Dret dret dretTepat pukul tiga pagi, handphone Jasmine bergetar. Terlihat notifikasi panggilan suara yang terdapat di layar handphonenya. Saat panggilan yang pertama, Jasmine masih asik terlelap, masih hanyut dalam mimpinya. Sampai pada akhirnya panggilan suara yang ketiga kalinya tak mampu lagi menahan Jasmine untuk tetap terlelap dan mengabaikan panggilan tersebut.Dengan rasa malas yang menyelimutinya, Jasmine meraih handphonenya yang terletak di meja kecil tepat di samping tempat tidurnya. Sembari mengerjap matanya yang masih terasa berat, Jasmine melirik nama yang tertera di notifikasi panggilan suara aplikasi whatsapp di handphonenya itu.“Bahkan ini masih jam tiga pagi, ngapain sih gangguin orang tidur aja!” gerutu Jasmine yang merasa tidur nyenyaknya terganggu oleh panggilan suara yang tak lain adalah dari Darren. Dengan rasa malas dan rasa kantuk yang masih belum pergi, Jasmine menerima panggilan dari Darren tersebut.“Hmmm?” sapa Jasmine sekenannya.“Halo Tuan Putri Jasmine
“Ma, Jasmine berangkat dulu ya?” ujar Jasmine sembari mencium tangan Ana yang sedang menikmati sarapannya.“Jasmine nggak sarapan dulu, nak?” ujar Ana yang melihat anak perempuannya itu hanya menyeruput susu coklat kesukaannya dan tak menyentuh sedikitpun sarapan yang sudah terhidang di meja makan.“Nanti saja di kantor, ma. Jasmine buru-buru, udah pasti telat sampai kantor ini. Jasmine berangkat, ma,” setelah mengucapkan salam kepada Ana, Jasmine bergegas menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumahnya. Setiap pagi, sesampainya Anto di rumah Ana, Anto akan selalu menyiapkan mobil yang akan digunakan oleh Dani dan Jasmine, baik mengecek kondisi mobil dan memanaskan mesinnya. Kondisi mobil di pagi hari selalu dalam kondisi siap digunakan.“Terima kasih Pak Anto,” sembari tersenyum Jasmine menerima kunci mobil miliknya yang dibawa Anto dan bergegas masuk ke dalam mobil sedan kesayangannya yang berwarna putih itu.“Hati-hati, Neng Jasmine. Jangan ngebut!” ujar Anto sembari mela
Tak sampai setengah jam setelah Darren memutus panggilan suaranya, dering pesawat telepon khusus antar ruangan di kantor tempat Jasmine bekerja yang terdapat di ruangan Jasmine berbunyi. Pesawat telepon itu terletak di meja kerja Erin, tak lama Erin langsung menerima panggilan suara tersebut.“Halo selamat pagi, dengan divisi penelitian dan pengendalian, ada yang bisa saya bantu?” ujar Erin saat pertama mengangkat gagang peswat telepon yang ada di depannya itu.“Selamat pagi, Mbak Erin, ini Anto, mbak. Mbak Erin, mohon maaf mengganggu, boleh minta tolong disampaikan kepada Mbak Jasmine kalau dibawah ada kurir makanan mau antar sarapan buat Mbak Jasmine,” ujar Anto menjelaskan maksud dirinya melakukan panggilan suara ke ruangan Erin dan Jasmine.“Oh, Pak Anto. Siap bapak, nanti saya sampaikan sama Jasmine. Terimakasih banyak informasinya Pak Anto,” ujar Erin. Setelah Anto mengucapkan terimakasih, gagang telepon dikembalikan ke tempat semula.“Saudari Jasmine Chalondra Maheswari,” ujar
Saat Jasmine sedang menikmati sarapan paginya, tiba-tiba Anto datang membawakan dua buah bungkusan untuk Jasmine. Satu bungkusan berisi sekotak besar donat, sedangkan satu bungkusan lagi berisi es kopi susu kesukaan Jasmine yang berasal dari kedai kopi langganannya. Di kedai kopi langganan Jasmine itu memang menjual kue donat dan berbagai macam jenis minuman, baik kopi maupun yang bukan kopi“Mbak Jasmine, ada kiriman makanan lagi buat Mbak Jasmine. Sudah dibayar katanya, mbak,” ujar Anto sembari meletakkan dua bungkusan tersebut ke atas meja kerja Jasmine.“Ini apa Pak Anto? Kayaknya aku nggak pesen,” Jasmine terhenyak melihat bungkusan yang saat ini berada di atas meja kerjanya itu.“Tukang ojeknya nggak bilang dari siapa, mbak,” ujar Anto yang terlihat sama bingungnya dengan Jasmine.“Tapi aku beneran nggak pesen apa-apa, pak,” ujar Jasmine masih dengan memperhatikan bungkusan yang ada di depannya itu. Lagi-lagi Jasmine menemukan sebuah catatan yang menggantung di bungkusan yang di
“Jasmine belum mau pulang?” ujar Erin sembari membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. “Belum, mbak. Ini tanggung, sebentar lagi selesai. Mbak Erin udah mau pulang ya?”Jasmine melirik Erin sesaat, kemudian kembali menghadap layar monitor yang ada di hadapannya untuk melanjutkan pekerjaannya. “Ini aku lagi siap-siap mau pulang. Kamu mau aku tinggal atau mau aku tungguin?” Erin yang khawatir dengan Jasmine karena ruangan kerjanya sudah mulai sepi, teman-temannya yang lain sudah pulang dan hanya menyisakan mereka berdua. Saat ini waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam, sedangkan aturan jam pulang kerja di kantor mereka adalah pukul empat sore. “Kalau Mbak Erin udah nggak selesai terus buru-buru juga, aku ditinggal aja nggak apa-apa, mbak. Lagian udah malam juga,”ujar Jasmine masih terus menghadap layar monitor yang ada dihadapannya serta beberapa kali menekan tombol keyboard. “Kerjaan kamu masih belum selesai? Masih banyak banget ya?” Erin melirik layar monito
“Ih Mbak Erin memang yang terbaik lah pokoknya. I love you full, Mbak Er,” ujar Jasmine terlihat semringah sembari memeluk Erin dengan sangat erat.“Jasmine ih dari kapan kamu lebay kayak gini? Jangan-jangan kamu sudah terkontaminasi Darren ya?” Erin dengan wajah gelinya perlahan melepas pelukan Jasmine.“Enak aja, Mbak Er. Kan aku emang udah lama kayak gini, mbak,” ujar Jasmine dengan nada sedikit kesal karena enggan dihubung-hubungkan dengan Darren. Dari dulu memang Jasmine sedekat itu dengan Erin, hal yang dilakukan Jasmine pada Erin tadi memang bukanlah hal yang baru.“Astaga, kan hampir saja aku lupa, katanya Mbak Erin dijemput? Jemputan Mbak Erin mana? Kok belum kelihatan? Mbak Erin dijemput siapa sih?” Jasmine melontarkan beberapa pertanyaan pada Erin, layaknya reporter berita yang sedang haus akan informasi.“Astaga, nggak kurang banyak pertanyaannya. Udah kaya wartawan lagi wawancara artis. Hahaha," ujar Erin sembari terkekeh mendengar banyaknya pertanyaan yang Jasmine lontar
“Kita makan dulu ya. Aku tahu kamu pasti belum makan kan? Jadi nggak ada alasan buat nolak,” ujar Darren dan pandangannya terus tertuju pada jalanan yang ada di depannya.“Tapi ini udah malem, emang kamu nggak apa-apa kalau nemenin aku makan dulu?” Jasmine merasa tidak enak jika harus menahan Darren lebih lama dengannya.“Jasmine, kamu kira aku anak SD yang kalau sebelum senja belum sampai rumah dicari orang tuanya? Aku sudah kepala tiga Jasmine,” Darren gemas dengan pertanyaan Jasmine. Dia melirik Jasmine sesaat dan mengacak rambutnya.“Bukan gitu, tapi nanti-,”“Pokokya kita makan dulu, takutnya kalau kamu telat makan nanti bakalan pingsan lagi kaya waktu itu di tempat gym,” belum selesai Jasmine bicara, Darren sudah memotong pembicaraan Jasmine dan memaksa Jasmine untuk tetap makan malam dulu dengannya.“Baiklah kalau memang kamu memaksa. Terserah kamu saja, aku menolak pun tak ada gunanya,” ujar Jasmine pasrah. Jasmine sangat paham dengan lawan bicaranya itu. Menolakpun tidak ada
Sepanjang perjalanan ke rumah Jasmine, suasana di mobil sangat hening. Hanya terdengar suara musik yang diputar pada pemutar musik yang berada di dashboard mobil Darren.Waktu yang telah kita lalui, buatmu jadi lebih berartiLuluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari“Kamu tahu lagu ini, Jasmine?” ujar Darren memecah suasana hening suasana di mobil Darren itu.“Iya, kenapa?” ujar Jasmine singkat. Jasmine masih merasa tidak enak dengan apa yang sudah dikatakannya pada Darren saat makan di tempat Alif tadi.“Ini yang aku rasakan padamu saat ini,”“Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku,” Darren menirukan Ariel yang menyanyikan lagu yang diputar saat itu.Lai-lagi pipi Jasmine memerah, dia sangat tersanjung dengan apa yang baru saja diutarakan Darren. Meskipun Darren hanya menyanyikan sebuah lagu, tapi Jasmine yakin bahwa itu memang apa yang benar-benar dirasakan Darren padanya saat ini.“Kak Day, eh maksud aku, sa..yang,” ujar Jasmine sedikit ragu. Jasmine masih belum y