Share

Rest in Love.

         “Basement ini luas sekali, wohoo!” seru Torrey.

         “Kotor dan bau,” tegas Carla sambil menutup hidung plastiknya.

         “Cepat suruh tanda tangan suratnya,” desak Karen sambil mengernyitkan dahi padaku.

         Berlin hanya tersenyum puas melihat keadaanku yang kacau balau dan penuh luka-luka.

         “Aku akan menyuntikkan cairan infus untuknya,” ujar Marie yang tahu benar kondisi kesehatanku.

         Aku menderita hipotensi alias darah rendah.

         Bilson menghentikan langkah kaki Marie, “Buat apa kau mengasihinya sekarang? Kita semua hanya menganggapnya sebagai mesin ATM selama ini.”

         Bilson melemparkan setumpuk dokumen dan duduk berhadapan denganku.

         “Tanda tangani semua dokumen ini dan kau akan selamat,” ancamnya.

         Aku menatap dalam kedua manik mata hazelnya, tidak ada rasa kemanusiaan, the real Bilson Moretz. Aku membaca sekilas halaman pertama dokumen itu.

…Roma, 15-07-2018,

Persetujuan harta warisan keluarga Rossi dan kepemilikkan Winwin Group diserahkan kepada Bilson Moretz, dan disetujui oleh putri tunggal dari Harvin Rossi:

Carina Rossi (Signature Box)

         “Aku tidak akan menandatanganinya,” jawabku.

Plakkk!

         Bilson menamparku dan cincin di jari manisnya berdarah. Aku merasakan pipiku memanas dan pedih.

         “Tanda tangan sekarang atau kau akan mati?” ancam Bilson.

Plakkk!

         Kini giliran Chloe yang mendaratkan tamparan dengan kuku panjangnya menggores pipiku. Aku merasakan cairan hangat mengalir dari sudut bibirku.

         “Carina, cepat tanda tangan suratnya,” tegur Marie yang tak tahan melihat adegan kekerasan tersuguhkan di depannya.

         “Aku juga ingin menamparnya, rasakan ini!” cemooh Berlin.

         “Kau, wanita penggoda. Aku akan membuatmu menjadi jelek,” lanjutnya sambil mengeluarkan sebuah silet dari handbag merahnya.

         Berlin Lindswell menikah dengan Fabian Georg, seorang pengacara hidung belang yang selalu memuji kecantikanku setiap kali bertemu. Namun, hubungan kami hanya sebatas rekan kerja, no more.

         Akhirnya, Berlin merasa puas setelah meninggalkan dua luka goresan jelas di pipiku.

         “Sudahlah, wanita penuh drama. Cepat selesaikan urusan dan pergi dari sini,” sunggut Torrey dengan sisa setengah batang rokok.

         “Tanda tangan sekarang!” bentak Bilson sambil menjambak rambutku dengan kasar.

         “Bagaimana aku bisa memegang pulpen jika kau mengikat tanganku ke belakang, idiot?” balasku. Aku merasakan lidahku kelu dan pipiku semakin sakit saat berbicara.

         Bilson mengerutkan keningnya seperti menahan marah dan mengambil pisau untuk memotong tali yang mengikatku. “Cepat tanda tangan sekarang!”

         Aku mengambil pulpen dan mulai menulis—

         “Police!” teriakku untuk mengalihkan perhatian mereka.

         Aku segera berlari dan mencari tempat bersembunyi.

         “Fuck! Tangkap dia!” perintah Bilson.

         Aku berlari dengan napas tersenggal-senggal, tubuhku lemas dan kepalaku mulai pusing. Lorong basement ini cukup panjang dan gelap, aku terus berlari dan berlari untuk menggapai setitik cahaya terang di ujung lorong. Semakin dekat dan—

         “Celaka!” gumamku.

         Tanah pijakan terakhir menuju jurang kematian. Benar, di depanku adalah sebuah jurang tanpa batas yang terhubung dengan ujung basement ini.

         “Bagus! Bagus!” tepuk tangan Bilson menyindirku.

         “Kau sangat pintar memilih ajalmu,” lanjutnya tanpa menghilangkan senyuman puas di wajahnya. Begitu pula dengan tatapan kelima sahabatnya dan Chloe.

         “Sekarang pilihlah, tanda tangan atau mati?”

         Bilson maju selangkah demi selangkah, sementara langkah mundurku semakin berisiko.

         Pada saat ini, kau hanya bisa memohon bantuan dari seseorang. Marie adalah seorang dokter keluarga, aku yakin rasa simpati dalam dirinya paling kental.

         "Marie, tolong aku."

        “Carina, sudah kukatakan untuk menandatangani suratnya. Namun kau enggan mendengarkanku, sekarang terimalah akibatnya.”

         Tidak ada harapan. Aku melihat ke arah Torrey dan Karen yang sedang sibuk menghisap rokok ganjanya, sedangkan Carla asik menikmati pemandangan dari ketinggian. Apakah ini adalah akhir dari segalanya?

Sraattt....

         Suara terpeleset kakiku di antara pasir dan batu. Aku sedang berada di ujung tanduk. Waktu tidak bisa diputarbalikkan seperti dalam novel yang kutulis.

         Selama 28 tahun, aku merasa yakin hidup dalam lingkaran cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekelilingku.

         Siapa sangka, semuanya adalah rekayasa—

         “Maaf, Papa. Seharusnya aku mendengarkanmu.”

         “Bahwa di dunia ini, tidak ada orang yang bisa dipercaya.”

         Sebuah tangan mendorongku tanpa belas kasihan secara tiba-tiba dan orang terakhir yang kulihat adalah Bilson Moretz menatapku jijik.

Byurrrrrrrr!

Brak!

          “Semua orang yang mencintaiku sudah pergi, Carina Rossi telah mati.”

***

[To be Continued...]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status