GAIRAH CINTA ROOSJE Penulis : David KhanzBagian 15—---- o0o —----Ki Praja tersurut mundur begitu Tuan Guus mendekat. Tampak sekali di wajah tua tukang mengurus kuda itu, raut was-was menggayutinya."Kamu orang hampir saja membocorkan apa yang seharus tidak kamu orang lakukan, Ki," ucap Tuan Guus seraya berjalan mengelilingi Ki Praja. "Bukan sudah janji dulu, perkara itu akan tetap jadi rahasia kamu orang dan saya, huh?""M-muhun, T-tuan. Maafkan saya," balas sosok tua tersebut dengan suara bergetar. "S-saya hampir saja mengungkapkan itu pada Nona Roos. T-tapi untunglah, saya berhasil mengalihkan—""Berhasil katamu, huh?" seru ayahnya Roosje tersebut menggetarkan hati. "Itu anakku, Roos, bukan seperti gadis-gadis biasa, Ki. Itu dia pasti akan selalu menagih apa yang kamu orang sudah janjikan!""A-ampun, T-tuan. M-maafkan saya," kata Ki Praja kembali semakin menciut nyalinya. "Tadi itu, saya benar-benar lupa mengontrol diri. Kalau sekiranya Tuan tidak berkenan, saya siap menerima hu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 16------- o0o -------Sementara itu di lain waktu, di kediaman keluarga Sumiarsih, sepi sudah mulai menyapa hampir seluruh penghuni rumah. Tinggal Hanan dan Mang Dirman yang masih terjaga, duduk-duduk di beranda belakang sambil menikmati minuman hangat menjelang ketibaan tengah malam."Jangan terlalu larut tidurnya, Nak," ujar Sumiarsih pada anak lelaki semata wayangnya, sebelum beranjak ke tempat peraduan. "Usahakan cukup istirahat dan bisa terbangun sebelum waktu Subuh tiba.""Iya, Bu. Hanan hanya ingin mengobrol dulu sebentar dengan Mang Dirman," ucap Hanan seraya melirik sosok tua yang duduk tidak jauh darinya."Ya, sudah. Tapi ingat, kamu masih mengerjakan qiyamullail, 'kan?" tanya ibunya sekadar memastikan. Jawab Hanan dibarengi senyumannya, "Tentu saja, Ibu sayang. Insyaa Allah, Hanan akan selalu berusaha mendawamkan itu. Sebagaimana yang sering Ayah dulu wejangkan pada Hanan sejak kecil."
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 17—---- o0o —----Hanan dan Mang Dirman kembali duduk, menempati bangku besar yang terpasang di beranda belakang rumah. Menghadap area kebun yang rimbun dengan berbagai tanaman serta pepohonan. Angin malam yang dingin, sesekali menghembus, membelai keduanya dengan syahdu diiringi irama nyanyian hewan-hewan mungil di balik-balik semak."Aahhh, hangat sekali, Mang," ujar Hanan begitu menyeruput minuman wedang jahe yang tadi dibuat. Masih mengepul panas membangkitkan hasrat untuk berlanjut menikmatinya."Lebih nikmat juga kopi, Den," balas Mang Dirman tidak mau kalah. Lelaki tua itu meminum kopi dengan cara unik. Pertama-tama menuangkannya terlebih dahulu ke dalam wadah berbentuk piring kecil yang dijadikan tatakan gelas, meniup-niup sebentar, lantas menyeruputnya sedikit demi sedikit. "Aahhh … sedap sekali," desah kusir keluarga Sumiarsih tersebut."Tidak boleh meniup minuman dan makanan, Mang. Pamali,"
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 18—---- o0o —----"Ada apa, Mang?" tanya Hanan turut berdiri dan melihat-lihat arah yang sedang diawasi oleh Mang Dirman.Jawab orang tua tersebut, "Entahlah, Den. Sepertinya ada orang yang bersembunyi di balik pohon itu." Dia menunjuk ke arah rimbunan pohon di depannya. Tidak seberapa jauh, tapi jika dibuat untuk bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka, masih bisa didengar."Ah, mungkin hanya hewan liar, Mang," ucap Hanan mengira-ngira."Mudah-mudahan saja begitu, Den," balas Mang Dirman dengan hati masih was-was. "Aden tunggu di sini, saya akan memeriksa ke sana.""Jangan, Mang!" cegah Hanan buru-buru mencekal lengan orang tua itu. "Ini berbahaya, karena sudah malam dan gelap. Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah. Biar besok pagi kita periksa kembali tempat itu.""Sebentar saja, Den. Saya penasaran.""Jangan! Besok saja!""Tapi, Den …."Hanan menarik lengan Mang Dirman agar s
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 19—---- o0o —----Jelang siang hari sekitar sebelasan, Roosje mencari-cari Ki Praja hingga ke area kandang kuda, tapi laki-laki tua tersebut tidak kunjung ditemukan di sana. Kemudian menemui Koen yang sedang berjaga di depan gerbang rumah."Ki Praja pergi bersama Tuan Guus ke perkebunan di atas, Nona," jawab Koen begitu ditanya.Roosje mendecak kesal. Kalau ayahnya pergi, pasti dikawal oleh Gert. Jadi tidak ada seorangpun yang bisa dipintai tolong di rumah."Nona hendak ke mana sesiang ini?" tanya Koen. "Nanti kalau Tuan Guus pulang dan bertanya, saya tidak bisa menjawab apa."'Ah, sialan! Kalau aku minta Koen mengawal, lalu siapa yang berjaga di sini?' rutuk Roosje makin kesal. 'Apakah aku mengajak itu Dasimah saja?' tanyanya sendiri seraya bergegas kembali ke dalam rumah, mencari-cari sosok yang dimaksud. "Ah, beruntung sekali, ternyata kamu ada di sini, Dasimah!"Seorang perempuan muda meno
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 20—---- o0o —----Sementara itu di lain tempat, sesuai dengan rencana semalam, esok siangnya Hanan bersama Mang Dirman pergi berkunjung ke rumahnya Kepala Kedusunan. Di sana, anak muda putra tunggal dari almarhum Juragan Juanda tersebut diterima dengan baik."Alhamdulillah …." ujar Ki Panca, sesepuh sekaligus Kepala Kedusunan Sundawenang, merasa bahagia sekali begitu mendengar rencana Hanan akan tetap tinggal di kampung mereka. "Itu malah lebih baik, Nak Hanan," imbuh orang tua tersebut dengan mata berbinar-binar. "Masyarakat di sini akan sangat terbantu sekali dengan kehadiran Nak Hanan. Apalagi semenjak kepergian Juragan Juanda, rasanya belum ada lagi sosok yang begitu dekat dengan kami."Balas Hanan usai melirik Mang Dirman di samping, "Insyaa Allah, Pak. Tinggal menunggu keputusan dari pemerintah serta surat penugasan kerja di sini. Mudah-mudahan saja, diterima dan semuanya berjalan lancar.""Insy
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 21—---- o0o —----Mang Dirman menunduk. Dia tidak berani menoleh atau memandangi wajah anak majikannya tersebut. "Maaf, Den. Maafkan saya," ujar laki-laki tua tersebut dengan suara lirih dan tercekat. "Saya hanya tidak ingin, Aden bersedih dengan cerita-cerita tentang almarhum Juragan laki-laki. Cukuplah kejadian itu—""Tidak, Mang," tukas Hanan semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh Mang Dirman. "Ini bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali. Mamang selalu berusaha memotong, mengalihkan, bahkan mencegah orang lain berbicara tentang mendiang Ayah saya.""Maafkan saya, Den."Anak muda itu tidak segera naik ke atas sado, tapi berdiri mematung seraya memandangi rumah perempuan tua tadi."Orang lain, mungkin hanya mendengar segelintir kabar. Tapi saya yakin, Ibu, Mamang, atau juga Nèng Bunga, jauh lebih mengetahui hal yang sebenarnya," imbuh kembali Hanan. "Saya adalah putra
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 22—---- o0o —----Pagi hari sebelum Hanan dan Mang Dirman pergi ke rumah Ki Panca, Kepala Kedusunan Desa Kedawung, pada siangnya …."Ceu Odah," panggil Hanan di dapur. Sontak empat orang perempuan di sana menengok serentak; Ceu Odah, Ceu Ijah, Ceu Enok, dan tidak ketinggalan pula sosok Bunga."Iya, Den. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ceu Odah usai mendekat, diikuti oleh Bunga turut melakukan hal sama. "Ada apa, Aa?" "Ah, tidak, Nèng-Ceu," jawab anak muda tersebut seraya melempar senyum pada kekasihnya. "Aku mencari-cari Mang Dirman. Enèng melihatnya?"Bunga melirik sejenak pada Ceu Odah. "Aku lihat tadi Mang Dirman sedang di belakang, Aa. Seperti biasa, minum kopi. Iya 'kan, Ceu?""Benar, Den," timpal Ceu Odah. "Omong-omong ada apa, ya? Sepertinya Aden—""Ah, tidak ada apa-apa," tukas Hanan, tapi benaknya langsung menerka-nerka. 'Apa Mang Dirman ke depan sana, ya? Mungkin melihat-lihat