Aku berdiri dalam diam, ketakutan, menghadap meja makan mewah di depanku. Jantungku terus berdebar, memikirkan apa yang akan dilakukan bosku padaku. Dia mengunciku di ruangan ini bersama dengan seorang pelayan wanita yang berdiri tidak jauh dariku. Mata pelayan itu terus mengawasiku.
Aku terkejut ketika pintu ruangan ini terbuka dan aku melihat bosku berjalan masuk. Dia tersenyum padaku lalu duduk di kursi makan.“Kamu bisa pergi sekarang,” katanya kepada pelayan itu.
“Ya, Tuan,” jawab pelayan itu dengan membungkuk sopan dan kemudian dia berjalan meninggalkan ruangan.
Bosku lalu memotong steak yang ada di piring di depannya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke mataku. “Berapa lama kamu ingin berdiri di sana? Duduk dan makan,” katanya.
“Tidak! Aku tidak ingin duduk dan Aku tidak ingin makan. Aku ingin
Seorang wanita mengenakan gaun pendek ketat hitam sedang duduk di sofa di salah satu ruangan di rumah Vincent. Wajahnya cantik dan tubuhnya sangat seksi. Pintu ruangan itu terbuka. Wanita itu tersenyum genit pada Vincent saat dia berjalan masuk dan kemudian duduk di sofa di seberangnya. “Carolina, mengapa kamu ingin bertemu denganku?” Vincent bertanya menatap ke matanya.“Aku ingin mengubah kesepakatan kita. Aku ingin kamu membayar dua kali lipat dari harga itu,” dia menggigit bibirnya dengan genit, "Dan... aku ingin kamu meniduriku sekarang."Vincent memberinya senyum lembut. “Bagaimana jika aku tidak mau melakukan itu?"katanya dengan nada menggoda.Wanita itu berdiri dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di depannya. Dia membuka ritsleting gaunnya perlahan dan membiarkannya jatuh ke lantai. Tubuh telanjangnya terlihat begitu cantik dengan kulit putih mulusnya. Mata genitnya terus menggoda mata Vincent sementara jari-jari
Angela’s POVDua orang pelayan wanita membawaku dengan paksa ke dalam kamar bosku. Mereka memandikanku dan memakaikanku baju tidur bewarna merah. Mereka lalu pergi meninggalkanku dan mengunciku di sini.Baju tidur yang Aku pakai sangat pendek, transparan, dan terbuka. Mereka bahkan tidak mengizinkanku memakai celana dalam dan bra. Aku menyeka air mataku sambil duduk di tepi tempat tidur. Jantungku berdetak cepat. Ketakutan dan ketidakberdayaan mencengkeramku dengan sangat erat. Aku merasa seperti anak domba yang sedang menunggu untuk disembelih.Aku terus bertanya pada diriku mengapa bosku melakukan semua ini kepadaku. Apakah dia marah karena saat itu aku tidak memberikan apa yang dia inginkan? Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari ranjang ketika seseorang membuka pintu ruangan ini. Aku melihat bosku berjalan masuk. Ketika dia melihatku, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dariku. Matanya berbinar penuh nafsu menatap tubuhku.
Angela’s POVAku baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk putih menutupi tubuhku. Aku melihat bosku sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Dia memakai baju tidur bewarna hitam. Dia tersenyum kepadaku saat mata kami bertemu.“Pak, tolong kembalikan bajuku. Aku mau pergi sekarang,” kataku.“Siapa bilang kamu boleh pergi dari sini,” jawabnya, matanya yang mendominasi mencengkeram mataku. Aku terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Kau yang bilang itu kepadaku. Aku telah memberikan apa yang kamu inginkan,” jawabku sambil menahan amarahku. “Nona Lee, Aku tidak pernah bilang kepadamu bahwa Aku akan membiarkan kamu pergi. Aku hanya bilang Aku akan melepaskanmu jika kamu memuaskanku, dan Aku tidak puas dengan pelayananmu,” katanya sambil tersenyum menggoda.Aku mengepalkan telapak tanganku dengan erat. “Vincent Gray! Aku benci kamu! Kamu benar-benar bajingan! ” Kataku sambil berjalan ke arahnya.
Bosku membawa Aku ke sebuah rumah yang sangat indah dan megah. Teman ayah bosku sedang merayakan pesta ulang tahunnya. Aku mengenakan gaun pendek tanpa lengan berwarna hitam. Gaun ini sangat cantik, aku sangat menyukainya. Pak Carson telah memberitahuku kalau ayah bosku telah meninggal 3 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat. Ketika Aku bertanya tentang ibu bosku, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya mencoba tersenyum kepadaku. Aku bisa melihat di matanya yang sedih kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.Semua orang di ruangan ini menatap dengan takjub pada bosku, yang berjalan di sampingku dengan setelan hitamnya. Semua gadis tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, terpesona oleh pesonanya. Mata mereka bersinar dengan gairah mengamati bosku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bosku tidak memperdulikan mereka semua dan terus berjalan bersamaku.Aku menunduk untuk menutupi wajahku. Aku merasa tidak pantas bersanding dengan bosku. Aku
Sudah hampir dua minggu sejak ulang tahun Pak Martin. Selama waktu itu, bosku terus membuat Aku gila dengan perilakunya. Dia tidak pernah bosan menggodaku. Dia mencium dan menyentuhku kapanpun dia mau. Dia membuatku selalu berada di dekatnya, menempel padanya seperti lem. Aku menarik napas dalam-dalam saat aku berdiri di depan pintu ruang kerja bosku dengan secangkir kopi di tanganku. Aku kemudian membuka pintu itu dan berjalan masuk.Bosku sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya. Seperti biasa, dia sedang sibuk bekerja dengan laptopnya. Aku kemudian meletakkan kopi di tanganku ke atas mejanya dalam diam dan segera mengambil dua langkah mundur.Aku melakukan itu agar dia tidak bisa meraih lenganku dan membuatku duduk di pangkuannya seperti yang selalu dia lakukan kepadaku. Dia tertawa pelan, lalu mengalihkan pandangannya dari laptop ke wajahku. “Kemarilah,” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.Aku menatapnya dengan puppy fa
Kami sekarang sedang makan siang di ruang makan sebuah hotel mewah di Sapporo. Kami tiba di tempat ini tadi malam dan menginap disini. Pagi tadi, bosku telah menandatangani dan membeli hotel ini. Bosku yang duduk di sampingku mengambil sup miso dengan jahe dari meja makan dan memberikan itu kepadaku. “Makan ini. Ini akan membuat tubuhmu hangat,"katanya menatap mataku. “Terima kasih, Pak,” kataku sambil mengambil sup itu dari tangannya. Dia tersenyum kepadaku dan melihatku makan dengan tatapannya yang lembut. Aku merasa gugup tapi juga bahagia. Aku bisa mendengar detak jantungku yang cepat di telingaku. Pak Carson, yang duduk di samping Amanda, pura-pura tidak melihat kami. Dia hanya tersenyum sambil melanjutkan makannya. Ketika Aku melihat ke Amanda, Aku melihat kemarahan dan kecemburuan di matanya. Aku segera menundukkan wajahku menghindari matanya. Tatapannya membuatku takut seakan dia ingin memakanku hidup-hidup.Amanda kemudian berkat
Angela’s POVAku terkejut saat Aku membuka mataku terbangun dari tidurku melihat bosku sedang berbaring disebelahku menatap lembut ke mataku dengan mata birunya yang indah. Sinar matahari pagi yang lembut menyinari wajahnya yang tampan.Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku berdebar kencang. Aku tidak tahu apakah saat ini Aku masih bermimpi atau sudah terbangun.“Apakah aku masih mimpi? Aku baru saja mimpiin dia. Kenapa Aku mimpiin dia lagi?” kataku dengan penasaran.Bosku menahan tawanya setelah mendengar apa yang kukatakan.Aku menatapnya dengan wajah bingung. Aku kemudian mencubit lenganku. “Ah! Sakit!” teriakku. Aku baru sadar ini bukan mimpi. Bosk menertawakanku sambil terus melihat ke wajahku. Aku segera duduk dan menarik selimut menutupi dadaku. “Bagaimana kamu bisa masuk kesini? Aku sudah mengunci pintu,” kataku dengan panik.Bos duduk dan menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur dengan matanya tertuju ke mataku. “I
Saat ini sudah hampir pukul sebelas siang. Boku baru saja meneleponku. Dia telah selesai rapat dan sekarang dia sedang menungguku di lobi hotel. Dia berkata kepadaku kalau dia ingin membawaku ke suatu tempat.Ketika Aku sampai di sana, Aku melihat bosku dan Pak Carson sedang duduk di sofa. Bosku terlihat sangat seksi dan tampan. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang, celana jeans hitam, dan mantel hitam panjang. Pakaiannya terlihat kasual, tetapi juga elegan.Pak Carson tersenyum padaku ketika dia melihatku. Mereka bangkit dari sofa saat Aku berdiri di depan mereka. “Pak, kita mau kemana?” tanyaku sambil menatap mata bosku.“Aku akan mengajakmu bermain ski,” jawabnya. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang; Aku merasa sangat gembira. “Terima kasih Pak!” Kataku dengan senyum ceria. Aku lalu melingkarkan tanganku di lehernya dan mencium pipinya.Aku melepaskan tanganku darinya dan melangkah mundur. Senyum di wajahku tiba-tiba me