Di IGD rumah sakit.Dokter IGD menekan perut Pamela, setelah menanyai kondisi sakitnya di bagian mana, dokter pun menyuruh suster mengundang seorang ketua pengobatan tradisional untuk memeriksa nadinya.Dokter pengobatan tradisional itu mengerutkan alisnya, lalu menoleh untuk bertanya pada keluarga pasien, "Apa dia beberapa saat ini mengonsumsi banyak suplemen?""..."Waktu Agam di rumah tidak banyak, jadi dia tidak tahu tentang makanan yang dikonsumsi Pamela.Ervin berjalan ke depan untuk berkata, "Tuan Muda, aku dengar pengurus rumah bilang beberapa hari ini Nyonya Frida terus memasak berbagai sup untuk Nona Pamela, bahkan menggunakan ginseng ribuan tahun yang disimpan tuan besar untuk memasak sup, lalu diberi kepada Nona Pamela. Apa karena sup itu?"Dokter pengobatan tradisional menggelengkan kepalanya. "Masih muda, juga sehat, untuk apa memakan begitu banyak suplemen? Makan banyak suplemen mudah panas dalam, bahkan bisa menyebabkan gangguan endokrin, waktu datang bulan menjadi cepa
"Wajahnya sudah pucat, masih bilang nggak apa-apa!" Nyonya Frida sungguh kasihan padanya, bahkan terus menarik cucu di sampingnya. "Agam, cepat elus perut Pamela, suhu tubuh pria itu lebih panas. Kalau kamu elus perutnya, bisa mengurangi rasa sakitnya!"Agam mengerutkan alisnya dan terdiam.Wajah Pamela yang pucat menjadi tegang, bahkan melambaikan tangan sambil berkata, "Em ... nggak usah! Nenek, aku sudah minum obat penghilang rasa sakit, sekarang sudah baikan."Nyonya Frida tidak setuju. "Karena baru baikan, jadi harus membiarkannya mengelus perutmu, mana tahu setelah dielus, rasa sakitnya bisa hilang.""Nenek ...." Pamela tidak tahu bagaimana menolak ini, jadi dia memberi kode pada Agam dengan mata, artinya, "Paman, bisakah kamu mengatakan sesuatu?"Melihat tampak Pamela yang canggung, Agam pun tersenyum sambil berkata, "Nenek, jangan khawatir. Aku akan menyuruh orang mengambilkannya kantong kompres panas agar dia bisa mengompres perutnya."Nyonya Frida berkata dengan tak puas, "Ap
Melihat Pamela yang malu sangat kesal, Agam pun tersenyum. "Nak, ingin berperan menjadi istri baik, pertama-tama harus belajar memanggil nama suamimu dulu. Apa menurutmu panggilan 'paman' ini pantas?""Panggil namamu?" Pamela memikirkan sarannya, kemudian menunjukkan rasa jijik. "Ih! Jangan deh, aku takut aku bisa merinding!"Di dunia ini hanya beberapa orang yang bisa memanggil namanya.Namun, Pamela malah tidak mau?Ekspresi Agam menjadi masam, sehingga tangan yang mengelus perutnya makin kuat.Pamela tiba-tiba merasa sakit karena elusan Agam, jadi dia mengerutkan alis sambil berkata, "Ah, sakit! Pelan ... pelan sedikit!"Karena nyeri datang bulan, jadi suara Pamela terdengar lemas, bahkan teriakan "pelan sedikit" karena lemas akan terdengar sangat mesra.Mereka berdua tercengang sebentar, lalu saling melihat tatapan satu sama lain dengan gugup.Setelah diam dua detik, Agam tersenyum. "Mau seberapa pelan? Em?"Ketika tangan pria itu mengelus dengan pelan, Pamela merasa ada sesuatu ya
Dikra terkejut sehingga menjelaskan dengan canggung dan panik, "Em .... Apa ini rumahnya Pak Agam? Aku datang mencari istrinya Pak Agam."Datang mencari Pamela?Sekarang asal ada yang mengungkit Pamela, Olivia akan kesal, jadi dia melirik Dikra dengan tatapan sinis. "Ngapain kamu mencarinya?"Dikra juga mengamati Olivia, melihat dia berpakaian mereka, juga cantik, ditambah sikapnya yang sombong, bisa diketahui kalau dia pasti nona dari keluarga kaya.Dikra pun ada sebuah tebakan. "Nona, tadi kamu bilang ini rumahmu, 'kan? Apa ... kamu adalah istri Pak Agam?"Olivia mengerutkan alisnya, dia baru menyadari pria ini sepertinya tidak tahu siapa istri kakaknya, juga tidak tahu tampang istri kakaknya. Jadi, Olivia tidak menjelaskan, hanya bertanya balik, "Memangnya ada apa?! Untuk apa kamu mencari istri Pak Agam?"Dikra kira dirinya sudah menemukan orang yang benar, jadi menunjukkan senyum menyanjung. "Nyonya, begini, ya. Ini mengenai masalah Pak Agam, aku merasa kamu pasti tertarik untuk me
Karena sudah lama tak bertemu, kepala Universitas Padalamang saling menyapa, baru mengatakan hal penting, "Pamela, Senin depan adalah acara wisuda tingkatan kalian. Kamu sebagai lulusan berprestasi harus membawa keluargamu ikut acara wisuda. Universitas berharap kamu dan keluargamu bisa berpidato di panggung, juga berbagi tentang perjalanan suksesmu dalam belajar."Pamela menolak dengan sopan, "Maaf, Pak, aku nggak punya orang tua.""Bagaimana mungkin nggak punya orang tua? Kamu jangan asal ngomong, di dokumenmu jelas-jelas tertulis ayah dan ibu tirimu masih hidup!""Pak, aku ...."Dari telepon terdengar ada orang yang memanggil kepala universitas, jadi kepala universitas menjawab "ya". Lalu, dia buru-buru berkata, "Pamela, ingat Senin nanti bawa keluargamu datang lebih awal, jangan telat!"Selesai berbicara, kepala universitas menutup telepon.Pamela merasa agak kesal, dia memang punya orang tua, tetapi orang tua itu sama seperti tidak ada!Karena sejak kecil sampai besar, Darius tida
Agam memandanginya dengan penuh ketertarikan dan tersenyum samar.Pamela akhirnya berhasil memakaikan dasi untuk Agam, lalu dia menengadahkan kepala untuk memelototi pria itu. Tiba-tiba, Pamela teringat sesuatu dan bertanya, "Paman, apa Senin depan kamu ada waktu?""Nggak ada," jawab pria itu dengan cepat, nada bicaranya juga dingin.Pamela mengatupkan bibir, juga tidak mengatakan urusannya lagi. Namun, Pamela sengaja menarik miring dasi Agam, lalu pergi.Pria mengerutkan alis, lalu merapikan dasinya. "Ada apa? Apa kamu ada urusan pada Senin depan?"Pamela menoleh untuk melihat Agam, lalu berpikir lagi. Meskipun Paman ada waktu, pria itu harus pakai status apa untuk menemaninya pergi ke acara wisuda?Selain itu, status pria itu sangatlah terhormat, kalau dia pergi, pasti akan menarik perhatian banyak orang!"Nggak apa-apa, aku hanya tanya saja!" kata Pamela dengan tak senang.Agam juga tidak tanya lagi, hanya berjalan sampai depannya untuk mengangkat dagunya dengan kuat, lalu bertanya
Di panggung, mahasiswi berprestasi bernama Isabella Yamano dari akademi musik Universitas Padalamang membawa ayahnya berpidato.Ayah dan putri itu merasa sedih, senang, juga terharu terhadap kehidupan empat tahun di universitas."Ayah Isabella terlihat sangat muda! Juga sangat tampan!""Isabella adalah primadona di Universitas Padalamang, nggak usah dipikir pun tahu kalau gen orang tuanya pasti bagus!""Waw, ayah Isabella bilang mau menyumbang tiga piano untuk akademi musik! Kaya sekali dia!""Benar-benar iri dengan kehidupan Primadona Isabella! Dia memiliki latar belakang baik, orang tua memanjakannya, juga cantik dan memiliki prestasi baik dalam belajar!"Setelah Isabella selesai berpidato dengan ayahnya, dia pun mendengar pujian dan kecemburuan dari mahasiswa di bawah panggung. Hal ini membuat Isabella merasa bangga, bahkan turun dari panggung dengan sikap percaya diri.Di belakang panggung, dia melihat Pamela yang berada di paling akhir dan menunggu berpidato di akhir.Menurut kebi
"Nggak hanya tampan, juga memiliki temperamen yang kuat. Apa dia adalah tamu misterius yang diundang universitas?"Tepat ketika Pamela hampir selesai berpidato, dia merasa respons para mahasiswa menjadi aneh, mereka sepertinya sedang menatap ke belakangnya.Pamela pun menoleh untuk melihat, lalu dia tercengang!Paman?! Kenapa dia bisa datang?Agam meliriknya dengan rasa menarik, lalu berjalan ke depan. Sosok yang tinggi berdiri di samping Pamela, lalu dia mengatur ketinggian mikrofon dan berbicara dengan suaranya yang serak, "Halo semuanya, sebagai wali Pamela, kedatanganku hari ini ingin berterima kasih pada Universitas Padalamang yang mendidik dan menjaga Pamela. Karena waktuku nggak banyak, jadi nggak bisa berbicara lama di sini. Aku umumkan aku akan menyumbang satu gedung eksperimen untuk Universitas Padalamang dengan nama Pamela, dengan begitu bisa menyampaikan rasa terima kasihku pada Universitas Padalamang."Dalam hati Pamela bergumam, 'Ada apa dengan Paman?'Semua orang terceng