Bekerja pada hari ini terasa sangat lama dan membosankan, Lia gak ada semangat, kejadian tadi malam sangat mengganggu pikirannya. Hari ini tak chat dari Sandi, Lia merasa bingung. "Mungkin dia marah ya karena kuusir semalam" Lia berbicara dalam hati. "Kamu ini niat kerja gak sih ....kok bengong terus" Sebuah suara membuat Lia kaget."Maaf, Eh Pak Seno..,..saya.....""Makanya kalau kerja itu fokus, ini mengganggu orang jalan saja, lihat itu lantai bukannya bersih malah tambah kotor kamu buat" Pak Seno marah sambil berkacak pinggang. Pak Seno adalah manajer di perusahaan itu, dia sudah lama merayu Lia agar mau jadi simpannnya tapi Lia tak pernah menanggapi."Iya pak, gak kan saya ulangi lagi, saya kerjain dulu ya pak.." Lia mengepel lantai itu dan segera menghindar dari Pak Seno.Pak Seno melihat Lia, wanita yang cantik, seksi dan sangat menarik walaupun dengan pakaian seorang OB. "Entah kapan aku bisa menikmati tubuhnya" Pak Seno mengumam. "Kenapa dia berani menolak saya ya .." kembal
Lia pulang kerumah dengan cepat, hari sudah mulai gelap, anak-anaknya pasti sudah menunggu. Ketika sampai di rumah, anak-anak sedang belajar. Lia lega anaknya belajar dengan tenang. Setelah Lia mandi dan berganti memakai daster Lia makan malam dengan anak-anak nya. Lia bahagia sekali, dia senyum sendiri mengingat kejadian yang dia alami pada hari ini. "Mama kok senyum-senyum terus, kenapa ma?" tanya Doni. "Oh ..gak apa-apa. Kita habiskan makanya ya biar bisa istirahat". Lia tersadar dan dengan cepat menyelesaikan makan malamnya. Akhirnya Lia bisa merebahkan tubuhnya setelah menidurkan anak-anaknya. "Aku sedang makan malam ya sayang, Istirahat kamu ya... jangan tidur terlalu malam. Aku mungkin gak akan chat kamu sampai pagi karena aku nyetir" chat dari Sandi masuk. Hati Lia berbunga-bunga. "Iya mas..... Hati-hati ya sayang""Iya sayang ..."Lia teringat pada amplop yang diberikan Sandi tadi dan ketika membukanya ternyata ada uang 5juta rupiah. Uang sebanyak itu gak pernah lagi Lia
Sudah 3 hari berlalu sejak Pak Seno memberi peringatan kepada Lia, Lia merasa cemas karena Pak Seno selalu memandang dia dengan tajam apabila kebetulan bertemu. Pak Seno seperti menuntut apa yang sudah Lia janjikan. Lia hanya bisa bersabar dan terus berdoa semoga sebelum sampai waktu yang dijanjikan Seno hadir disini dan membelanya. "Ingat waktumu tinggal 2 hari, siap-siap kamu dipecat" Pagi itu Lia berpapasan dengan Pak Seno di lift. Lia hanya bisa terdiam. Lia semakin resah, karena beberapa hari Sandi juga gak kasih kabar, dari chat nya yang terakhir dia ke pedalaman dan tidak ada sinyal disana. Hari perjanjian itupun tiba, Lia berangkat kerja dengan perasaan yang kalut, dia bingung apa nanti yang harus dia lakukan kalau dipecat, bagaimana nanti masa depan anaknya sedangkan Sandi gak ada lagi kabar. Pak Seno sudah bolak balik di dekat pantri setiap ada kesempatan untuk melihat Lia, Lia pura-pura tidak tahu untuk menghindar. Akhirnya waktunya pulang, Lia dengan cepat membereskan
Lia benar-benar merasa hancur, kebahagiaan yang telah dia rasakan beberapa bulan ini lenyap seperti embun di pagi hari, hilang tak berjejak. Sandi hilang tanpa kabar, Lia menyesal tak pernah bertanya dengan jelas siapa Sandi sebenarnya, dimana dia tinggal, apa pekerjaannya. Lia merasa sangat bodoh telah buta oleh perasaan sayang pada Sandi. Berbulan-bulan Lia menanti, Sandi tak pernah lagi berkirim pesan. Lia benar-benar hampa, dia sekarang hanya fokus bekerja dan mengurus kedua anaknya. Lia beruntung Pak Seno menyerah mengganggu dan dia tetap bekerja. Setelah istrinya mengetahui kelakuan bejatnya dari Jeni, yang ternyata telah hamil. Isteri Pak Seno menyuruh Jeni untuk menggugurkan kandungannya dan menyuruhnya pergi jauh dari kota ini, dengan memberikan uang yang cukup banyak.Pak Seno juga diancam istrinya kalau masih berani macam-macam akan dipecat dan diusir, karena perusahaan itu adalah milik orang tua istrinya, tentu saja Pak Seno takut. Pak Seno memang hanya seorang pecunda
Sandi menarik napas., menundukkan kepalanya."Maafkan aku Lia, aku selama ini telah buat kamu menunggu tanpa kabar" Lia menatap Lia."Aku mengalami musibah setahun yang lalu, aku mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa ku, aku hancur. Usahaku hancur, hal itulah yang membuat aku tak sanggup berjumpa denganmu" Sandi memegang tangan Lia, Lia memalingkan wajahnya."Apapun yang terjadi kamu bisa kasih aku kabar. Aku tidak bisa percaya lagi sama kamu mas""Lia percayalah padaku, aku tak ada maksud membuat kamu menderita. Aku berjanji tak akan pernah kecewa kan kamu lagi. Mulai detik ini akulah yang akan menjaga dan melindungi kamu juga anak-anak". Lia meneteskan air matanya mengingat semua penderitaan yang dia alami, bagaimana dia menanti kabar dari Sandi, dia disiksa dituduh selingkuh, dia hampir dipecat. Lia sangat lelah dengan derita dengan beban yang selama ini dia alami. "Mas, aku tidak bisa lagi menerima kamu. Pergilah mas, aku ingin sendiri. Aku tidak mau hancur lagi". Li
Pov SandiAku terkejut sekali bertemu Nani kawan akrab Susan. Hampir saja rahasiaku terbongkar. Aku harus berusaha agar Lia tidak akan bertemu lagi dengan Nani. Ini sangat berbahaya. Aku dengan cepat membawa Lia kerumah agar dia lupa tentang pertemuan tadi. Lia wanita yang sangat kucintai walaupun akhirnya aku sangat membencinya. Dia telah membuatku hancur dimasa lalu. Dia menghina dan menghancurkan harga diriku. **** 15 tahun lalu.Dua orang gadis Lia dan Ani sedang berjalan pulang dari sekolah melewati gerbang sekolah, mereka nampak sedang bercerita sesuatu yang menarik. Mereka tidak henti-hentinya tertawa dan bercerita dengan gembira.Beberapa laki-laki yang melihat mereka terkesima dengan kecantikan Lia. Lia adalah idola disekolah tersebut, dia siswa yang sangat cantik dan berasal dari keluarga yang kaya sehingga banyak pria yang mencoba mendekati nya. Lia sadar banyak yang menyukainya tapi dia tidak mau sembarangan dekat dengan laki-laki, pesan dari ibunya tidak boleh berga
Sebulan kemudian Sandi datang, anak-anak sangat bahagia terutama Lia yang menyembunyikan rasa bahagianya. Sandi datang membawa banyak oleh-oleh. Baik untuk Lia maupun anak-anak. "Senang sekali kamu sudah pulang mas" Kata Lia dengan senyum bahagia."Iya papa udah pulang ya ma, adek senang sekali. Terimakasih boneka nya ya pa" Dini mencium pipi Sandi dengan bahagia. Sandi membalas mencium pipi Dini."Papa pun senang sekali jumpa dengan anak papa yang cantik ini, Dion suka kan sama bola nya?" Doni mengangguk senang."Senang sekali pa. Terimakasih ya pa, ayo dek kita makan kue yang papa bawa" Doni mengajak Dini membuka kue yang dibawa Sandi."Mas terimakasih ya udah buat anak-anak senang" Lia memandang Sandi dengan penuh rindu. Sandi memegang tangan Lia."Kamu gimana sayang? apa gak senang aku pulang?" Sandi menarik tangan Lia agar lebih mendekat."Aku rindu sekali sayang"Sandi berbisik ketelinga Lia. Wajah Lia bersemu merah."Aku juga rindu mas" Lia berbisik malu. Sandi mengajak Lia kek
Hari-hari terasa berat, Lia semakin sering merasa pusing dan mual, apalagi teringat Sandi yang akan segera pulang. Kepala Lia semakin pusing. Lia akhirnya berobat ke bidan dekat rumahnya, dengan hati berdebar Lia menunggu hasil pemeriksaan bidan. Lia memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Bu bidan memangilnya masuk keruangan nya. "Mari Bu Lia, hasil pemeriksaan ny sudah keluar, apa ibu datang sendiri?, suaminya mana?"Tanya Bu bidan."Suami saya lagi kerja diluar kota Bu bidan" Jawab Lia dengan gugup. "Hasilnya gimana Bu?" Lia meremas tangan nya dengan gugup. Kalau hasilnya positif Lia gak tahu harus bahagia atau sedih. Bu bidan menyalami Lia. "Selamat ya Bu, ibu sudah hamil 5 Minggu, dijaga ya kandungan nya, karena kandungan ibu lemah, alangkah baiknya tadi kalau suami ibu bisa ikut" Lia nampak terkejut walaupun dia sudah menduga bahwa dia sedang mengandung anak Sandi. "Terimakasih Bu bidan, saya permisi ya Bu" Lia bergegas mau pergi. "Tunggu dulu Bu, ini ada obat yang harus i