Arion mengusap pelan kepala Jesslyn, dia merasakannya betapa panas tubuh Jesslyn dan ia juga tak menampik bahwa wajah Jesslyn juga begitu pucat.
"Pak Arion? Sudah saatnya kita berangkat"
Arion melirik intercom di atas nakas saat mendengar panggilan Joshua. Dia menghela napasnya dan menekan benda tersebut untuk menjawab Joshua.
"Apa jadwalnya tidak bisa diundur?" Arion bertanya tanpa melepas pandangan dari wajah Jesslyn yang masih tertidur lelap.
"Tidak bisa Pak, dari sekertarisnya saya tau jika Pak Gara tidak suka saat ada orang yang memundurkan jadwal satu jam sebelum mereka bertemu. Beliau begitu disiplin waktu"
Arion mendesah lelah dan mengangguk, mengiyakan ucapan Joshua. Setelahnya Arion mengusap kepala Jesslyn lagi. "Aku pergi dulu, tetaplah di sini, nanti setelah aku selesai pertemuan, aku akan membawamu ke dokter"
Tak lupa Arion juga mengirimkan pesan ke ponsel Jesslyn agar wanita itu membaca pesa
Jesslyn mengerang pelan dan membuka kedua matanya dengan perlahan, mencoba membiasakan pada cahaya lampu yang menyorot begitu terang ke arah matanya.Saat ia mulai membiasakan pandangannya, Jesslyn mulai memindai sekelilingnya. Dia di rumah sakit.Karena aroma obat-obatan yang menusuk hidungnya juga ruangan yang familiar dengan fasilitas kamar rumah sakit. Karena tak mungkin kamar apartemen Arion berubah seperti ini.Jesslyn memijat keningnya yang berdenyut pening dengan tangan kirinya yang baru ia sadar tertempel infusan. Sepertinya kondisinya ini serius.Apa yang terakhir ia ingat?Dan terbayanglah malam dimana ia harus menerima Arion di dalam tubuhnya saat dia sedang dalam kondisi kurang baik. Mengingat itu, membuat dia mual dan takut karena mengingat rasa sakitnya.
Rafael mengerjap pelan, melihat Kean yang tak berhenti menyuap makanan yang baru ia pesankan untuknya. Ia memilih membawa Kean ke sebuah restoran terdekat dan tak lama setelah ia pesankan makanan dan makanan tersebut datang, Kean yang tak lagi merasakan perasaan canggung padanya setelah ia suruh pria itu menghabiskan makanannya kini makan dengan begitu lahap dan tak malu untuk memesan apapun pada pelayan yang melintas.Rafael memang tak mempermasalahkannya, dia hanya terkejut karena pria di depannya ini makan dengan begitu cepat dan terlalu terburu-buru layaknya takut jika ada seseorang yang akan memintanya."Bisakah kamu memelankan laju makanmu? Apa kamu tak takut tersedak?"Kean terbatuk dan tersenyum malu pada Rafael yang menatapnya dengan alis berkerut itu. "Maaf, aku belum pernah makan enak di restoran mahal seperti ini. Jadi apa sebenarnya yang mau kamu tanyakan padaku?"Kean mengambil gelas berisi airnya dan meminumnya untuk melancarkan makanan
Arion mengerang pelan dan memuntahkan laharnya pada tubuh bagian atas Jesslyn yang tadi ia lepaskan pakaiannya terkecuali celana rumah sakit yang masih wanita itu kenakan karena tak mau Arion kelepasan dan nantinya akan memaksa Jesslyn untuk ia masuki."Kamu tau, aku ingin sekali memasukimu dan tak mau perduli jika kamu masih merasakan rasa sakit itu. Tapi aku tau jika melakukannya aku hanya akan memperlambat kesembuhanmu"Arion berucap lirih sembari mengusap wajah Jesslyn yang kedua matanya terpejam akibat lelah. Bagaimana tidak lelah, jika Arion terus menyuruhnya memuaskan pria itu dengan bibirnya tanpa memberikan ia istirahat untuk bernapas leluasa."Aku akan membersihkan tubuhku dulu"Jesslyn bergerak pelan untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang penuh dengan ceceran sperma Arion yang bertebaran di tubuhnya, dia tak mau menanggapi perkataan mesum Arion.Kepribadian pria itu sangat berbeda jika tengah marah dan dalam pengaruh b
Jesslyn menatap takut-takut ke arah Arion yang duduk di hadapannya. Tadi saat pria itu datang, lansung menyuruh Julia yang pada saat itu masih berdiri di sebelah Jesslyn untuk pergi dari apartemenya dan meninggalkan dia sendiri bersama Arion."Makan! Setelah itu minum obat yang sudah dokter itu berikan padamu, dan jangan lupakan pil nya"Jesslyn mengangkat pandang pada Arion yang duduk di sebrangnya dan menatap dia dengan ekspresi wajahnya yang datar.Jesslyn mengangkat pandang ke arah makanan buatan Julia yang mengundang minatnya namun tak mau ia cicip karena takut wanita itu mengerjainya.Ia menggeleng menolak memakan masakan Julia pada Arion.Pria itu nampak sedikit kesal karena Jesslyn tak mendengar perintahnya "makan Jesslyn! Aku tidak mengizinkanmu makan jika saat ini kamu tidak mau makan"Jesslyn mengalihkan pandang dari wajah Arion yang nampak serius dengan ucapannya. "Kalau begitu aku memilih tidak makan dibanding memakan makanan in
Tak mau membuat moodnya dan mood wanita itu memburuk, Arion mendesah kasar dan menatapkan kedua matanya pada Jesslyn yang masih makan dalam diam dengan pandangan yang tak lagi menyorot padanya."Hari ini, kamu tidak aku izinkan untuk pulang ke rumahmu"Sontak mendengar ucapan Arion, wajah Jesslyn terangkat dan alisnya berkerut tak mengerti, mengapa ia tak boleh pergi? Bukankah hari ini hari liburnya?"Tapi ini hari minggu, kenapa aku tak boleh pergi?" bantah Jesslyn dengan kedua matanya yang ia sipitkan menatap Arion curiga."Anggap saja ini mengganti beberapa harimu yang dirawat di rumah sakit kemarin. Aku memintamu untuk tetap tinggal! Apa kamu mau membantahku?"Jesslyn menghela napasnya dan memilih mengangguk saja, tanpa disadarinya di sebrang meja Arion tersenyum puas melihat kepatuhan Jesslyn padanya."Lalu apa yang akan kita lakukan? Kamu kan tau aku belum bisa melayanimu, jika aku harus mengurut milikmu menggunakan bibirku terus mener
Jesslyn menutup bibirnya saat kuapnya melanda. Ia mengantuk dan lelah karena Arion tak berhenti menariknya untuk masuk ke dalam toko-toko yang pria itu mau.Membeli banyak sekali pakaian untuknya, pakaian yang bahannya begitu tipis dan pendek, namun harganya membuat geleng-geleng kepala.Bukan hanya pakaian namun heels pun tak luput Arion beli untuknya. Kini yang Jesslyn inginkan hanya kembali pulang dan tertidur, dia sungguh lelah karena terus berjalan mengikuti Arion."Pegang ini" Jesslyn mengambil satu lagi kantung kertas yang Arion beri padanya, pria itu baru saja membeli sebuah bikini yang dipilihnya sesuai apa yang laki-laki itu inginkan."Masih ada lagi yang mau kamu beli?"Arion menggeleng "Kamu mau apa? Ada barang yang ingin kamu beli?"Jesslyn menggeleng "aku mau pulang" Arion mengangguk "baiklah kita pulang"Arion berjalan lebih dulu meninggalka
"Tunggu! Kenapa kamu yang marah?!" Arion mengejar Jesslyn dan menarik tangan wanita itu saat Jesslyn hendak pergi untuk mencari kendaraan umum. "Aku marah karena kamu menyakiti hati temanku! Kamu membuatnya bersedih atas perkataanmu yangasal itu!""Aku mengatakan kejujuran, aku hanya mengantisipasi hubungan mereka yang gagal-""Tidak akan gagal jika kamu tidak berbicara seperti itu! Rini pasti sedih dan bisa saja hubungannya dengan Joshua akan hancur!"Arion tertawa pelan dan bersidekap menatap Jesslyn yang memberinya tatapan marah. "bukankah bagus? Mereka lebih baik berpisah sekarang daripada nanti dan merasakan sakit hati yang begitu dalam?"Jesslyn memundurkan langkahnya dan menggeleng tak percaya. "Mereka bukan kamu! Terserah apa yang mau kamu katakan! Kamu Arion, laki-lakiarrogantyang suka mengatur!"Jesslyn mendesis kesal dan berbalik pergi memanggil taksi yang kebetulan sedang berhenti untuk mencari penumpang.
Mobil yang Rafael kendarai berhenti tepat di depan rumah kost Jesslyn. Dan wanita itu keluar setelah berujar terimakasih pada Rafael.Namun saat ia akan berbalik pergi ke rumahnya, panggilan Rafael dari dalam mobil membuat ia urung dan kembali menghampiri Rafael dengan berdiri di sisi kaca kursi penumpang."Terimakasih karena sudah menerimaku"Jesslyn tersenyum tipis dan mengangguk singkat. "Ya, kamu pulanglah" Jesslyn memundurkan langkahnya saat Rafael memundurkan mobilnya.Sebelum benar pergi, Rafael membunyikan klaksonnya dan menjalankan mobilnya menjauh. Melihat mobil Rafael yang tak lagi terlihat di pandangan matanya, Jesslyn berbalik masuk ke dalam rumahnya itu.Tepat di ujung gang ada sebuah mobil yang terparkir di bwah rimbunan pohon dan tertutup kegelapan, di dalamnya ada sosok manusia yang kedua tangannya tengah mencengkram erat kemudi stir dengan kedua mata yang menyala karena kobaran api amarah.Di bibirnya hanya ada