"Uda ayo buruan anter aku pergi.""Yas tunggu, sebenarnya kamu kenapa dengan Alden.""Aku hamil, La. Hiks ... hiks. Tapi Alden nggak mau," ucapnya sesegukanLala heran kenapa dengan Alden hingga nggak mau menerima kehadiran buah hati mereka."Kenapa dia nggak mau, itu buah hati kalian, Yas.""Dia trauma dulu pas aku ngelahirin sudah kayak orang gila, saat aku berjuang melawan maut.""Astaga, Alden kau gila.""Lalu, aku mau anter kamu kemana Yas," tambahnya"Kita cari tempat yang nggak mungkin di jangkau Alden."Yasmine berfikir ia akan ke New york menemui Bu Rose. Pasti dia akan di tampung lagi pikirnya."Aku ke Bu Rose aja, La.""Hah, New york.""Hem.""Tapi Yas, kalau mertua mu tahu gimana kalian ini.""Tolong jaga rahasia ini, dari semua La."Lala dan Yasmine masuk ke dalam mobil menuju bandara. Sepanjang perjalanan perasaan Yasmine campur aduk. Tiba-tiba, ada dering ponselnya terlihat panggilan dari Alden. Namun ia tak menggubrisnya.Alden baru saja di telpon oleh suster jika Yas
"Sayang, udah dunk. Capek nih. Nih," Alden memelas pada istrinya"Hahhahaaha, kau lucu sekali sayang. Aduh perutku sakit.""Ih nyebelin deh."Saat ini Alden di dandani seperti cewek memakai pink polkadot dress serta higtheels pink. Sungguh menggemaskan sekali, jika orangtuanya tahu mungkin diketawain dua hari dua malam."Sini, aku bersihin. Kacian amat."Yasmine pun dengan telaten membersihkan wajah Alden, setelah bersih ia memberi kecupan hangat di seluruh wajah suaminya. Alden mengulas senyuman lalu mencari kesempatan dan menarik dagunya memperdalam pagutannya. Namun, saat dia merasa ingin lebih, Yasmine mencegahnya"Puasa dulu, hahahhaha."Alden mendengus kesal karena hasratnya tak tertuntaskan, dan ia memilih untuk bersolo karier di kamar mandi. Setelah hampir satu jam lamanya, Alden keluar dengan wajah ceria kembali. Ia mendekati istrinya yang mulai gemar nonton drakor dilaptopnya."Sayang, kok nonton drakor mulu.""Seneng aja, romantis sayang. Oh ya kita ke rumah Mami yuk. Aku
Raka berjalan menyenggol lengan Alden yang tertawa namun tak berlangsung lama, karena Yasmine menjewernya agar tak iseng. Sedangkan Raka memilih tidur di sofa ruang tamu. Nina dan yang lain menghela nafas berat melihat kelakuan Hilda mengusir suaminya sendiri.......Pagi nya, Hilda bangun pagi sekali dan membangunkan suamnya"Kak, bangun.""Emmm, astaga," ucap Raka terkejut ada Hilda di depannya"Kamu pikir aku hantu, ayo bangun.""Ada apa sayang.""Ayo mandi, aku mau kerumah Bunda Sarah. Ayo.""Hah, tumben.""Udah ah, ayo buruan. Awas aja uler keket ikut lagi.""I-iya, nih bangun."Raka pun mengikuti istrinya menuju kamar membersihkan diri segera. Selesai ritual mandinya mereka bersiap untuk ke rumah Bunda Sarah."Udah semua, sayang.""Udah kak."Mereka keluar, Hilda menggendong Berlian yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Saat sampai di ruang makan, Raka dan Hilda menitip pesan karena Mami da Daddy belum bangun."Bik, kita titip pesen Mami dan Daddy jika ke rumah Bunda Sarah,
"Kau telah melaksanakan perintahku?" kata Wira kepada utusannya."Ya, lihat saja hasilnya. Jangan lupa untuk mentransfer," sergah orang itu lewat panggilan teleponWira tersenyum puas, apa yang ia rencanakan berhasil sempurna.Paman Wira adalah seorang manajer perusahaan yang dipimpin oleh Arkha putra Jason, adik dari William Jason yang ingin mengendalikan perusahaan grup Jason.Paman Wira saat ini berada di kantor tepatnya, di balkon menyesap rokok yang terlihat sangat mahal sambil menunggu hasil rencananya."Kita lihat saja William, siapa yang akan menang," imbuhnya sambil tersenyum menyeringai.Di tempat lain, Arkha bersama dengan sopir pribadinya, sedang dalam perjalanan menuju kediaman. Tiba-tiba sopirnya
Nina membawa Arya kerumah kosong di sebelah rumahnya, rumah itu juga milik Ayah Nina, hanya saja tidak lagi ditempati.Nina membuka pintu, seketika ia langsung mengerutkan keningnya, melihat rumah yang sudah lama tidak digunakan itu tampak bersih."Ada apa, Nina?" tanya Arya"Eh, tidak apa-apa, masuklah kak. Maaf, rumahnya kecil. Ini juga rumah kami, hanya saja sudah lama tidak ditempati. Tapi sudah dibersihkan.""Tidak apa-apa Nin, terima kasih sudah bersedia menampungku."Nina mengangguk dan meletakkan ponsel di ruangan yang akan digunakan Arya."Kak, aku tinggal dulu yah, aku ada urusan. Jika terjadi apa-apa, telepon aku. Ini nomorku dan gunakan ponsel ini," kata Nina sambil men
"Dasar penjilat," batin VirgoVirgo mengikuti Wira ke kamarnya."Vir, kamu santai saja di ruangan itu. Jangan ganggu aku dulu.""Ya pak," kata Virgo membungkuk.Ketika Virgo akan kembali ke kamar, dia bertemu Dika, mereka hanya saling menatap dan Dika pergi ke kamar ayahnya."Papa.""Ada apa Dika?""Apakah Papa yakin bisa mengatur semua ini?""Kamu meragukan papamu ya, sudah sana kembali ke tempatmu."Dika menghela napas panjang dari kamar Ayahnya.Di ruangan yang berbeda, tepatnya di mana Virgo berada
"Nin, maafin aku." "Nin,anak orang, lepasin!" Mita mencoba melerai "Denger ya, kau sudah buat celaka orang. Sekarang minta maaf sama kak Arya atau aku laporkan ke polisi," ancam Nina "I-iya Nin, aku akan minta maaf." "Ini hanya demi kamu, Nin. Aku takut kehilanganmu," batin Roni tersiksa "Oke, kapan kau menemui kak Arya?" "Besok Nin." Nina mengangguk dan mengajak kedua sahabat pergi dari tempat itu dan menuju pasar malam. Keesokan harinya, Arya terkejut saat dia membuka pintu rumah, ada Roni dihadapannya "Roni, kau kesini. Ada apa?" "Aku minta maaf sama kamu, yang nabrak kemarin itu aku. Maafkan aku." Arya melihat dari sorot mata Roni, jika dia terpaksa. Arya hanya menggeleng kepala melihat tingkah Roni seperti itu. "Kau menyukai Nina." Deg Kata- kata Arya membuat Roni menatap penuh arti "Iya, kau tahu." "Dari tatapanmu pada Nina, sudah terlihat." "Baguslah kalau tahu, jadi aku tak perlu menutupinya lagi. Oh ya soal permintaan maaf ku padamu hanya demi Nina, ingat itu!
Tiga hari kemudian setelah kejadian tempo hari, Arya membuat kejutan kembali dibantu dua sahabat Nina."Mit, An. Kalian tak repot kan?" tanya Arya"Tidak kak, oh ya kita harus segera kerumah gadis bar-bar itu.""Siapa gadis bar-bar?""Siapa lagi kalau bukan kekasihmu, kak Arya," ucap mereka berdua cekikikan"Kalian ada-ada saja.""Udah mending sekarang kita kerumahnya buruan, sebelum gadis itu pergi.""Oke. Ayo!"Di Jalan, Arya dan dua teman Nina bertemu dengan Roni. Roni membocorkan sarkastik ke Arya. Tapi dia mengabaikan hal yang penting untuk tidak menyentuh pikirannya. Arya tahu bah