi yang bersamanya itu memberi kode berupa bahasa tubuh, aga
Kota M memang dekat di wilayah tanjung pantai. Memiliki pelabuhan barang yang berfungsi sebagai sarana untuk menyeberangkan barang-barang keluar pulau. Biasanya barang yang dikirimkan umumnya adalah hasil perkebunan sayuran, buah-buahan, juga bahan makanan. Sehingga tak heran kalau sepanjang perjalanan ke pelabuhan, mata kita akan disuguhi oleh pemandangan distrik yang menjadi tempat singgah bagi para pedagang dan distributor yang hendak melakukan perjalanan keluar maupun pendatang dari luar pulau. Setelah kurang lebih sepuluh menit perjalanan, Dev pun sampai juga di distrik itu. Tentunya dengan menggunakan penyamaran, membaur dengan para pedagang lainnya yang ada disana. "Kau sudah manemukan perempuan itu?" tanya Dev yang kini sedang berbicara dengan agen lainnya melalui alat telekomunikasi di telinganya. "Belum. Kami akan segera mencarinya, Pak!" seru agen itu tegas. Pip! Sambungan telekomunikasi itu pun lantas terputus.
Dev mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalah anak kecil itu. Dia pun mengamankan dan membawa anak itu ke rumah sakit khusus untuk para agen. Sementara Budiman ia perintah untuk membereskan dan menangkap cecunguk yang mengincar anak kecil tersebut. "Semua sudah beres, Dev." Tidak butuh waktu lama bagi tim Budiman untuk meringkus orang-orang tersebut. Karena mereka ternyata tidak memiliki ilmu bela diri yang baik seperti halnya para perampok yang pernah Dev temui. "Kerja bagus. Sekarang aku minta sama kamu untuk membawa mereka ke kantor polisi dulu. Lalu berikan instruksi pada kepolisian untuk menginterogasi mereka juga. Dan aku minta hasil interogasi itu segera dikirimkan kepadaku. Mengerti?""Dimengerti, Dev."Pip!Panggilan mereka pun berakhir.Dev kembali menengok keadaan anak bisu itu. Saat ini anak tersebut sedang dalam perawatan medis di rumah sakit. "Baga