"Ayo masuk!"
"Tidak! Aku tidak akan masuk!" teriak Kayla pada Stanley.
Stanley mendengus, "Kau mau aku menembak mereka di depan matamu, hah?!"
Kayla terdiam karena pria jahat itu sudah mengancamnya. Mau tidak mau, ia harus menuruti semua keinginan Stanley. "Bawa kedua anak sialan itu ke gu
Tiffany semakin menampakkan kemarahannya, sementara Stanley terlihat semakin lemah. Darah pun mengucur deras dari tubuhnya. Max yang melihat pun merasa kasihan dan tidak tega dengan kondisi Stanley saat ini."Hentikan, Tiffany! Dia sudah lemah!" ujar Max, sedikit meninggikan suaranya agar terdengar oleh Tiffany."Biarkan saja!"
Stanley mengajak Jessi dan Jasper ke tempat yang sedikit jauh dari rumah mereka. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya Jessi dan Jasper membuat lelucon yang mampu membuat Stanley tertawa lepas. Bahkan mobil mewah itu hampir saja oleng, karena Stanley terus saja tertawa akibat ulah anak-anak Max itu. Mereka bertiga sangat akrab satu sama lain.
Di kamar, Max terlihat termenung-memikirkan perilaku anak-anaknya yang berubah drastis. “Kenapa mereka jadi aneh seperti itu?” gumamnya pelan.
Kayla menatap sangar kearah pria yang sudah berada di hadapannya. Ia benar-benar terlihat tak senang dengan pria itu. “Dasar licik!” serunya.“Eits! Jangan pernah mengatakan aku licik sayang,” ucap pria itu lembut namun terdengar menyeramkan.&l
Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya Max mengajak Kayla untuk menemui seseorang. Sebelum itu, Jessi dan Jasper meminta maaf pada calon Ibu barunya itu. “Ibu, aku minta maaf,” ucap Jessi menyesal.“Aku juga,” sahut Jasper.Kayla tersenyum mani
Setelah selesai berganti pakaian, Kayla segera bergegas menuju tempat Max menunggunya sejak tadi. "Bagaimana? Gaunnya cocok?" tanya Max, menghampiri calon istrinya.Kayla mengangguk, "Hanya saja, sedikit sempit dibagian tertentu. Ny. Wilson akan memperbaikinya.""Lalu?""Besok, kita ke sini lagi ya?" ujar
“Ayah, dimana ibu?”Pagi ini, Max Exsten harus menghadapi pertanyaan seperti itu. Dia sendiri bingung, bagaimana harus mengatakan kondisi ibu dari anak-anaknya saat ini. Jika dia mengatakan yang sejujurnya, maka anak-anaknya pasti menangis dan menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjaga ibu mereka dengan baik.“Ayah, cepat katakan dimana ibu?!” tanya Jessie lagi. Kali ini nada bicaranya sedikit meninggi karena tak pernah mendapatkan jawaban setiap kali ia bertanya tentang hal itu. “Ayah, katakan!”“Diam!” bentak Max yang langsung membuat Jessie menangis.Tangisan Jessie semakin membuat Max kebingungan dan jadi pusing sendiri. Apalagi ini masih pagi dan dia harus terburu-buru ke kantor untuk menyelesaikan tugasnya. Max tak mampu menjelaskan pada Jessie tentang kronologi kejadian yang telah merenggut nyawa ibunya 4 tahun lalu.Kejadian itu benar-benar memilukan bagi Max. Istrinya meninggal karena sebu
Max membuka pintu rumahnya tanpa mengatakan apapun pada wanita yang mengaku sebagai Tiffany itu. Ia segera memasuki kamarnya, meninggalkan Jessi dan Jasper bersama kembaran Tiffany. Setidaknya, itu sedikit meringankan pekerjaannya. Ia juga tidak ingin mengganggu kegembiraan kedua anaknya. “Ibu kemana saja selama ini?” tanya Jessi saat berada di kamar bersama ibunya.