“Membaca.”
“Kamu suka baca?” tanya Christian masih dengan tidak menoleh pada Hana yang juga hanya menunduk. Perasaannya campur aduk saat ini. Kecewa, sedih, merasa diabaikan, dan tidak berharga sama sekali. Namun dibalik itu semua, ia sedikit senang karena akhirnya pria tampan itu muncul juga di hadapannya.
“Suka. Kamu… Udah makan?” tanya Hana.
“Menurut kamu?” ucap Christian balik bertanya.
“Udah… Pasti sudah.” jawab Hana dengan sendu dan mengumpat dirinya sendiri yang terlalu berbasa basi.
“Ini pertama kali kamu menjadi seperti ini?”
“Ng… Iya.”
“Hm… Pantas saja.”
“Kenapa?” tanya Hana saat sepintas lalu melihat seringai mengejek di sudut bibir pria tersebut.
“Nggak apa- apa.”
“Aku sudah bilang Tony kalau aku butuh wanita yang bersih. Bukan bayi.”
“Apa?” tanya Hana dengan raut wajah heran.
“Lupakan saja. Temani aku mandi.”
“Hah? Aku?”
“Kamu bodoh atau apa?! Kenapa aku harus selalu mengulang apa yang aku bilang sama kamu?”
“Sudahlah… Kamu boleh pulang besok,” sambung Christian dengan datar dan membuat Hana tahu jika pria itu sedang dalam mood yang kurang baik.
Tanpa basa-basi, ia mengaitkan rambut panjang Hana di telinganya.
“Kalau gitu… Aku… Aku ganti pakaian dulu…”
“We don’t need that, baby…” ucap Christian yang kemudian berdiri dan dengan santainya berjalan menuju kolam renang yang berada di samping mereka sambil melepaskan pakaiannya satu pe rsatu.Hal yang membuat jantung Hana berdebar hebat. Ia dan Adam memang berpacaran cukup lama dan sudah sangat jauh.Ciuman dan pelukan tentu adalah hal yang biasa bagi mereka. Mereka juga pernah menginap dan berenang bersama saat berlibur dengan salah seorang sahabat Adam.Saling menyentuh dan saling mencumbu juga tentu tidak terelakkan lagi dalam hubungan serius mereka sebelum akhirnya Adam ketahuan berselingkuh dengan wanita lain.Namun tentu saja, kali ini Hana merasa jika semua sikap Christian hanya berujung pada satu hal yakni harus menyerahkan mahkota yang susah payah ia jaga selama ini dan hal itu tidak bisa lagi ia cegah!
“Ayo turun…” ucap Christian yang entah sejak kapan ia mulai menceburkan dirinya dan kini sudah berada di ujung sisi lain kolam renang tersebut, "aku gak suka buang-buang waktu."
Hembusan dinginnya angin malam membuatnya sedikit bergidik meski ia tahu ia tidak dapat menolak apapun malam ini.
“Pasrah ajalah, Han. Demi nenek…” batin Hana sambil melangkahkan kakinya perlahan memasuki kolam renang hanya dengan mengenakan pakaian dalam yang menutupi bagian tubuhnya.
Christian tersenyum puas saat Hana perlahan ke arah ia berdiri saat ini. Terlebih, gadis itu melingkarkan kedua lengannya di pinggangnya walau jarinya gemetar.
“Kamu lapar?” tanya Christian setelah mencium Hana lagi.
“Nggak. Kamu?”
“Aku lapar, tapi bukan makanan…” bisik Christian menepis jarak antara keduanya.
Hana bahkan dapat merasakan pria itu sangat membara.
“Christian, aku… Aku belum… Belum pernah melakukan ini sebelumnya,” ucap gadis itu pada akhirnya.
“Sama pacar kamu sebelumnya?” interogasi Christian cepat.
Kedua tangannya bahkan tidak lagi segan untuk menjamah apa yang bisa dilihat oleh matanya.
“Astaga! Apa ini? Perasaan apa ini?” batin Hana yang semakin terbuai dengan sentuhan dan ciuman Christian di leher dan bibirnya. Sentuhan dan ciuman yang membuatnya semakin menginginkan lebih.
Suasana semakin memanas.Pagutan Christian semakin menuntut. Baju keduanya perlahan terlepas.
Malam ini, Christian tak akan melepaskan Hana....!
Pagi-pagi sekali, Hana membuka matanya dengan perlahan dan menyadari jika sebuah lengan besar sedang melingkar di pinggangnya dan membuat ia mengurungkan niatnya untuk bergerak karena tak ingin mengganggu sang pemilik lengan.Hana menarik ujung selimutnya dan menyadari jika ia belum mengenakan pakaian sama sekali sejak pergulatan mereka malam tadi dan itu membuat wajahnya merona. Bayangan akan kejadian semalam membuat ia sadar jika ia telah menyerahkan mahkota kehormatannya pada seorang pria asing bernaman Christian Smith yang baru ditemuinya beberapa kali. Pria asing yang tidak ia ketahui asal usulnya sama sekali. Namun meski begitu, entah mengapa ia juga menikmati semua sentuhan dan apapun yang Christian lakukan padanya semalam. Semua cumbuan pria tersebut seperti memabukkannya dan membiarkan pria tersebut membawa mereka ke puncak kenikmatan hingga terkulai tak berdaya.“Morning, baby…” bisik Christian dengan lembut khas suara serak baru bangun seorang pria.“Pagi…” bisik Hana yang
Hana tersenyum menatap Christian yang mengenakan baju kemeja yang tadi ia temukan di bagasi mobilnya dan terus mengamati pakaian Hana yang masih lembab tersebut. Hana menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berpapasan dengan mereka dan ia sendiri malah terlihat biasa saja dan tak peduli. Bahkan justru Christian yang merasa sedikit risih ketika mata beberapa pria malah tertuju pada wanita yang berada dalam genggamannya tersebut.“Tidak ada lagi berenang di pantai tanpa rencana atau persiapan.” ucapnya ketika keluar dari lift dan berjalan menuju kamar mereka.“Yes, sir…” jawab Hana dengan santai dan melewati Christian yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.Menit berikutnya, Hana langsung melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya ketika Christian baru saja membuka pintu kamar mereka.“Aku sangat kepanasan dan sangat sangat gerah.” ucap Hana dengan geram sambil memasuki kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan asal. “Hana, kamu baik- baik aja?” tanya Christian sambil memun
“Nggak, Dit. Tapi gue dikasih pil sama asistennya. Katanya itu obat kontrasepsi sekali minum. Gue nggak tahu tapi gue minum aja. Dan setelah gue browsing, emang ada kok,” balas Hana akhirnya.“Syukurlah. Jangan sampai loe nggak wisuda lagi gara- gara hamidun anak blasteran.”“Apaan sih… Lagian mana mau orang kayak mereka punya anak dari orang kayak gue?” Meski santai, hatinya gusar mengatakan itu.Dari seberang, Dita hanya tertawa. “Tapi gue doain semoga mas bule loe itu kena sambet pelet cinta loe. Biar pas dia pulang kampung, cuma ingat loe doang dan balik lagi sama loe. Aamiin ya say,” candanya.Hanya saja, sebuah pesan mendadadak masuk ke ponsel milik Hana.“Eh, Dit… Udah dulu ya. Gue mau siap- siap. Bentar lagi Chris pulang.”“Ya udah. Loe baik- baik ya. Jangan sampai jatuh cinta ya, sayang.”“I won’t, Dit… Bye.”***Hana tersenyum ketika Christian membuka pintu mobil miliknya saat mereka memasuki sebuah club malam dimana salah seorang rekan bisnis pria tersebut mengajaknya untuk
Hana yang tidak tahu harus menjawab apa hanya bisa tersenyum dan Christian sendiri tidak bergeming dengan tatapan tajamnya.“Nama saya, Hana.” Ucap Hana yang langsung membuat Christian menoleh kepadanya dengan tatapan sinis.“Ow… Hana. Nama yang cantik secantik orangnya. Apa kamu tinggal di Bali juga?” Tanyanya lagi.“Tidak. Saya tinggal di Ja—““Aku mau bicara!” titah Christian sambil berdiri dan langsung menarik lengan pria yang sejak tadi berdiri tersebut.Kedua pria yang sepertinya cukup akrab tersebut kemudian berjalan menjauhi Hana hingga sosoknya sama sekali tidak terlihat.“Ada apa?” tanya seorang wanita yang tiba- tiba duduk menghampiri Hana dengan ramah.Hana hanya menggeleng pelan dan tersenyum pada wanita yang nampak sebaya dengannya itu. Rambutnya panjang dan terlihat bergelombang dengan pakaian minim khas tamu kelas atas club malam pada umumnya.“Aku Rena. Nama kamu siapa?” tanya wanita yang terlihat ramah tersebut sambil melambaikan tangannya.“Aku… Hana,” jawab Hana den
“Masuk!” Perintah Christian pada Hana dengan langsung memasukkan tubuh langsing tersebut ke dalam mobil yang tadi mereka gunakan datang ke tempat ini.“Pelan- pelan, Chris… Sakit,” ujar Hana dengan tersenyum karena pengaruh minumannya masih membuatnya terasa melayang. Ah, ia memang tidak seharusnya menenggak minuman beralkohol tersebut. “Kamu pikir apa yang tadi kamu lakukan? Apa kamu bangga dengan itu?!” Seru Christian dengan mulai menyalakan mesin kendaraannya. Sikap Hana membuatnya benar- benar marah. Ia bahkan berani menari dengan sensual dengan pria yang tidak ia kenali.“Aku kenapa, Chris? Kenapa sih kamu marah- marah terus? Aku bikin salah?” Tanya Hana dengan tatapan polos namun bibirnya yang masih yerlihat tersenyum. “Kamu ganteng sekali. Kamu juga wangi sekali,” sambung Hana dengan mengulurkan tangannya membelai rahang tegang Christian. Sesekali ia masih mencoba menahan senyuman yang terus menggelitik dirinya.“Stop it, Hana!” Bentak Christian pada Hana yang membuatnya sedik
Hana menarik koper kecil berisikan pakaiannya dengan hati yang sangat kacau. Ia bahkan sudah sampai di Jakarta dan tidak pernah menerima kabar apapun lagi dari Christian yang sejak pagi tadi hanya mengecupnya sebelum pergi. Pun tidak dengan sepatah kata apapun karena Hana masih berada diantara alam sadar dan alam tidurnya.“Apa sih yang gue harapkan?” tanya Hana pada dirinya sendiri sambil meraih ponselnya dari dalam tas dan kembali kecewa karena pria tersebut masih belum menghubunginya.Bip BipSuara klakson mobil Pradita membuat ia terkejut dan mempercepat langkahnya mendekati mobil milik sahabatnya tersebut. Mencoba menyembunyikan rasa kecewa dengan memalsukan senyuman di bibir merah mudanya.“Hana…!” seru Dita dengan langsung menghambur ke dalam pelukan Hana yang terlihat girang saat ini.“Udah kayak bule aja, loe… Gila Raihana, loe cantik banget tahu nggak sih?! Dan tas ini, baju loe, sepatu loe, loe kayak orang kaya dari orok.” “Lebay deh… Udah buruan. Nanti aja ngobrolnya,” uj
Sudah hampir dua bulan lamanya sejak pertemuan terakhir antara Hana dan Christian saat itu dan pria tersebut sama sekali hilang bagai di telan bumi. Pernah satu ketika, Hana mencoba menghubungi nomor telepon milik Christian saat ia merasa sangat merindukannya, namun ia harus menelan kekecewaan karena panggilannya hanya dijawab oleh suara merdu sang operator layanan. Mencari sosok Christian Smith ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Pria itu bahkan tidak memiliki liputan atau gambar apapun di dalam dunia maya. Dengan kata lain, Christian Smith bagaikan sebuah tokoh fiktif yang mungkin hanyalah karangan belaka.Hana tersenyum pada seorang pria yang kini sedang berjalan menghampirinya dengan membawa sebuah nampan berisikan dua gelas minuman bersoda serta dua paket ayam goreng crispy beserta nasi yang berbentuk setengah lingkaran tersebut.“Ini dia tuan putri…” ucapnya dengan tersenyum dan membuat Hana membantunya dengan meletakkan makanan mereka ke atas meja.“Nggak salah nih? Banya
Hana kemudian melambaikan tangan pada Arya yang kini telah mengantarkannya ke apartemen milik kantor Christian yang sudah ia tempati sejak ia pulang dari Bali. Awalnya tentu ia sedikit enggan, namun karena ia masih berada di dalam masa kontrak dengan pria menyebalkan tersebut, tentu ia tidak punya pilihan lain. Dan kini, disinilah ia selalu sendirian merenungi nasib dan menahan kerinduannya. Merindukan sosok yang mungkin tidak pernah ada.“Sabarlah Hana, hanya tinggal dua minggu saja. Dan kamu bisa melakukan apapun. Memulai hidup baru, dan melupakan dia,” ucap Hana pada dirinya sendiri sambil menghela nafas dengan lesu. Dering ponselnya berbunyi dan dengan sedikit kerepotan, ia mencari keberadaan benda tersebut di dalam tote bag miliknya. Isi tasnya memang selalu penuh dengan begitu banyak barang.“Iya, Maya…” sapa Hana yang langsung menatap ponsel miliknya yang telah berlayar hitam pekat. Ia memang menyadari jika ponselnya sudah sangat kekurangan daya sejak di kantor Arya.“Kenapa M