Angela’s POV
Aku baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk putih menutupi tubuhku. Aku melihat bosku sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Dia memakai baju tidur bewarna hitam. Dia tersenyum kepadaku saat mata kami bertemu.“Pak, tolong kembalikan bajuku. Aku mau pergi sekarang,” kataku.“Siapa bilang kamu boleh pergi dari sini,” jawabnya, matanya yang mendominasi mencengkeram mataku.Aku terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Kau yang bilang itu kepadaku. Aku telah memberikan apa yang kamu inginkan,” jawabku sambil menahan amarahku.
“Nona Lee, Aku tidak pernah bilang kepadamu bahwa Aku akan membiarkan kamu pergi. Aku hanya bilang Aku akan melepaskanmu jika kamu memuaskanku, dan Aku tidak puas dengan pelayananmu,” katanya sambil tersenyum menggoda.
Aku mengepalkan telapak tanganku dengan erat. “Vincent Gray! Aku benci kamu! Kamu benar-benar bajingan! ” Kataku sambil berjalan ke arahnya.Bosku membawa Aku ke sebuah rumah yang sangat indah dan megah. Teman ayah bosku sedang merayakan pesta ulang tahunnya. Aku mengenakan gaun pendek tanpa lengan berwarna hitam. Gaun ini sangat cantik, aku sangat menyukainya. Pak Carson telah memberitahuku kalau ayah bosku telah meninggal 3 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat. Ketika Aku bertanya tentang ibu bosku, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya mencoba tersenyum kepadaku. Aku bisa melihat di matanya yang sedih kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.Semua orang di ruangan ini menatap dengan takjub pada bosku, yang berjalan di sampingku dengan setelan hitamnya. Semua gadis tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, terpesona oleh pesonanya. Mata mereka bersinar dengan gairah mengamati bosku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bosku tidak memperdulikan mereka semua dan terus berjalan bersamaku.Aku menunduk untuk menutupi wajahku. Aku merasa tidak pantas bersanding dengan bosku. Aku
Sudah hampir dua minggu sejak ulang tahun Pak Martin. Selama waktu itu, bosku terus membuat Aku gila dengan perilakunya. Dia tidak pernah bosan menggodaku. Dia mencium dan menyentuhku kapanpun dia mau. Dia membuatku selalu berada di dekatnya, menempel padanya seperti lem. Aku menarik napas dalam-dalam saat aku berdiri di depan pintu ruang kerja bosku dengan secangkir kopi di tanganku. Aku kemudian membuka pintu itu dan berjalan masuk.Bosku sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya. Seperti biasa, dia sedang sibuk bekerja dengan laptopnya. Aku kemudian meletakkan kopi di tanganku ke atas mejanya dalam diam dan segera mengambil dua langkah mundur.Aku melakukan itu agar dia tidak bisa meraih lenganku dan membuatku duduk di pangkuannya seperti yang selalu dia lakukan kepadaku. Dia tertawa pelan, lalu mengalihkan pandangannya dari laptop ke wajahku. “Kemarilah,” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.Aku menatapnya dengan puppy fa
Kami sekarang sedang makan siang di ruang makan sebuah hotel mewah di Sapporo. Kami tiba di tempat ini tadi malam dan menginap disini. Pagi tadi, bosku telah menandatangani dan membeli hotel ini. Bosku yang duduk di sampingku mengambil sup miso dengan jahe dari meja makan dan memberikan itu kepadaku. “Makan ini. Ini akan membuat tubuhmu hangat,"katanya menatap mataku. “Terima kasih, Pak,” kataku sambil mengambil sup itu dari tangannya. Dia tersenyum kepadaku dan melihatku makan dengan tatapannya yang lembut. Aku merasa gugup tapi juga bahagia. Aku bisa mendengar detak jantungku yang cepat di telingaku. Pak Carson, yang duduk di samping Amanda, pura-pura tidak melihat kami. Dia hanya tersenyum sambil melanjutkan makannya. Ketika Aku melihat ke Amanda, Aku melihat kemarahan dan kecemburuan di matanya. Aku segera menundukkan wajahku menghindari matanya. Tatapannya membuatku takut seakan dia ingin memakanku hidup-hidup.Amanda kemudian berkat
Angela’s POVAku terkejut saat Aku membuka mataku terbangun dari tidurku melihat bosku sedang berbaring disebelahku menatap lembut ke mataku dengan mata birunya yang indah. Sinar matahari pagi yang lembut menyinari wajahnya yang tampan.Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku berdebar kencang. Aku tidak tahu apakah saat ini Aku masih bermimpi atau sudah terbangun.“Apakah aku masih mimpi? Aku baru saja mimpiin dia. Kenapa Aku mimpiin dia lagi?” kataku dengan penasaran.Bosku menahan tawanya setelah mendengar apa yang kukatakan.Aku menatapnya dengan wajah bingung. Aku kemudian mencubit lenganku. “Ah! Sakit!” teriakku. Aku baru sadar ini bukan mimpi. Bosk menertawakanku sambil terus melihat ke wajahku. Aku segera duduk dan menarik selimut menutupi dadaku. “Bagaimana kamu bisa masuk kesini? Aku sudah mengunci pintu,” kataku dengan panik.Bos duduk dan menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur dengan matanya tertuju ke mataku. “I
Saat ini sudah hampir pukul sebelas siang. Boku baru saja meneleponku. Dia telah selesai rapat dan sekarang dia sedang menungguku di lobi hotel. Dia berkata kepadaku kalau dia ingin membawaku ke suatu tempat.Ketika Aku sampai di sana, Aku melihat bosku dan Pak Carson sedang duduk di sofa. Bosku terlihat sangat seksi dan tampan. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang, celana jeans hitam, dan mantel hitam panjang. Pakaiannya terlihat kasual, tetapi juga elegan.Pak Carson tersenyum padaku ketika dia melihatku. Mereka bangkit dari sofa saat Aku berdiri di depan mereka. “Pak, kita mau kemana?” tanyaku sambil menatap mata bosku.“Aku akan mengajakmu bermain ski,” jawabnya. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang; Aku merasa sangat gembira. “Terima kasih Pak!” Kataku dengan senyum ceria. Aku lalu melingkarkan tanganku di lehernya dan mencium pipinya.Aku melepaskan tanganku darinya dan melangkah mundur. Senyum di wajahku tiba-tiba me
Bosku dan Aku sedang duduk di atas salju menyaksikan matahari terbenam. Dia memelukku dari belakang, dengan pipinya menempel di pipiku. Jantungku berdebar-debar; Aku merasa sangat bahagia. Aku berharap bisa berada dalam pelukkannya untuk selamanya.Aku menggigit bibirku dengan gugup. Aku ingin bertanya satu pertanyaan kepadanya yang sudah lama Aku simpan dalam benakku.“Pak, bolehkah Aku menanyakan sesuatu?” tanyaku sambil menatap ke matanya.“Tentu saja, kamu boleh bertanya apapun kepadaku,"jawabnya. “Kenapa kamu memilihku untuk menjadi pacarmu? Ada begitu banyak wanita cantik dan kaya raya yang akan dengan senang hati memberikan hatinya kepadamu. Kenapa kamu memilih gadis sepertiku?” Dia tersenyum lembut kepadaku lalu dia meraih tangan kananku dan memegang jari kelingkingku. “Pernahkah kamu mendengar cerita tentang benang merah takdir?” dia bertanya balik padaku. Aku menggelengkan kepalaku sambil terus menatap ke matanya.
Aku membuka mataku, terbangun dari tidurku, ketika aku merasakan seseorang membelai pipiku dengan lembut. Aku melihat bosku sedang berbaring di sampingku, tersenyum, dengan matanya yang lembut menatap mataku. “Selamat pagi, bidadariku," katanya dengan suara lembut. Aku membalas senyumannya. “Selamat pagi,"jawabku.Pipiku tiba-tiba merona saat aku mengingat kejadian semalam. Aku segera menghindari matanya, menggigit bibirku malu-malu. Dia tertawa pelan, lalu dia berbisik di telingaku, “Kamu rasanya sangat enak membuatku ingin memakanmu setiap malam."Aku tersenyum malu dengan jantungku yang berdebar kencang.Bosku sangat suka menggodaku. Dia senang melihatku malu. Dia selalu membuat jantungku berdebar kencang dan membuat pipiku merona. Dia tersenyum lembut padaku sebelum dia mencium keningku dan memelukku. Aku tersenyum aku merasa sangat bahagia dalam pelukannya. Aku tidak ingin ini berakhir; Aku ingin ini untuk selamanya
“Angela, apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu tidak tahu caranya mengetuk?” Amanda berkata sambil menatapku.Aku berdiri diam dengan mulut tertutup, menatap mereka. Aku tidak percaya apa yang aku lihat, dan aku tidak ingin percaya bahwa apa yang aku lihat itu benar terjadi. Amanda tersenyum jahat saat melihatku menyeka air mata dari pipiku. Bosku mengalihkan pandangannya dariku seakan dia tidak ingin melihatku menangis.Bosku lalu mengelus pipi Amanda dengan lembut. “Amanda, bisakah kamu meninggalkan kami sebentar? Aku ingin berbicara dengannya,” kata bosku, dan tersenyum lembut kepadanya.Amanda mengangguk sambil tersenyum. Dia lalu mencium pipi bosku dan berdiri dari pangkuannya. Dia mencibir ke wajahku saat dia berjalan melewatiku dan keluar dari ruangan.Aku terus berkata kepada diriku untuk tidak menangis saat bosku menatap mataku. “Mulai hari ini, Amanda akan menjadi sekretarisku dan tugasmu adalah membantunya. Dia akan tin