Share

HUMAIRA
HUMAIRA
Author: Miftahul Jannah

Part 1 Kelahiran Humaira

Pagi diiringi rinai hujan, Jaka membawa Lintang yang sudah mules mau melahirkan ke RS. Jaka ditemani ibu Gita ibunya Lintang membawa Lintang ke RS menggunakan taxi. Terlihat Jaka sangat gelisah.

"Sabar ya sayang!" Ucapnya sambil mengelus punggung istrinya. "Mas, bisa cepat sedikit ngga!" Pinta Jaka pada supir. Supir pun menaikkan kecepatannya.

Lintang memasuki ruang bersalin diiringi Jaka. Bidan mengobservasi keadaan Lintang.

"Bukaan tiga ya Bu." Ucap bidan.

Kemudian dokter datang memeriksa keadaan Lintang. "Kita tunggu sampai sempurna ya Bu pembukaannya." Ucap dokter.

Tidak menunggu terlalu lama, selang dua jam pembukaan sudah sempurna, Bidan pun menyuruh Lintang mencoba mengeden.

"Tarik nafas yang dalam ya Bu, lalu hembuskan!!!" Intruksi bidan. Lintang pun menuruti. "Ayo terus Bu!!! Kepalanya sudah terlihat." Beritahu bidan.

"Yang kuat sayang, yang kuat!!!" Jaka memberi semangat.

"Sakit mas, sakit. Aku ngga kuat."

"Sedikit lagi sayang, sedikit lagi, bertahanlah!"

"Ibu coba lagi ya Bu! kasian bayinya kalau kelamaan. Ayo Bu, Kepalanya sudah terlihat, yang kuat ngedennya Bu!" Lintang semakin lemas. Bidan pun mengurut perut Lintang dengan kuat agar bayi Lintang bisa keluar. Tapi tak membuahkan hasil banyak. "Sobek! Sobek!!!"  Perintah bidan yang mengurut ke bidan yang sedari tadi menunggu di depan kepala bayi. Bidan itu pun langsung mengambil gunting dan menyobek liang Lintang.

"Owek... Owek... Owek... " Tangis bayi kecil yang keluar dari liang Lintang.

"Selamat Pak, bayinya perempuan." Ucap bidan yang membantu persalinan Lintang. Air mata haru langsung menetes dari mata Jaka. "Kami bersihkan dulu ya Pak." Bidan membawa bayinya.

"Cantik seperti kamu sayang." Ucap Jaka sembari mengecup kening Lintang. "Terima kasih ya sayang." Lintang hanya tersenyum lemas tak berdaya. "Kita beri nama sesuai yang sudah kita siapkan ya sayang. HUMAIRA AZ ZAHRA."  Ucap Jaka.

Bidan menyerahkan bayinya ke Jaka. "Bayinya sangat cantik Pak."

"Terima kasih Bu." Ucap Jaka sambil tersenyum. Kemudian Jaka mengumandangkan adzan di telinga kanan Humaira, dan iqomat detelinga kiri. "Jadi putri ayah yang solehah ya sayang." Ucap Jaka sembari mengecup pipi anaknya yang kemerahan.

*****

"Ayah kapan cari kerjaan lagi?" Tanya Lintang pada Jaka.

"Tabungan kita kan cukup bunda. Ayah ingin di samping bunda dan Humaira, setidaknya sampai Humaira bisa jalan."

"Kelamaan ayah. Uang dari toko kan ngga seberapa. Bunda kangen pengen shopping ke mall." Rengek Lintang.

"Humaira belum juga empat puluh hari bunda, masa bunda sudah mikir mau ke mall?"

"Bunda sudah jenuh di rumah terus Ayah."

"Ya ampun bunda. Sabar ya! Kan kasian kalau Humaira di bawa ke mall masih kecil begini."

"Kata siapa bunda mau bawa Humaira? Yang ada repot ayah. Humaira nanti ibunya bunda yang jagakan!"

"Bunda, Humaira kan perlu ASI nya bunda."

"Nanti bunda pompakan ASI bunda."

"Ya sudah terserah bunda saja." Jaka mengalah.

"Nanti minta uangnya ya ayah."

"Iya."

"Ya sudah bunda siap-siap dulu."

"Tunggu bunda! Bunda mau ke mall sekarang?" Jaka terkejut.

"Tahun depan Ayah. Ya sekarang lah Ayah. Bunda sudah sangat jenuh di rumah saja ngurus Humaira." Rengeknya.

"Bunda pergi sama siapa?"

"Sama teman-teman bunda Ayah. Ayah siapin uangnya ya. Satu juta ada kan Yah? Bunda siap-siap dulu." Lintang beranjak ke kamar mandi. Jaka hanya bisa menghela nafas panjang.

Lintang sudah siap berangkat. Dia mengenakan mini dress berwana peach tanpa lengan. Rambut panjangnya digerainya. Wajahnya mengenakan riasan yang natural, membuat Lintang semakin cantik.

"Bunda kok cantik banget sih?" Tanya Jaka.

"Ayah kenapa? Cemburu ya bundanya mau ke mall?" Goda Lintang.

"Wangi banget lagi."

"Uangnya mana Ayah?" Lintang menadahkan tangannya. Jaka pun menyerahkan sepuluh lembar uang seratus ribu rupiah. "Terima kasih Ayah." Ucap Lintang sambil mengecup pipi Jaka. "Bunda berangkat." Lintang keluar. Dia berpapasan dengan ibunya Jaka. Dia cuek saja.

"Lintang mau kemana Jaka?" Tanya bu Ratna.

"Ngumpul sama teman-temannya di mall Bu."

"Kamu ngga ikut?"

"Ngga lah Bu. Jaka lagi seneng main sama Humaira. Biar ajalah Lintang senang-senang. Kasian dia jenuh di rumah."

"Humaira mana?"

"Lagi sama neneknya Bu."

*****

Usai kumpul bersama teman-temannya, Lintang pergi ke rumah kontrakan Dito. Dito yang terlihat jenuh memasang muka masam.

"Mas kok cemberut gitu? Ngga senang ya didatengin?"

"Lama sekali sih? Aku sudah kelamaan libur nih."

"Kan aku ngumpul sama temanku dulu mas. Mas ngga sabaran banget sih, aku baru lahiran, nifas pula, masa iya aku keluyuran, bisa curiga suamiku mas."

"Kamu bawa uangnya kan?"

"Iya bawa mas."

"Mana?"

"Diirit ya mas! Mas kan tau suamiku ngga kerja di tambang lagi. Pengeluaran kami juga banyak." Lintang menyerahkan lima lembar uang seratus ribu.

"Segini kan cuma cukup tiga hari Lintang. Mau diirit gimana lagi?"

"Nanti suamiku bisa curiga kalau aku boros banget, aku kan di rumah saja, beda dengan dulu aku alasan ngumpul sama teman dan lain-lain."

"Ya bisa-bisa kamu lah Lintang. Kamu kan tau mas cuma ngandelin uang pemberian kamu. Cari kerjaan susah."

"Iya mas, Lintang ngerti. Mas mau minta diservice apa tidak? Kalau ngga Lintang pulang nih."

"Kan itu juga yang aku tunggu dari kamu sayang." Dito memeluk tubuh Lintang dari belakang.

*****

Lintang pulang sangat larut. Ibunya menariknya ke dalam kamar.

"Pasti kamu menemui Dito lagi. Berapa kali ibu sudah bilang, berhenti berhubangan dengan laki-laki kere itu. Kenapa kamu masih saja memelihara parasit itu Lintang?" Marah bu Gita.

"Lintang mencintai mas Dito Bu. Berapa kali Lintang bilang, jangan campuri hubungan Lintang dengan mas Dito." Bantah Lintang.

"Lintang, Jaka itu ada di sini, kalau dia memergoki kamu bagaimana? Kalau kamu dia ceraikan, mau makan apa kita Lintang?"

"Ayolah Bu, mas Jaka ngga akan ceraikan Lintang. Mas Jaka sangat mencintai Lintang. Melirik perempuan lain saja dia tidak berani."

"Terserah kamu Lintang. Ibu mohon kamu batasi pertemuan kamu dengan Dito! Ini untuk kebaikan kita semua."

"Ih, Ibu bawel banget sih. Pokoknya Ibu ngga usah pusing! Sudah, titik!!!" Lintang pergi meninggalkan kamar ibunya.

*****

Mohon votenya ya readers

Mohon kritik dan sarannya

Terima kasih readers

Happy reading!!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status