Vyora merasa penasaran kepada wanita yang ada di balik pintu barusan, ia mendengar dengan jelas kalau dirinya minta ditemani tidur oleh Varka.
Bukan rasa cemburu yang ada dalam hari Vyora melainkan ia merasa dipermainkan oleh pria yang telah membuatnya seperti ini, Vyora akhirnya berusaha untuk memejamkan matanya dengan perasaan hati yang campur aduk hingga akhirnya ia terlelap dengan sendirinya.
Pagi harinya Vyora bangun, baru kali ini ia tidur tanpa memimpikan Varka. Saat Vyora hendak bangkit ia merasa ada yang melingkar di atas perutnya setelah di cek ternyata itu tangan Varka.
Vyora kemudian memindahkan tangan Varka ke kasur karena ia hendak ke kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus mandi.
Merasa ada yang memindahkan tangannya Varka langsung membuka matanya dengan perlahan dan mendapati Vyora hendak bangkit dari tempat tidur, langsung di tariknya lengan Vyora oleh Varka karena ia mengira kalau Vyora hendak kabur.
“Mau kemana, hm?” tanya Varka dengan suara yang serak dan mata yang sipit karena masih mengantuk.
“Aku mau ke kamar mandi untuk buang air kecil sekalian mandi,” jawab Vyora dengan dingin, mengingat semalam Varka yang pergi begitu saja untuk menemani seorang perempuan tidur.
“Aku akan ikut,” Varka kemudian bangun dan bersiap untuk membuntuti Vyora menuju kamar mandi.
“Tidak!” Vyora langsung menolak permintaan Varka.
“Diam disini, jangan pernah berani mengikutiku masuk ke dalam kamar mandi!” Vyora mengancam Varka sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi yang ada di pojokan kamar.
Bagi Varka larangan sama saja dengan perintah, tetapi ia sengaja menunggu suara gemericik air yang menandakan Vyora sedang mandi kemudian ia akan masuk ke dalam kamar mandi tanpa sepengetahuannya.
Melihat kehadiran Varka di dalam kamar mandi sontak membuat Vyora menjerit dan langsung membalikkan tubuhnya walaupun Varka masih bisa melihat tubuh bagian belakangnya.
“Aku sengaja masuk untuk memberikan baju ganti untukmu sekalian aku hendak buang air kecil karena sudah tidak tahan,” jawab Varka dengan santainya sambil masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya kembali.
“Kalau mau buang air kecil kenapa harus melepaskan semua pakaian?” Vyora sudah melihat tubuh polos Varka tanpa sengaja saat ia memasuki kamar mandi.
“Sekalian untuk mandi bareng.” Varka melangkahkan kakinya untuk lebih dekat lagi dengan Vyora.
Varka sengaja merapatkan tubuhnya ke bagian belakang Vyora yang membuatnya semakin menjadi mati kutu, benda asing milik Varka yang sudah membuat Vyora menjadi salah tingkah dan enggan untuk membalikkan tubuhnya menghadap Varka.
“Biar aku bantu pakai sabun ya,” Varka berbisik di telinga Vyora dengan nada yang sangat halus seolah sedang menggodanya.
Dan benar saja Varka langsung membalurkan buih sabun ke tubuh Vyora bagian belakang yang membuatnya terkejut.
“STOP! AKU BISA MELAKUKANNYA SENDIRI DAN TOLONG KAMU KELUAR SEKARANG!” bentak Vyora yang masih di posisi membelakangi Varka.
“Tidak bisa. Aku sedang menjalankan tugasku,” Varka menjawabnya dengan sangat santai bahkan ia terus melanjutkan aksinya.
Vyora merasa kesal dan berniat menepis tangan yang tengah menari-nari di tubuhnya itu tetapi setelah menepisnya justru Vyora tidak sengaja menyenggol milik Varka dan membuatnya terbangun. “Dia jadi bangun karena sentuhanmu, sekarang tanggung jawab untuk menidurkannya kembali,” ucap Varka dengan seringainya.Dengan cepat Varka membalikkan tubuh istrinya dan menarik tengkung kemudian langsung dilumatnya bibir mungil itu dengan ganas dan brutal, tangannya tidak mau kalah diraihnya gundukan kenyal lalu ia mainkan selayaknya squishy.
Vyora juga wanita normal, ia merasakan seperti tersengat listrik saat area sensitifnya dipilin oleh Varka yang membuatnya sedikit terbuai dengan ulah suaminya.
Melihat respon Vyora yang sudah agak menerima pancingannya, perlahan tangan Varka turun berpindah ke pangkal paha dan ia mengusapkan dengan lembut.
Sontak perlakuan itu membuat Vyora terkejut dan langsung mendorong paksa tubuh Varka untuk menghentikan aksinya kemudian ia keluar dari kamar mandi setelah melilitkan handuk ke tubuhnya dan memilih berpakaian di luar saja.
Setelah Vyora selesai berpakaian tidak lama Varka keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang sudah rapih.
“Ayo kita sarapan, yang lain pasti sudah menunggu.” Varka mengajak Vyora untuk pergi sarapan dan terlihat sangat santai seolah tidak terjadi apa-apa.
Vyora hanya mengikuti ajakan Varka karena sebenarnya ia juga merasa lapar dan butuh asupan makanan.
Sesampainya di ruang makan yang terletak di lantai satu, Vyora melihat penampakan meja makan yang besar layaknya di kerajaan dan disana sudah ada beberapa orang yang menunggu kehadiran mereka.
Vyora langsung mengambil posisi duduk tanpa menyapa kepada semua orang yang ada, tidak lama acara sarapan keluarga pun berlangsung dan diselingi dengan obrolan kecil.
Disana ada lima wanita yang duduk berjejeran lalu ada adik Varka yang belum Vyora kenal dan pria paruh baya.
Setelah semuanya selesai makan, Varka meminta izin terlebih dahulu kepada semuanya untuk memperkenalkan mereka satu persatu kepada Vyora.
“Aku akan memperkenalkan diriku dan juga semua anggota yang ada di istana kepadamu,” bisik Varka tepat di telinga Vyora.
“Namaku Varka Jayne Lucifer aku adalah anak pertama dikeluarga ini, lalu yang duduk di ujung itu adalah ayahku yang bernama Adam Lucifer,” ucap Varka yang kemudian ia menundukkan kepalanya sejenak memberikan hormat kepada ayahnya.
“Di sebelahnya itu adikku yang kemarin malam sudah menyapamu, dia Ares Ardana Lucifer.”
“Tunggu, dimana ibumu? Kenapa langsung memperkenalkan adikmu?” tanya Vyora menyela Varka dengan santainya.
“Ibuku sudah tiada sayang,” jawab Varka dengan merendahkan suaranya seolah sedang menahan emosinya.
Vyora hanya menganggukkan kepalanya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Lalu kelima wanita ini adikmu?” tanya Vyora dengan asal menebak.
“Bukan sayang, aku hanya mempunyai satu adik saja.” Varka menjawabnya dengan santai. “Mereka semua adalah selirku.”
“Mereka semua adalah selirku,” Varka menjawabnya dengan santai.Seketika Vyora mematung seperti tersambar petir di pagi hari yang cukup cerah pada saat itu, ia merasa sangat dipermainkan oleh Varka. “Akan aku perkenalkan semuanya kepadamu, dimulai dari yang sedang duduk berhadapanan denganmu,” sambung varka yang tidak merasa bersalah sama sekali. “Ashira, Hazel, Eira, Karalyn, dan Dasha yang tengah hamil sama sepertimu tetapi usia kandungannya sudah tua,” ucap Varka setelah selesai mengenalkan kelima selirnya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Hatinya bagaikan ditusuk oleh ribuan jarum Vyora tak kuat jika terus berada disana, ia pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada semua orang. “Situasi macam apa ini, bagaimana bisa aku masuk ke dalam lingkungan orang-orang bodoh,” Vyora terus melangkahkan kakinya ke sembarang arah karena yang terpenting saat ini adalah ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu agar ia bisa menyusun rencana untuk kabur. “Hai kakak ipar,” sapa Ares dari ba
Vyora tidak habis pikir dengan jalan pikiran Varka, barusan dia sendiri yang mengajaknya untuk pergi ke taman, setelah kedatangan selir manjanya dia langsung berpaling begitu saja.Varka meninggalkan Vyora sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang lebih menjengkelkan adalah Varka merangkul pinggang Dasha dari belakang seolah sedang pamer kemesraan."Dasar pria gila, bisa-bisanya aku terjebak olehnya," Vyora mengumpat melihat kelakuan pria yang notabenenya sudah menjadi suaminya.Saat itu Vyora sangat ingin kabur dari sana tapi apa daya karena prajurit di istana selalu berjaga 24 jam, sudah pasti pergerakannya juga dipantau yang membuat dirinya tidak bisa kabur dengan mudah.Akhirnya Vyora memutuskan untuk mencari keberadaan taman yang katanya tidak jauh darinya."Permisi, taman istana ada disebelah mana?" Tanya Vyora yang kebetulan berpapasan dengan salah satu seorang pelayanan di istana."Tinggal lurus saja, nanti langsung sampai di
Varka sebisa mungkin menetralkan amarahnya karena dia harus bersikap patuh di depan hadapan ayahnya, sedangkan Dasha langsung mati kutu seketika.Pasalnya semua selir di istana sangat takut kepada ayah Varka, apa lagi masalah Dasha yang pernah mencoba menggoda Ares, dia mendapat teguran keras bahkan dirinya hampir ditendang dari istana.Ayah Varka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan untuk mendekati Varka dan melihat apa yang sedang terjadi di luar sana karena mendapati Varka dan Dasha tengah meributkan suatu hal.“Ada apa Varka?” tanya sang ayah setelah ikut melihat ke arah luar dari jendela.“Bukan apa-apa,” Varka menjawabnya sambil menundukkan kepalanya.Dasha merasa kalau kehadiran dirinya sudah tidak aman jadi ia memutuskan untuk pergi dari sana secepatnya.“Saya pamit terlebih dahulu, ada hal yang harus diurus,” pamit Dasha yang langsung pergi begitu saja.“Kamu merasa cemburu kepada adikmu sen
Bagaimana perasaan Varka saat itu?Ya, sudah pasti dia sangat emosi.Bagaimana Varka tidak emosi lantaran dia yang sudah membawa Vyora ke dalam kamar dan menunggu di sampingnya hingga siuman tetapi setelah Vyora membuka mata malah berterimakasih kepada orang lain.“Bukan aku yang membawa kakak ipar ke kamar, tapi…” Ares menggantungkan ucapannya, ia melihat ke arah belakang yang dimana Varka tengah berdiri disana.Vyora langsung paham dengan maksud Ares, seketika ia memutarkan bola matanya."Sayang..." panggil Varka kepada Vyora dengan nada yang lembut, ia berusaha untuk meredam emosinya."Kenapa disini? Bukankah tadi selirmu minta di temani untuk pergi?" tanya Vyora dengan ketus dan membuang pandangannya ke sembarang arah."Aku tidak jadi pergi dengannya karena ayah memanggilku tadi," terang varka yang masih menggunakan nada yang halus sembari ia duduk di tepian ranjang."Terus ngapain masih disini? Ada Ares yang siap menema
***Awal dimana Vyora bertemu dengan Varka adalah di dunia mimpi.Untuk pertama kalinya Varka datang ke mimpi Vyora dan dia memperkenalkan dirinya seperti cowok pada umumnya ingin berkenalan dengan wanita.Di mimpi pertama Vyora, mereka berdua sudah terlihat sangat akrab dikarenakan Vyora merasa sangat nyaman dengan sosok pria tampan itu.Pertemuan mereka di mimpi selalu di hutan tetapi hutan itu sangat indah tidak mencekam sama sekali, setiap kali Varka datang menemui Vyora ia selalu datang menunggangi kuda layaknya seorang pangeran.“Aku mau menunjukan tempat yang indah, apa kamu mau ikut?” tanya Varka setelah mereka berdua berkenalan.Vyora mengangguk dengan senangn
“Aku belum bisa memberi jawaban kepadamu,” ucap Vyora, sejujurnya dia juga bingung harus menyikapi seperti apa ajakan Varka.“Kenapa?” selidik Varka, di dalam hatinya merasa sedikit kecewa karena dilihat dari wajah Vyora terlihat penolakan dengan halus.“Aku belum bisa untuk memberi jawaban sekarang, tetapi aku bahagia bisa bersamamu.”“Jangan katakan ini adalah sebuah perpisahan.” Varka sudah berasumsi tentang pikirannya sendiri. “Tidak, bukan seperti itu maksudku…”“Lalu?” Varka terus memojokkan Vyora untuk memberi alasan kenapa dia tidak mau.Vyora masih diam, sejujurnya dia sangat bingung dengan situasi yang sedang ia alami.“Kita selalu bersama selama ini apa kamu masih meragukanku? Katakan kamu ingin aku seperti apa biar aku bisa menyesuaikan. Aku sangat mencintaimu Vyora,” ucap Varka.Dia terus membujuk agar Vyora bisa ikut dengannya ke istana, bagaimanapun caranya ia akan membujuk Vyora hingga mau.“Kita hanya ada di dunia mimpi, bagaimana bisa kita bertemu di dunia nyata? Ya
Setelah memberikan hati angsa hitam kepada juru masak Varka langsung bergegas menuju kamarnya untuk melihat kondisi istrinya sekalian untuk mandi dan berganti pakaian karena bajunya kotor saat terkena darah Vyora dan ditambah noda dari hutan.“Bagaimana keadaan istriku?” tanya Varka kepada tabib yang masih setia menjaga Vyora, ia mendapati hanya ada tabib saja disana. “Pendarahannya masih bisa terkontrol, bagaimana dengan hati angsanya apakah berhasil di dapatkan?” tanya sang tabib sambil berpindah posisi duduknya yang tadinya duduk di sebelah ranjang kini pindah di sebelah jendela.“Sedang dimasak,” jawab Varka sambil berjalan menghampiri Vyora yang terbujur tidak sadar, ia mendapati kalau istrinya sudah berganti pakaian yang bersih.Mata Varka berkaca-kaca melihat kondisi istrinya.Kemudian Varka memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Dengan waktu yang singkat Varka sudah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian yang bersih.“Kapan istriku akan sadar?” tanya
Dalam hati Ares tertawa dengan keras, pada akhirnya ia mengetahui celah kebodohan Dasha ia ingin memanfaatkan celah ini untuk menjadikannya bumerang.“Aku tidak berani dengan kak Varka,” ucap Ares yang terlihat putus asa.“Tenang saja, aku akan membantumu,” ucap Dasha sambil menaruh tangannya ke pundak Ares.“Nanti aku pikirkan lagi, sekarang aku mau masuk ke istana dulu, dari siang belum makan,” pamit Ares yang langsung pergi begitu saja.*** Vyora tidak pernah lepas dari perhatian Varka, bahkan Varka selalu rebahan di sebelah Vyora sambil terus menceritakan dulu mereka pertama kenal.Varka menganggap Vyora seperti sedang tidur, ia selalu memeluk istrinya.“Sayang kapan kamu akan bangun? Aku sudah menunggumu sejak tadi, aku kangen suaramu sayang,” ucap Varka sambil membelai pipi Vyora. Saat Varka hendak tidur ia merasa kalau tubuh Vyora bergerak.“Sayang…” panggil Varka, ia memastikan kalau istrinya benar benar sudah sadar.Varka menggenggam kedua bahu milik Vyora tetapi ia tidak m