Share

Gadis Dua Belas Digit.

".... Namun, ingat satu hal dariku, bahwa jika kau menarik ulur keputusanmu, maka aku bisa berlaku kejam dari Richard. Apa kau tidak masalah?" Entah apa yang sedang direncanakan oleh lelaki gagah tersebut. Mark seolah menguji mental Maria.

"Bukankah Anda bosnya di sini? Aku bahkan tidak diberi pilihan ketiga. Lantas mengapa Anda masih bertanya?" Rupanya Maria cukup bijak. Memberi jawaban cerdas yang sukses membuat kagum Mark.

"Good, ternyata kau cukup cerdas di usia belia." Mark tersenyum sinis memuji karakter Maria.

"Tunggu apa lagi? Apa kau sedang menunggu Richard di sini?" tukas Mark.

"Ha?"

Maria tercengang tak paham. Mendadak Mark berucap teka-teki.

"Ah, iya." Namun, sedetik kemudian Maria paham maksud dari pria tersebut.

Sementara itu, di ruang berbeda. Terlihat seorang pria berusia empat puluh tahun tengah menghitung dolar dengan mata berbinar.

Jumlah uang itu tidaklah sedikit. Mencakup sembilan digit.

"Wah, kalau harga per wanita seperti ini, maka aku bisa menguasai kota ini. Aku akan menjadi orang kaya yang tak tertandingi. Hahaha." Adalah Richard, pria kurang ajar yang tak tahu malu.

Sudah sejak lama dia menjajaki pekerjaan kotor itu. Mengunjungi daerah terpencil untuk menipu orang awam.

Setelah berhasil, ia pun membawa mereka ke dalam kubangan dosa. Menjajakan tubuhnya kepada pria hidung belang. Seperti Maria contohnya.

Saat itu Maria sedang putus asa mencari kerja di tengah kota. Dalam ketidak berdayaan, Richard tiba-tiba menawarkan pekerjaan.

Maria yang tak ingin membelakangi kedua orang tuanya, lantas mengajak Richard bertemu mereka.

Selena dan Rio yang merupakan orang tua gadis cantik tersebut, sangat gembira saat diiming-imingi pekerjaan oleh Germo itu. Tanpa mereka sadari, bahwa hidup anak semata wayangnya itu telah masuk dalam perangkap.

Mengingat peristiwa itu membuat hati Maria kian menjerit. Dua hari menjadi tawanan Richard membuat hidupnya dalam kesengsaraan.

"Apa kau yakin, Mark? Ini bukan jumlah sedikit untuk seorang gadis kampung sepertinya. Entah dia benar-benar masih perawan atau justru telah ditiduri oleh banyak pria sebelumnya." Richard tak menyangka bila Mark rela menembus Maria dengan jumlah fantastis.

Tak tanggung-tanggung, angka dua belas digit menjadi saksi bisu transaksi hari itu.

"Jika kau berkata demikian, artinya kau meragukan dirimu sendiri. Bukankah kau yang memungutnya di desa saat itu? Atau kau sengaja menipunya?" Ekspresi Mark cukup santai menanggapi pernyataan Richard. Namun, sukses membungkam mulut lelaki biadab tersebut. 

Sedangkan Richard sendiri menjadi canggung. Kebohongannya mulai ketahuan.

"Lagi pula, bukankah kau sendiri yang mengatakan, bahwa dia masih perawan? Atau kau sudah mencobanya lebih dulu sebelum aku? Lantas kau ingin aku memakai bekasmu?"

Kali ini Mark tak memberi Richard kesempatan untuk menyanggah. Seperti ada kemarahan di dalam sana, mengganggu perasaan.

"Astaga Mark, kau salah paham. Tentu saja aku tidak berani memberimu wanita bekas. Dia benar-benar masih suci. Kau bisa tahu begitu tidur dengannya." Sungguh Richard menjijikan. Tak sungkan memperjual belikan wanita. Sedangkan dia sendiri lahir dari rahim seorang wanita pula. Bukan dari pohon bambu kuning.

Mark tidak menanggapi, dia hanya tersenyum sinis.

"Baiklah, dia milikmu sekarang. Kau berhak atas dirinya. Kecuali gadis itu sanggup membayar kembali dua belas digit ini. Namun, seperti yang kau ketahui, meski dia mengabdikan seluruh hidupnya, gadis itu tak akan sanggup." Terdengar Richard menyepelekan harga diri Maria.

"Jika kau masih mencintai bisnis ini, sebaiknya jangan menghina wanitaku!" Tidak disangka, Mark justru membela Maria begitu Richard menyudutkannya.

Terlihat pria itu sangat marah. Entah ada kesan apa antara dirinya dan Maria. Mungkin saja Mark tidak sadar pada apa yang telah ia lakukan. Hal itu seakan terjadi di alam bawah sadarnya.

"Ah, maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Tentu saja Richard tak akan berani terhadap Mark.

Mark adalah penguasa kota tempatnya bernaung. Dan Mark pula lah yang memberinya peluang usaha. Meski demikian, pria berusia tiga puluh enam tahun tersebut tak pernah sekalipun menyentuh para gundik. Mark masih perjaka. Namun, di mata dunia ia merupakan pria garang yang hobi bermain wanita malam.

Kedatangannya ke tempat itu bukan untuk meniduri salah satu gundik. Melainkan ada hal lain yang hendak diincarnya. Entah apa itu.

Mark berdiri, meraih cerutu di atas meja Richard. "Aku pamit. Namun, ingat satu hal. Jangan pernah usik hidup gadis itu, atau kau akan menanggung akibatnya." Ancaman itu tak main-main. Mark terlihat sangat serius.

"Baik, aku paham," sahut Richard.

Setelah berdiskusi, Mark pun keluar dan mendapati Maria tengah berdiri di balik pintu sedang tertunduk. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Apa kau masih ingin berada di tempat ini?" ucap Mark begitu melewati Maria dua langkah.

Tanpa memberi jawaban, gadis itu menurut. Mengikuti jejak langkah Mark sembari menghela napas.

Jiwa Maria bergejolak. Ada rasa haru serta marah. Kedua rasa itu datang secara bersamaan.

Terharu karena Mark bersedia menebusnya dengan jumlah tak main-main, serta membela dirinya di depan Richard.

Namun, di sisi lain Maria marah terhadap Mark. Entah alasan apa yang membuatnya begitu murka terhadap lelaki gagah tersebut.

Bug!

Maria menabrak punggung Mark yang sengaja menghentikan langkah. Seolah tahu, bahwa wanita itu sedang memikirkan sesuatu.

"Apa kau lebih suka berjalan di belakangku?" tanya Mark dengan tatapan tak terbaca.

"Bukankah aku adalah pelayan Anda? Sudah seharusnya aku berada di belakang. Bukan di depan, apa lagi di samping Anda," sarkas Maria secara beruntun.

"Kau masih kecil, tapi lidahmu cukup tajam. Apa kau menaruh belati di dalamnya?" balas Mark, sengaja menggoda Maria.

Namun, Maria tak menanggapi. Dia memalingkan wajah dari Mark.

"Setidaknya jangan menjauh, atau anak buah Richard akan menculikmu." Mark melingkarkan tangan ke panggul Maria. Membawa gadis cantik itu kedalam pelukan. 

Alhasil Maria pun terkesiap tak percaya. Bagaimana bisa Mark memperlakukan dirinya sedemikian rupa. Tidakkah Mark tak terlalu menakutkan dari apa yang diucapnya beberapa saat lalu?

Kini tatapan keduanya saling beradu untuk beberapa saat. "Apa kau mulai tergoda padaku? Sebaiknya kuatkan iman sebelum hatimu patah!" Namun, sedetik kemudian Mark kembali menggoda gadis berparas manis tersebut.

"Dasar gila!" umpat Maria bernada pelan. Meski begitu, Maria sangat takut. Kini hidupnya dijamin oleh seorang pria dewasa. Ibarat menjadi simpanan Om tampan.

"Ya Tuhan, semoga saja pria ini tidak menyakitiku." Maria hanya bisa berdoa di dalam hati. Berharap tak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Sementara itu, sadar atau tidak, karakter Mark mulai berubah saat bersama Maria. Sikap pria itu mulai mencair. Sedangkan dulu pria itu nyaris tak menunjukkan sisi hangatnya.

Namun, lihatlah sekarang. Dia bahkan berani menggoda gadis remaja yang baru saja ditebusnya hingga dua belas digit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status