Vyora tidak habis pikir dengan jalan pikiran Varka, barusan dia sendiri yang mengajaknya untuk pergi ke taman, setelah kedatangan selir manjanya dia langsung berpaling begitu saja.Varka meninggalkan Vyora sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang lebih menjengkelkan adalah Varka merangkul pinggang Dasha dari belakang seolah sedang pamer kemesraan."Dasar pria gila, bisa-bisanya aku terjebak olehnya," Vyora mengumpat melihat kelakuan pria yang notabenenya sudah menjadi suaminya.Saat itu Vyora sangat ingin kabur dari sana tapi apa daya karena prajurit di istana selalu berjaga 24 jam, sudah pasti pergerakannya juga dipantau yang membuat dirinya tidak bisa kabur dengan mudah.Akhirnya Vyora memutuskan untuk mencari keberadaan taman yang katanya tidak jauh darinya."Permisi, taman istana ada disebelah mana?" Tanya Vyora yang kebetulan berpapasan dengan salah satu seorang pelayanan di istana."Tinggal lurus saja, nanti langsung sampai di
Varka sebisa mungkin menetralkan amarahnya karena dia harus bersikap patuh di depan hadapan ayahnya, sedangkan Dasha langsung mati kutu seketika.Pasalnya semua selir di istana sangat takut kepada ayah Varka, apa lagi masalah Dasha yang pernah mencoba menggoda Ares, dia mendapat teguran keras bahkan dirinya hampir ditendang dari istana.Ayah Varka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan untuk mendekati Varka dan melihat apa yang sedang terjadi di luar sana karena mendapati Varka dan Dasha tengah meributkan suatu hal.“Ada apa Varka?” tanya sang ayah setelah ikut melihat ke arah luar dari jendela.“Bukan apa-apa,” Varka menjawabnya sambil menundukkan kepalanya.Dasha merasa kalau kehadiran dirinya sudah tidak aman jadi ia memutuskan untuk pergi dari sana secepatnya.“Saya pamit terlebih dahulu, ada hal yang harus diurus,” pamit Dasha yang langsung pergi begitu saja.“Kamu merasa cemburu kepada adikmu sen
Bagaimana perasaan Varka saat itu?Ya, sudah pasti dia sangat emosi.Bagaimana Varka tidak emosi lantaran dia yang sudah membawa Vyora ke dalam kamar dan menunggu di sampingnya hingga siuman tetapi setelah Vyora membuka mata malah berterimakasih kepada orang lain.“Bukan aku yang membawa kakak ipar ke kamar, tapi…” Ares menggantungkan ucapannya, ia melihat ke arah belakang yang dimana Varka tengah berdiri disana.Vyora langsung paham dengan maksud Ares, seketika ia memutarkan bola matanya."Sayang..." panggil Varka kepada Vyora dengan nada yang lembut, ia berusaha untuk meredam emosinya."Kenapa disini? Bukankah tadi selirmu minta di temani untuk pergi?" tanya Vyora dengan ketus dan membuang pandangannya ke sembarang arah."Aku tidak jadi pergi dengannya karena ayah memanggilku tadi," terang varka yang masih menggunakan nada yang halus sembari ia duduk di tepian ranjang."Terus ngapain masih disini? Ada Ares yang siap menema
***Awal dimana Vyora bertemu dengan Varka adalah di dunia mimpi.Untuk pertama kalinya Varka datang ke mimpi Vyora dan dia memperkenalkan dirinya seperti cowok pada umumnya ingin berkenalan dengan wanita.Di mimpi pertama Vyora, mereka berdua sudah terlihat sangat akrab dikarenakan Vyora merasa sangat nyaman dengan sosok pria tampan itu.Pertemuan mereka di mimpi selalu di hutan tetapi hutan itu sangat indah tidak mencekam sama sekali, setiap kali Varka datang menemui Vyora ia selalu datang menunggangi kuda layaknya seorang pangeran.“Aku mau menunjukan tempat yang indah, apa kamu mau ikut?” tanya Varka setelah mereka berdua berkenalan.Vyora mengangguk dengan senangn
“Aku belum bisa memberi jawaban kepadamu,” ucap Vyora, sejujurnya dia juga bingung harus menyikapi seperti apa ajakan Varka.“Kenapa?” selidik Varka, di dalam hatinya merasa sedikit kecewa karena dilihat dari wajah Vyora terlihat penolakan dengan halus.“Aku belum bisa untuk memberi jawaban sekarang, tetapi aku bahagia bisa bersamamu.”“Jangan katakan ini adalah sebuah perpisahan.” Varka sudah berasumsi tentang pikirannya sendiri. “Tidak, bukan seperti itu maksudku…”“Lalu?” Varka terus memojokkan Vyora untuk memberi alasan kenapa dia tidak mau.Vyora masih diam, sejujurnya dia sangat bingung dengan situasi yang sedang ia alami.“Kita selalu bersama selama ini apa kamu masih meragukanku? Katakan kamu ingin aku seperti apa biar aku bisa menyesuaikan. Aku sangat mencintaimu Vyora,” ucap Varka.Dia terus membujuk agar Vyora bisa ikut dengannya ke istana, bagaimanapun caranya ia akan membujuk Vyora hingga mau.“Kita hanya ada di dunia mimpi, bagaimana bisa kita bertemu di dunia nyata? Ya
Setelah memberikan hati angsa hitam kepada juru masak Varka langsung bergegas menuju kamarnya untuk melihat kondisi istrinya sekalian untuk mandi dan berganti pakaian karena bajunya kotor saat terkena darah Vyora dan ditambah noda dari hutan.“Bagaimana keadaan istriku?” tanya Varka kepada tabib yang masih setia menjaga Vyora, ia mendapati hanya ada tabib saja disana. “Pendarahannya masih bisa terkontrol, bagaimana dengan hati angsanya apakah berhasil di dapatkan?” tanya sang tabib sambil berpindah posisi duduknya yang tadinya duduk di sebelah ranjang kini pindah di sebelah jendela.“Sedang dimasak,” jawab Varka sambil berjalan menghampiri Vyora yang terbujur tidak sadar, ia mendapati kalau istrinya sudah berganti pakaian yang bersih.Mata Varka berkaca-kaca melihat kondisi istrinya.Kemudian Varka memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Dengan waktu yang singkat Varka sudah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian yang bersih.“Kapan istriku akan sadar?” tanya
Dalam hati Ares tertawa dengan keras, pada akhirnya ia mengetahui celah kebodohan Dasha ia ingin memanfaatkan celah ini untuk menjadikannya bumerang.“Aku tidak berani dengan kak Varka,” ucap Ares yang terlihat putus asa.“Tenang saja, aku akan membantumu,” ucap Dasha sambil menaruh tangannya ke pundak Ares.“Nanti aku pikirkan lagi, sekarang aku mau masuk ke istana dulu, dari siang belum makan,” pamit Ares yang langsung pergi begitu saja.*** Vyora tidak pernah lepas dari perhatian Varka, bahkan Varka selalu rebahan di sebelah Vyora sambil terus menceritakan dulu mereka pertama kenal.Varka menganggap Vyora seperti sedang tidur, ia selalu memeluk istrinya.“Sayang kapan kamu akan bangun? Aku sudah menunggumu sejak tadi, aku kangen suaramu sayang,” ucap Varka sambil membelai pipi Vyora. Saat Varka hendak tidur ia merasa kalau tubuh Vyora bergerak.“Sayang…” panggil Varka, ia memastikan kalau istrinya benar benar sudah sadar.Varka menggenggam kedua bahu milik Vyora tetapi ia tidak m
*** Ares merasa sangat sedih tetapi ia tidak berani untuk melihat kondisi Vyora karena ia tidak akan tahan. Demi ketenangannya ia seharian berada di kandang kuda, mengasingkan diri agar tidak ada orang yang tahu.Ares sudah merasa nyaman dan menganggap Vyora sebagai kakak iparnya, tetapi sifat jahilnya memang tidak bisa hilang ia akan jahil kepada orang yang sudah membuatnya nyaman. Bahkan Ares dan Varka sangat jarang sekali mengobrol layaknya kakak adik, Varka yang selalu sibuk dengan urusan istana dan sifatnya yang sangat dingin membuat dirinya enggan untuk bersama, jadinya Ares selalu merasa kesepian di istana, hiburannya hanya kuda kesayangannya saja.“Wiliam, apa yang dialami kakak ipar adalah semua salahku? Aku sangat merasa bingung saat ini bahkan aku tidak berani untuk melihat kondisinya sekarang,” ucap Ares yang mengajak ngobrol kepada kudanya yang bernama Wiliam.Bukan hanya Ares saja yang sedang bingung, bahkan Adam juga sedang resah karena selalu kepikiran dengan kondis