Fargo menatap Carol dan Arabella yang tertidur pulas. Carol tertidur di kursi seraya memeluk Arabella yang terlelap di atas ranjang. Selang infus yang ada di tangan mungil Arabella membuat hati Fargo benar-benar merasa sesak. Penyesalan melingkupinya. Fargo tak tega melihat putri kecilnya sakit sampai harus dirawat.Sepuluh menit lalu, Fargo baru saja berbicara dengan dokter. Sang dokter menjelaskan bahwa Arabella demam tinggi dan tensi darahnya pun rendah. Hal itu yang membuat dokter memutuskan Arabella harus dirawat guna pemeriksaan lebih lanjut.Fargo membelai pipi Arabella, dan mengecupi pipi bulat Arabella. Mata putri kecilnya itu sembab. Fargo yakin pasti di kala putrinya ingin diinfus, putri kecilnya itu menangis. Sungguh, mengingat itu membuat rasa bersalah Fargo kian menelusup ke dalam dirinya.Tatapan Fargo teralih pada Carol yang terlelap. Kondisi Carol yang tengah hamil muda, membuat pria itu semakin khawatir. Fargo tak mungkin membiarkan Carol tidur dalam kondisi tak nyam
“Carol? Kenapa kau di sini?” Kimberly yang baru saja tiba di rumah sakit, terkejut melihat Carol ada di taman rumah sakit. Tujuan Kimberly mendatangi rumah sakit, karena untuk menjenguk Arabella.“Kim?” Carol buru-buru menyeka air matanya. Wanita itu duduk di taman rumah sakit, karena ingin menenangkan diri. Carol tak menyangka Kimberly akan datang ke rumah sakit. Sebelumnya, Kimberly tak menghubungi Carol kalau akan datang. “Carol, kau menangis? Apa terjadi sesuatu hal buruk pada Arabella?” Kimberly duduk tepat di samping Carol, menatap Carol dengan penuh kekhawatiran. Kimberly bisa melihat dengan jelas wajah sahabat baiknya itu, seperti tengah dilanda masalah.Carol tersenyum, menahan sesak di hatinya. “Aku baik-baik saja, Kim. Arabella juga baik-baik saja. Kau tidak usah cemas.” Carol berusaha menampilkan ketegarannya.Kimberly menghela napas dalam. “Carol, aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja. Katakan padaku, ada apa? Jangan membuatku khawatir.”“Kim—”“Carol, kita bersahaba
Tubuh Fargo membeku di tempatnya melihat hasil test DNA antara dirinya dan Andrew. Kertas hasil test DNA itu diremas Fargo, seakan ingin menghancurkan. Benak Fargo terisi dengan wajah Carol dan Arabella serta Andrew dan Debora.Fargo memiliki harapan bahwa hasil test DNA-nya dengan Andrew tidaklah cocok, tapi ternyata apa kenyataan yang harus dirinya terima adalah dirinya memiliki anak dari wanita di masa lalu.Kerumitan terjadi. Fargo seperti berada di ambang jurang maut. Hanya satu kali melangkah, maka Fargo pasti akan masuk ke dalam jurang tersebut. Rasa bersalah dalam diri Fargo kian melingkupi. Andai saja Debora datang sebelum dirinya menikah dan memiliki anak dari Carol, maka tidak akan jadi seperti ini.Fargo sangat mengenal Carol dengan baik. Carol tak mungkin bisa menerima keberadaan Andrew. Shit! Fargo mengumpati keadaan rumit yang menerpa dirinya. Fargo ingin membuang kenyataan, tapi tidak mungkin.Andrew adalah darah dagingnya. Seberengsek-brengsek dirinya, tak mungkin Far
Debora memejamkan matanya seraya meremas ponselnya. Debora ingin kembali menghubungi Fargo, tapi tadi pagi Fargo memintanya untuk tidak mengganggunya. Bukan Debora, tak mau mengerti, namun Andrew terus merengek meminta bertemu dengan Fargo. Hal itu yang membuat hati Debora resah.Waktu menunjukan pukul sembilan malam. Debora yakin pasti Fargo sedang bersama dengan Carol menjaga Arabella yang dirawat di rumah sakit. Sebelumnya, Debora sudah mencari tahu kalau Arabella demam tinggi, hingga membuat balita kecil itu dirawat di rumah sakit.“Mommy.” Andrew melangkah menghampiri Debora, tatapan mata bocah laki-laki itu menatap Debora dengan penuh kecewa.“Hey, Sayang? Kenapa belum tidur?” Debora menatap lembut Andrew yang ada di hadapannya.“Mommy, aku ingin bertemu Daddy. Aku merindukan Daddy, Mommy.” Mata Andrew berkaca-kaca, hendak mengeluarkan air mata. Nampak jelas Andrew sangat merindukan Fargo.“Oh, Sayang. Jangan menangis. Daddy sedang sibuk.” Debora menyeka air mata Andrew, namun b
“Fargo?” Debora sumiringah bahagia melihat Fargo ada di hadapannya. Sebelumnya, Debora sudah yakin bahwa Fargo akan datang ke apartemennya. Fargo tak mungkin membiarkan Andrew yang tengah sakit.“Kenapa Andrew bisa demam?” Fargo menatap Andrew yang tidur di ranjang dengan pulas. Jauh dari dalam hati Fargo, dia merasa kasihan pada Andrew. Selama ini, Andrew tak pernah tahu tentang dirinya.Debora bangkit dari tempat tidur perlahan, melangkah mendekat pada Fargo. “Aku tidak tahu. Tadi saat aku pulang dari kantor Andrew tidak demam, tapi saat Andrew merengek ingin bertemu denganmu, suhu tubuhnya mulai demam.”Fargo langsung mendekat pada Andrew, dan memeriksa suhu tubuh Andrew—yang memang benar—bahwa Andrew tengah demam. Debora sama sekali tidak berbohong, atau mencari alasan padanya.“Apa kau sudah memberikan obat penurun demam?” tanya Fargo seraya menatap Debora.Debora menggelengkan kepalanya lemah. “Belum, Fargo. Aku belum sama sekali memberikan obat pada Andrew. Sejak tadi dia menol
Carol menatap Fargo yang kini tengah bermain dengan Arabella. Terdengar suara pekikan riang Arabella membuat hati Carol terasa nyeri luar biasa. Jika dulu Carol selalu bahagia melihat kedekatan antara Fargo dan Arabella, kali ini Carol merasakan sakit luar biasa.Semua wanita di dunia ini, akan hancur melihat suami yang teramat dicintainya mengkhianatinya. Carol tak pernah mengira akan merasakan sesakit ini. Berkali-kali Carol meyakinkan bahwa dirinya terjebak dalam mimpi buruk, namun ini semua adalah kenyataan. Apa yang Carol alami adalah nyata, bukanlah mimpi.Fargo telah mengkhianatinya. Ini adalah kenyataan yang harus Carol terima. Tak mudah, tapi fakta yang ada memanglah demikian. Berjuang berjalan di atas pecahan kaca, tidaklah mudah, tetapi Carol harus menghadapi kenyataan menyesakan.“Mommy, come here, Mommy.” Arabella meminta Carol untuk mendekat padanya.Carol menurut. Wanita itu kini duduk di sisi kanan Arabella. Sedangkan Fargo duduk di sisi kiri Arabella. Sedari tadi, Ca
“Tuan, dari hasil informasi yang saya dapatkan selama ini Nona Debora tinggal dengan putranya di Romania. Selain itu, kabar yang saya dengar, Nona Debora meninggalkan keluarganya, karena keluarganya meminta Nona Debora untuk menggugurkan kandungannya.” Gene melaporkan hasil informasi yang telah didapatkannya, tentang kehidupan Debora.Ya, laporan Gene sukses membuat Fargo terdiam. Fargo sengaja meminta Gene untuk mencari tahu kehidupan Debora di masa lalu. Selama ini, Debora tak pernah menceritakan pada Fargo tentang apa saja yang telah dilewati oleh wanita itu.Fargo tak pernah mengira kalau Debora melewati masa-masa yang sangat berat. Ada rasa bersalah dalam diri Fargo. Jika saja, Fargo tahu tentang kehamilan Debora lebih awal, maka Fargo tak mungkin membiarkan Debora hidup di luar sana berjuang sendirian. Bagaimanapun, dirinya tetap bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya di masa lalu.“Apa selama ini, Debora pernah menjalin hubungan dengan pria lain?” tanya Fargo dengan
Fargo membanting pintu mobilnya, dan berjalan cepat masuk ke dalam lobby apartemen di mana unit apartemen Debora berada. Raut wajah Fargo nampak menunjukan kekhawatirannya. Sebelum Fargo meninggalkan Andrew, pria itu memastikan bahwa demam Andrew sudah turun, tapi entah kenapa malah sekarang bocah laki-laki itu kembali demam.“Fargo?” Debora yang berada di ruang tamu, menatap Fargo yang baru saja masuk ke dalam apartemennya. Senyuman di wajah Debora terlukis. Wanita itu bahagia, karena Fargo datang cepat.“Di mana Andrew?” tanya Fargo seraya menatap dingin Debora. Pancaran mata Fargo nampak sangat jelas terselimuti kekhawatiran.“Andrew ada di kamar. Dia terus mencarimu,” jawab Debora pelan.Fargo mengembuskan napas panjang. “Kenapa dia demam lagi? Terakhir, suhu tubuhnya sudah menurun.”“Aku tidak tahu, Fargo. Aku juga bingung.” Debora berucap penuh kekhawatiran.“Apa kau sudah memanggil dokter untuk ke sini?” Fargo kembali bertanya. “Belum. Andrew tidak mau diperiksa oleh dokter. Y