Page twenty four - Ending
"Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?"
"Ia ingin lebih baik, katanya."***Dua makhluk yang ditinggalkan itu tidak saling bertanya, tidak saling menatap hanya diam menghabiskan waktu di antara mereka.Hingga malam pun terlewat, menjelang pagi dengan matahari yang muncul seolah tidak terjadi apa-apa. Sepasang mata terasa lelah, Limmerence yang ikut berjaga semalaman itu melewatkan salam pertamanya pada pimpinan baru mereka. Tidak apa pikirnya, ia dapat tugas yang lain dari raja.
Sementara sepasang mata yang lain tidak mau tertutup, ia tetap memaksa untuk terjaga. Tidak tahu apa dan tidak tahu kenapa, seakan dia yang belum menerima kenyataan yang ada.Benarkah? Benarkah yang terjadi?
Ia selalu menanyakan hal yang sama, ia selalu bertanya pada dirinya sendiri tanpa bisa menjawab.
"Semuanya sudah berlalu. Sudah lewat, sudah terjadi. Seperti katanya, jika kau memenDi suatu hari tanpa sengaja Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau berdiri, tegak kulihat.Aku duduk, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja teriakan itu terdengar.Siapa? Aku jawabmu.Kau takut dan aku ragu. Di suatu hari tanpa sengaja hujan datang.Kau bilang hari akan cerah, kau bilang matahari akan bersinar.Salah, aku yang percaya, bukan kau yang mengatakannya. Di suatu hari tanpa sengaja aku melihatmu berlari.Tidak begitu cepat, tapi tidak kukejar.Ada apa? Bukan begitu.Aku berdiri, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja kita kembali berdiri di tempat yang sama.Angin berbisik, memintaku pergi.Kau duduk, tegap. Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau tidak lagi berdiri dan aku tidak lagi duduk.Di tanah lapang, di bawah matahari yang tenggelam.Kau matahari dan aku hujan.
Topeng Kaca Dunia bergerak lincahBersujud dalam tangis, mengaduhWaktu berkeliling mengedarMencela mana-mana yang tidak senantiasa Tersenyumlah meski langit mencengkramTertawalah meski guntur menangkapTidak mengapa jika kau angkuh, sudah cukup Laksana terang bulanBercahaya lebih dari bintangBerapa lama sosoknya ada, tidak terhingga Kacanya retak, tidak lagi berbentukTopeng kaca agung yang selalu dipujaMenutup wajah, menahan air mata Tidak ada TuhanHanya ada aku dan dosaTerlalu jalang bahkan untuk kata surga Topeng kaca yang retakTidak lagi tersusunMenampakkan manusia dengan sisa napasnya Topeng Kaca Dunia bergerak lincahBersujud dalam tangis, mengaduhWaktu berkeliling mengedarMencela mana-mana yang tidak senantiasa Tersenyumlah meski langit mencengkramTertawalah meski guntur menangkapTidak mengapa jika ka
Spring Roam Sepasang manik itu menatap, pada bunga, pada makhlukBegitu cantik, begitu indahKelopak warna-warni yang dibentuk sempurna menyerupai wajah Daun yang meliuk lembut selembut gerakanSedikit juga tidak membuat penat, terlalu indah Aroma menyebar, semerbak Memenuhi luas padang rumput dengan bunganyaGadis yang seperti bunga, terlalu elok untuk dilewatkan Apa dengan kata?Tidak dengan kata?Semesta mengetahuinya, namun pasang mata hanya tahu ia merampasnya Ia rampas cahaya dari bumiIa rampas hangat dari apiIa rampas kehidupan dari dewiTurun, tenggelam, menghilang Teriakan pecah, gaduh hingga gersangDimana dewi?Tanah retak, angin keringDimana semi? Gelap!Penguasa gelap!Gelap menelan semi, merampas hangatGelap begitu mengasihinya, begitu mencintainyaPada malam, pada kematian, ia hanya mampu mengatakan Para nimfa menangis, meraungMenyesali kepergian
The Cliffhanger Matahari tenggelam, tertelan kelam.Mendung dituang tertutup awan datang.Aksara bisu yang digulung hingga tak lagi berseru, mati.Bola mata kaca, bibir merona tak dipulas.Menjerat jiwa tanpa ambang yang jelas, luka.Dia tak mati.Terlepas dari kehidupan keji, terkutuk tanpa belas kasih.Darah merah, ia bukan lagi manusia.Pada tiap-tiap purnama menggoda wanita.Dia inginkan mati.Pemuja dosa yang dambakan nirwana, enggan.Wajah yang terpatri tak lagi tampak.Salah cermin yang sudah retak.Dia tak dapatkan mati.Balok-balok kayu tersusun, rapi.Matanya terlelap dalam peti mati.Bergulir biarkan waktu berputar, tak berani menentang.Tanya yang tak terjawab hingga kehancuran datang.
Book 1 "Aku melihatnya sendiri dan itu benar-benar luar biasa! Dia berjalan di dinding gedung begitu saja! Apa dia pria laba-laba yang sedang populer i ... Ray? Kau mendengarkanku, 'kan? 'kan?" Beritahu aku bagaimana caranya agar aku tidak mendengarkanmu saat kau bicara dengan suara yang begitu keras?Beritahu aku bagaimana caranya agar aku bisa melepaskan tanganmu yang sibuk menarik kerah seragamku? Aku tidak mengerti, anak perempuan ini berusaha bicara denganku atau sedang merampok? Kulirik anak perempuan berambut cokelat muda di hadapanku, tatapannya tertuju padaku, penuh curiga. "Dengar, tentang pria laba-laba, 'kan? Aku dengar semuanya dari awal hingga akhir. Karena itu bisa kau ... " Brak- Mejanya.Mejanya retak. Anak perempuan ini memukul meja sampai retak begini, padahal aku yakin meja di sekolah terbuat dari kayu kualitas terbaik.Aku menelan ludah, perlahan menatap ke arah perempuan yang masih berada
Page 2 . Savior *** "Apa kalian merasakan kehadirannya?" "Awalnya aku merasa ragu, tapi semakin jelas dan semakin jelas. Ini sudah pasti 'dia', 'dia' yang menghilang dua tahun yang lalu." "Aku mengira dia adalah pemimpin baru kita, dia adalah yang terkuat! Lalu bagaimana bisa ... " "Terlalu banyak rahasia mengelilinginya. Dan hanya dengan menduga-duga, tidak akan membantu apapun. Aku akan mengunjungi pemimpin baru kita, juga bertatap muka dengan Savior." "Callahad, jangan membuat masalah." "Kalian yang hidup dan bercampur dengan manusia, yang membiarkan kekacauan terjadi, tidak berhak memberiku nasihat sama sekali." *** Sialan.Aku tidak menduga aku akan kalah dari penjual daun bawang, bagaimana bisa aku membeli dengan harga semahal ini!? Paman itu sudah memperdayaiku, apalagi
Page 3 . New King "Ketika kita bertemu kembali, bagaimana aku harus menghadapimu? Dengan diam, tangisan atau hunusan pedang?" *** Belum sempat aku mengerjapkan mata pria di sebelahku sudah bergerak secepat angin, penglihatanku tidak bisa menangkap bayangnya, terlalu cepat. Detik berikutnya yang aku dengar adalah suara desingan benda logam seperti memotong udara. Pria dengan badan besar yang menggertak beberapa saat lalu tersungkur menghantam aspal. Pria itu mengerang kesakitan menutupi bagian dadanya dengan sebelah tangan. Darah! Pria berbadan besar itu berdarah!Ada banyak darah yang mengalir dari celah tangannya! Aku tidak tahu harus merasa takut atau merasa lega. Tapi, jika pria aneh maksudku, Limmerence ini tidak datang, pastinya aku yang ada di aspal dengan lumuran darah. "Saya minta maaf jika saya sedikit keras, tapi saya pastikan kau masih hidup, setidaknya." "
Page 4 . A Reason "Akan kemana kau pergi? Seberapa besar pengorbanan yang akan kau berikan? Tidak ada yang benar-benar mencari sosok pahlawan, apalagi sosok peri. Hanya seseorang yang akan berjuang untuk hidupnya." *** "Saya akan menjawab pertanyaan Anda sejelas mungkin." Jantungku benar-benar berdebar, bukan, bukan karena aku berubah kesukaan, aku tetap suka perempuan. Tolong jangan salah paham, aku perlu garis bawahi kalimat jangan salah pahamnya. Aku berdebar karena masih tidak percaya dengan apa yang aku lalui kemarin. Aku masih tidak percaya jika aku bisa berdiri dan berbicara langsung dengan salah satu makhluk suci, makhluk yang di ciptakan sang bijaksana. "Pertama-tama, aku ingin pastikan. Apa kau benar-benar Limmerence?" Maksudku, aku tidak pernah lihat Limmerence sebelumnya. Apa memang Limmerence itu harus memakai topeng yang terbuat dari kayu untuk menutupi waja