Bab 38
"Jadi sekarang kamu buka butik? Gimana, rame?" Matanya memindai sekitar, apa mungkin beliau mau merendahkanku lagi? Padahal aku sudah tidak berhubungan dengan anaknya.
"Alhamdulillah, Tante. Rame atau enggaknya tetap Mona syukuri. Yang paling penting, Mona bisa mandiri tanpa menyusahkan orang tua."
"Bagus itu! Oh ya, Tante ada perlu denganmu. Bisa kita bicara berdua?"
Ngajakin aku bicara? Ada apa ya?
"Bisa, Tante. Kita bisa bicara di dalam, mumpung belum ada pelanggan. Mari!" Aku mengajak mamanya Mas Galang ke dalam.
"Bagaimana hubunganmu dengan Galang?" tanya beliau sesaat setelah kami duduk di kursi yang saling berhadapan.
Bab 39Mamanya Galang menepati janjinya. Beliau datang ke rumah bersama Mas Galang. Wajah Mas Galang terlihat bingung, mungkin ia bingung karena tidak dikasih tahu sebelumnya.Mamanya Mas Galang mengutarakan niatnya di depan keluargaku bahwa beliau ingin meminangku. Beliau juga kembali meminta maaf karena telah menghinaku waktu itu.Seketika wajah Mas Galang langsung berseri-seri saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh mamanya. Mungkin ia tidak menyangka jika mamanya telah merestui hubungan kami."Mama, Mama serius? Mana melamar Mona? Itu artinya Mama sudah merestui hubunganku dengan Mona?" tanya Mas Galang pada mamanya, seperti tidak percaya."Iya, Mama
Bab 40Enambulan sudah aku menjadi istri dari Mas Galang. Aku sangat bahagia karena memiliki suami dan mertua yang baik. Mas Galang sangat perhatian, ia sangat sayang padaku. Begitu juga dengan mama mertua, beliau juga sangat baik.Saat ini, aku sedang mengandung, usia kehamilanku sudah memasuki lima bulan. Perutku pun sudah mulai terlihat buncit.Dari dulu aku selalu meminta kepada Allah agar menitipkan janin di dalam rahimku. Di pernikahan pertama tidak kudapatkan.Alhamdulillah di pernikahan kedua, Allah mengabulkan doaku. Aku tidak seperti yang dituduhkan mantan mertuaku. Buktinya, sekarang aku bisa hamil. Aku benar-benar bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah.
By: Ade EsrianiBab 1"Mas, foto bayi siapa yang ada di ponselmu? Ini bayi siapa?" Dahiku mengernyit sesaat menatap foto bayi bersarung tangan yang tubuhnya terbedong kain pada layar ponsel Mas Bayu-suamiku.Aku memang sengaja meminjam ponsel Mas Bayu untuk menelpon Bapak di kampung. Setelah selesai, iseng-iseng aku melihat-lihat galeri ponselnya, ternyata ada foto bayi di sana."Mas, kok enggak dijawab sih?" Karena tidak di jawab, aku kembali bertanya."Itu, nemu di google," jawabnya santai sambil menyesap kopi yang kuhidangkan untuknya."Nemu di google? Kok fotonya banyak begini, Mas? Bajun
Bab 2Tunggu dulu, apa aku tidak salah lihat? Kontak yang bernama Andi mengirim pesan seperti ini pada suamiku?Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna maksud dari semua ini.Apa ini ada hubungannya dengan foto bayi itu? Apa mungkin itu anaknya Mas Bayu dengan wanita lain?Tidak mungkin Mas Bayu mengkhianatiku, apalagi sampai memiliki anak dengan wanita itu. Aku tahu, Mas Bayu tidak mungkin tega melakukan itu padaku. Suamiku sangat mencintaiku.Akhirnya pertahananku runtuh juga, kaca-kaca bening mengalir begitu saja dari sudut netra. Aku tidak yakin jika orang yang sangat kucintai, ternyata tega mengkhianatiku.Kupandan
Bab 3Baru saja aku hendak meletakkan kembali ponsel tersebut, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka."Dek! Ponsel Mas ketinggalan," ucap Mas Bayu begitu tiba di kamar."Iya, baru saja ada pesan masuk dari BRI NOTIF. Mas baru narik uang ya?"Raut wajah Mas Bayu mendadak berubah, terlihat sekali kalau suamiku ini sedang menyembunyikan sesuatu."Untuk apa, Mas?" tanyaku lagi."Ini, Dek. Mas perlu uang untuk membayar barang pesanan di toko. Kamu kan tahu sendiri kalau Mas beli barang pakai modal sendiri, Dek. Makanya Mas narik uang di ATM barusan.""Bukannya kalau mau beli
Bab 4Setelah keluar dari kawasan toko material, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung bakso di pinggir jalan. Warung bakso ini letaknya berhadapan dengan tokonya Mas Bayu. Aku sengaja memilih tempat ini agar bisa memantau Mas Bayu."Ini pesanannya, Mbak, silakan dinikmati," ucap pelayan warung dengan ramah."Terimakasih, Pak," balasku sambil menyunggingkan senyum.Aku segera menikmati bakso tersebut, tidak lupa menambahkan kecap, saos serta cabai agar rasanya lebih nikmat.Sambil menikmati semangkuk bakso, aku terus memantau dari warung ini. Sampai detik ini, Mas Bayu belum juga datang ke toko. Kemana kira-kira mas Bayu?I
Bab 5"Mona, buka pintunya. Kamu belum masak, Mona! Kita mau makan apa malam ini?" Ibu mertua berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar. Tapi aku tidak menghiraukannya karena sudah tahu bahwa mereka hanya memanfaatkan kebaikanku.Aku tulus menyayanginya dan menganggapnya seperti Ibu kandungku sendiri. Tapi apa balasannya bagiku? Hanya hinaan dan cacian yang selalu kudengar tiap hari dari mulutnya.***"Dek, bangun!"Aku merasakan seseorang menepuk pelan pipiku. Mas Bayu, ternyata ia sudah pulang.Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata sudah malam, entah jam berapa sekarang, aku ketiduran.
Bab 6"Nasi uduknya satu ya, Mpok, minumnya teh manis hangat," ucapku pada Mpok Leni, penjual nasi uduk di pinggir jalan dekat komplek."Baik, Neng! Tunggu sebentar ya, Neng!"Aku memilih untuk sarapan di warung tenda pinggir jalan yang tidak jauh dari gang rumahku. Sengaja aku memilih tempat ini karena Mas Bayu biasanya melewati jalan ini. Mumpung lagi libur kerja, hari aku akan membuntutinya untuk menjawab semua kecurigaanku."Ini pesanannya, Neng, silakan dinikmati." Pelayan warung tersebut meletakkan pesananku di atas meja. Satu piring nasi uduk yang yang dihiasi dengan irisan telur dadar yang diiris tipis-tipis, serta satu gelas teh manis yang masih mengepulkan asap telah terhidang di atas meja.