Pov Putri"Sayang, kenapa makanmu sedikit banget?" Mas berpura-pura bersikap sangat manis terhadapku. Tak ada yang tahu kalau sebenarnya dia sangat jahat padaku. Aku hanya diam mengikuti alur sandiwara lelaki kejam itu."Udang ini enak banget, loh. Kamu enggak mau cobain?"Mas Indra mengambil udang di depannya. Saat hendak meletakan ke piringku, Kak Dewa yang duduk persis di samping Mas Indra melarangnya."Putri alergi udang. Dia bisa gatal-gatal meski makan sedikit saja!"Tunggu, kenapa Kak Dewa bisa tahu aku alergi udang? Mas Indra saja yang suamiku tidak tahu. Aku menoleh ke arah Kak Indra. Dia tersenyum tipis lalu membuang pandangan."Alergi udang? Kok dia enggak pernah cerita ke aku ya?" tanya Mas Indra."Kamu sih jadi suami selalu sibuk dengan kerjaan terus. Mulai sekarang tolong lebih perhatian sama Putri atau kamu akan nyesel kalau tiba-tiba ada yang lebih bisa ngasih perhatian lebih ke dia!"Mungkin Kak Dewa cuma becanda mengucapkan kalimat itu namun sepertinya kata-katanya b
Kalau bukan Indra yang melakukannya apakah Tante Sarah yang membuatmu terluka seperti ini?"Mampus! Kenapa Kak Dewa bisa tahu. Harus menjawab apa aku?"Put, kenapa ditanya malah bengong. Kamu enggak usah takut bicara jujur. Katakan sama aku, apa Tante Sarah yang melakukannya?" Kak Dewa bertanya dengan suara yang sangat pelan. Meski begitu aku harus tetap menyangkalnya. Jika aku bicara jujur itu sangat beresiko. Keselamatan orangtuaku aku pertaruhkan."Beneran bukan dia, Kak. Kalau sekiranya enggak ada urusan lagi, mending Kak Dewa pergi, ya. Aku takut ada yang salah paham soal kita. Kak Dewa datangnya pas suamiku lagi enggak ada soalnya!""Em, ok. Aku akan pergi. Aku berharap apapun masalah yang sedang kamu hadapi kamu jangan simpan sendirian, ya. Kamu bisa hubungi aku kapanpun yang kamu mau."Kak Dewa memberikan kartu namanya padaku."Ini nombor ponselku. Kapanpun kamu butuh bantuanku aku siap membantumu!""Kak Dewa. Apa ini enggak berlebihan? Aku takut buat orang salah paham jika ak
Pov PutriSelesai membahas urusanku bersama Farid aku kemudian keluar kamar untuk makan siang. Tak lama setelah aku duduk di ruang makan, aku dikejutkan dengan kedatangan Mas Indra. Sepertinya dia tak kembali ke kantor lagi setelah pulang tadi."Aku sengaja tak pergi kantor lagi karena takut Tante Sarah akan kembali menyakitimu."Aku tak menanggapi ucapan suamiku. Akhir-akhir ini lelaki gila ini memang terlihat cari perhatianku. Setelah menyakitiku, dia pikir aku bisa kembali mencintainya seperti dulu. Aku bukan orang bodoh, seharusnya dia tahu hal itu mustahil."Dira bilang tadi Dewa sempat datang kesini? Ngapain?" tanya Mas Indra. Karena tak mau membuatnya salah paham, aku terpaksa mau menjawab pertanyaannya."Dompet kamu jatuh pas kamu di kamar mandi. Dia datang buat nganterin dompetnya.""Jatuh di kamar mandi? Kayaknya pas kita mau pulang aku masih mengantongi dompetnya." cerita suamiku sembari mengingat-ingat kejadian semalam. Aku hanya mengendikan kedua bahuku sebagai respon."S
"Kalian enggak biasanya akur. Lagi ngomongin apa?"Aku dan Dira langsung panik mendapat pertanyaan seperti itu dari Tante Sarah. Bukannya dia dan Mas Indra lagi sibuk bercinta kenapa malah ada disini sekarang?"Kami membahas soal--""Aku lagi enggak tanya kamu."Setelah memotong kalimat Dira, Tante Sarah menatap penuh benci ke arahku."Kamu dan Dira lagi enggak kerjasama ngerencanain sesuatu kan?" tanya Sinis Tante Sarah."Enggak, Tant. Kami cuma lagi mbahas soal masakan untuk makan malam nanti.""Kamu pikir aku percaya gitu aja ucapanmu? Hati-hati ya kalian berdua. Aku sudah mencium bau tak beres pada kalian."Tante Sarah pergi setelah melontarkan ancamannya."Dir, selama ada Tante Sarah di rumah ini. Mending kita jaga jarak sementara dulu. Lihat, dia sudah mencurigai kedekatan kita. Aku takut nanti kamu akan jadi terkena imbas kemarahannya." "Baik, Mbak. Saya akan jauhi Mbak jika ada Nyonya Sarah dan Tuan Indra. Kalau begitu saya permisi ya, Mbak!"Dira pamit masuk. Aku kembali fok
Pov PutriJam menunjukan pukul 2 malam namun aku tak bisa tidur. Suara Tante Sarah berisik sekali saat bercinta dengan suamiku. Dia pikir aku akan marah dan cemburu jadi terus-terusan dengan sengaja menunjukan kegilaannya bersama suamiku.Karena Tante Sarah dan Mas Indra tengah sibuk memadu kasih, aku kembali mengambil ponselku yang aku sembunyikan. Aku mengaktifkan ponselku dan mencoba menghubungi Ferdi tapi sayangnya Ferdi bilang hingga sampai sekarang belum menemukan jejak apapun tentang keberadaan kedua orangtuaku. Meski aku sudah menyuruhnya untuk mengeceknya disetiap rumah sakit tapi dia belum juga menemukannya.[Put, jam segini kamu online? Kamu belum tidur?]Aku terbelalak kaget tiba-tiba mendapatkan pesan dari Melly. Jam menunjukan 2 malam. Kok dia masih belum tidur.[Aku tidak bisa tidur. Kamu sendiri jam segini kenapa belum tidur?] balasku pada Melly.[Aku tidak bisa tidur karena masih penasaran dengan ceritamu beberapa jam lalu.]Ya ampun Melly, dia sampai tak bisa tidur k
"Indra, Putri. Apa yang sedang kalian lakukan disini?"Mati aku. Tante Sarah memergoki saat Mas Indra sedang menc*umku. Pasti aku lagi yang akan jadi sasaran kemarahannya. Tuhan, tolong selamatkan aku dari wanita gila ini.Mas Indra melepaskan cium*nnya lalu tubuhnya ia gunakan untuk menutupi tubuhku. Lelaki itu pasti sadar betul kalau sebentar lagi Tante Sarah akan menghajarku sebagai pelampiasan kemarahannya."Beraninya kalian berbuat seperti ini di belakangku!"Tante Sarah seperti kesetanan. Dia mengambil pisau yang berada tak jauh darinya."Minggir Indra. Perempuan ini harus ku habisi. Dia harus mati baru aku akan puas!"Tangan Tante Sarah terlihat gemetar. Dia terlihat sangat emosi."Tant, kalau tante mau bunuh. Bunuh saja aku. Putri tak melakukan apapun. Dia sudah menolakku tadi tapi aku yang memaksannya!"Aku yakin Tante Sarah takan berani menusuk Mas Indra. Wanita gila itu tak bisa hidup tanpa Mas Indra jadi tak mungkin berani mencelakai lelaki yang sangat dicintainya itu."A
"Dira...Dira...!"Samar ku dengar teriakan Tante Sarah berteriak memanggil-manggil nama Dira. Rasa sakit karena pukulan demi pukulan yang Mas Indra berikan membuat kesedaranku perlahan hilang."Mbak Putri sadar Mbak...!"Mataku kembali terbuka. Ku lihat sekeliling. Ternyata aku berada dalam kamar Dira sekarang."Syukurlah Mbak sudah sadar. Aku sangat khawatir melihat Mbak tak sadarkan diri barusan!"Dira menangis, aku lihat dia benar-benar mengkhawatirkan keadaanku. Bukan hanya bersandiwara seperti yang kupikirkan selama ini."Mbak, mulai hari ini Nyonya Sarah menyuruhku mengawasi Mbak. Kita akan tinggal satu kamar. Mbak jangan marah sama aku ya. Aku cuma menjalankan tugas dari Nyonya Sarah!"Aku tersenyum dan mengangguk. Dira tak salah jadi aku tak boleh membencinya. Dia juga korban sama sepertiku."Mbak, aku kompres lukanya ya, Mbak."Dira mulai mengompres satu persatu lukaku. Aku diam tak banyak bergerak. Badanku terasa sangat sakit sekali jika sedikit saja bergerak."Aku berdoa se
"Kita tinggalkan negara ini bersama-sama. Dengan begitu Tante Sarah takan bisa menemukan kita!"Aku diam tak bersuara. Masih bingung dengan tawaran yang suamiku berikan. Haruskah aku menerima tawarannya?"Put, kita tak punya banyak waktu. Jangan banyak berpikir. Kamu mau ya memaafkan aku. Dengan begitu kita akan hidup bahagia tanpa Tante Sarah."Hidup bahagia?"Aku tertawa menahan perih."Kamu pikir semudah itu, Mas. Setelah semua yang kau lakukan padaku selama ini kamu pikir aku bisa bahagia hidup dengan orang yang jelas-jelas sudah menyakiti dan mengkhianatiku?""Put, aku salah aku minta maaf. Dari awal aku tak berani melawan Tante Sarah. Dia sangat kejam. Bahkan dia berencana membunuh Ayahku!""Apa?"Aku terkejut mendengar ucapan suamiku."Ya, dia belum lama ini bilang ingin menyingkirkan Ayahku. Aku tidak bisa terus-terusan hidup dengan wanita mengerikan itu!""Kalau kita pergi, gimana dengan nasib Ayahmu Mas?"Ayah mertuaku sangat baik, tidak mungkin aku mengabaikan keselamatanny