Share

sikap dingin

"Sudahlah sayang lupakan hal itu, Tante sudah memaafkanmu dan tak ingin membahasnya lagi. Itu semua bukan salahmu. Kau masih anak-anak waktu itu." Bu Desi tersenyum. Ia memakluminya dan tak merasa dendam sedikitpun.

Mereka sudah lama tidak bertemu karena Bu Desi dan keluarganya beberapa kali pindah rumah di luar kota bahkan ke luar negeri. Adelia beranjak dari kursi dan membiarkan wanita itu duduk menggantikannya.

"Semenjak anakku kuliah ingin menyelesaikan gelar masternya, aku sudah menetap di sini dan tidak akan berniat pindah rumah lagi. Mungkin saja jika aku bosan aku bisa kembali ke mansionku di New York," Kata wanita itu sambil mengoyang-goyangkan tangannya.

"Besok kamu ke rumah Tante yah, sekalian bawa roti pesanan yang sudah Tante pesan hari ini. Tante akan kenalin kamu dengan anak Tante, kalian sudah lama tidak bertemu."

Adelia memutar matanya sambil berpikir-pikir. Apa-apaan ini. Dia mau dikenalkan dengan teman masa kecilnya? Adelia sudah bertemu dengannya tapi sayang sekali berkat kesalahan dimasa lalu Kaisar melupakannya.

                                  ***

Rumput hijau membentang luas dan tampak kering. Seperti biasa, pagi hari selalu menghasilkan embun yang menetes dengan lembut bersama semelir angin yang menggoyangkan dedaunan. Hembusan angin kecil menerpa rambut Adelia.

Adelia mengusap peluhnya ketika ia sampai di toko roti milik ibunya dengan tulisan OPEN. Seperti biasa, toko roti yang satu ini tidak pernah sepi dari pembeli. Adelia masuk, lalu dari belakang memeluk erat ibunya.

Bu Rini terkejut, lalu tersenyum.

"Pasti mampir mau ambil pesanan roti." Kata ibunya sambil terus mengolah adonan roti.

"Iya, Ma. Aku pergi dulu." menghampiri rak-rak roti beraneka rasa sesuai pesanan teman ibunya itu. Ia segera keluar dari toko rotinya setelah berpamitan dengan Bu Rini. Butuh waktu tiga puluh menit untuk bisa sampai di rumah itu.

Adelia diam sebentar di depan pagar yang menjulang tinggi. Benar, ini rumahnya, batin Adelia setelah ia melihat lagi kertas alamat sang pemesan yang ada di genggaman tangannya. Ia segera turun dari motor dan mengucapkan salam.

"Cari siapa?" seorang satpam menghampirinya.

"Saya mau antar pesanan roti yang kemarin sudah dipesan."

"Silahkan masuk." satpam tersebut mempersilahkan Adelia masuk melewati taman. Gadis itu terpesona dengan halaman rumahnya yang luas. Oh my God. Adelia hampir memekik rasanya. Sungguh, halaman seluas ini sepertinya cukup untuk memarkir lima puluh mobil. Tamannya juga sangat indah dan segar. Seorang lelaki tua terlihat sedang memotong rumput dengan rapi.

Adelia berhenti mengagumi semua pemandangan cantik di hadapannya. Ia segera melanjutkan langkahnya ke depan sebuah pintu kayu yang diukir dengan sangat mewah. Selain pintu kayu itu, dua buah pilar besar juga menyambut kehadirannya. Ia ingin berdecak kagum saat ini juga. Sembari menyembunyikan semua kekagumannya pada kemewahan rumah ini, Adelia memencet bel.

"Adelia... Tante sudah lama menunggu. Ayo, masuk!" wanita yang ditemuinya kemarin langsung menuntunnya masuk ke ruang tamu  tampak sangat elegan dan mewah di hiasi lantai marmer yang mengkilat.

Hiasan kristal ada di mana-mana, foto pigura serta pajangan lainnya bebas dari debu. Mata Adelia tertuju pada foto keluarga yang letaknya agak jauh dari tempatnya berdiri. Foto anaknya begitu jelas walaupun letaknya terlalu jauh, namun ia takjub dengan suasana rumah mewah dan damai ini.

"Ini pesanan roti yang Tante pesan." Adelia sambil menyodorkan satu kantong plastik berisi roti.

"Makasih banyak, ya, Adel. Eh, sebentar ya, tante ambilkan minum dulu." Bu Desi melihat Adelia membawa kucingnya dengan gemas ia mengelus kepala Catty kemudian menghilang dari hadapannya menuju dapur belakang.

Adelia masih kagum dan takjub dengan suasana dekorasi rumah mewah yang satu ini. Ia memandangi setiap sudut dalam ruangan. Di pojok ruangnya, terdapat tangga melingkar yang sangat indah. Ia menjatuhkan kunci motornya di lantai, saat meraih kunci itu Adelia memekik kaget melihat ikan cantik di bawah lantai kaca. Tidak terhitung jumlah jenis ikan berwarna warni, sungguh sangat indah. Seandainya saja Adelia tidak malu, ia akan memeluk lantai Bu Desi yang menakjubkan.

Ada foto yang dipigura sangat besar, dan ketika Adelia sedang memicingkan matanya untuk mengamati foto tersebut, wanita itu sudah berjalan ke arahnya dengan membawa minuman jus jeruk dengan gelas yang unik dan dua toples masing-masing berisi kue kering sangat menggiurkan.

"Ini minumannya! Tante tahu kamu pasti haus," tukasnya ramah.

Adelia tersenyum, "makasih, tante di sini tinggal sama siapa?" tanyanya penasaran memastikan rumah ini adalah rumah Kaisar teman kecilnya. Adelia menyeruput jus jeruknya yang segar.

"Suami dan anak tunggal Tante," ucap wanita cantik itu sambil menatap Adelia. Mereka bercakap-cakap mulai dari hal terkecil sampai hal-hal penting.

Tiba-tiba hentakan kaki di tangga, tepat di belakang sofanya membuat Adelia sedikit kaget.

"Akhirnya kau datang juga kesini." Kaisar bertepuk tangan seolah lama menunggu kedatangan Adelia. Mata biru itu menatap gadis yang hanya menggunakan setelan celana kain dan atasan baju berwarna pink dengan rambut di kuncir bagai ikat kuda. Kaisar memandang jijik melihat penampilan Adelia yang sama sekali menurutnya tidak menarik.

"Kamu sudah bangun? Ini, ada anak teman Mama sekaligus teman kecil kamu waktu balita." Bu Desi mencoba menjelaskan.

"Tak perlu dikenalkan, Ma. Kami sudah bertemu sebelumnya." Kaisar melipat tangan ke dada menatap tajam ke arah Adelia.

Astaga! Adelia ingin loncat dari kursinya sekarang juga. Seharusnya Kaisar tak keluar saja dari kamarnya. Sungguh dia tidak ingin berdebat di depan Bu Desi.

"Aku disini cuma mengantar pesanan roti." Adelia berbicara ketus. Bu Desi mengerutkan kening dengan bingung melihat perang dingin akan dimulai.

Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah Adelia, "Urusanmu sudah selesai, Kan? Jadi kau bisa pergi sekarang." Kaisar menatap Adelia sinis. Adelia tahu tidak seharusnya ia berada disini mendengar ocehan dingin Kaisar. Kakinya akan melangkah keluar tapi dicegah oleh Bu Desi.

"Jangan pergi Adelia! Tante tidak ingin kamu pergi. Dan kamu, nak. Mama harap kamu jaga sikap dan bisa menjalin hubungan baik dengan Adelia! Lupakan kejadian masa lalu itu." Ibunya menarik napas sebentar, lalu melanjutkan, "Bagaimana pun kalian tetap teman masa kecil dan Mama tidak ingin memutus persahabatan dengan Mama Adelia karena kejadian masa lalu itu."

Kaisar menghembuskan nafas kasar dengan mengepalkan tangannya. "sampai kapanpun aku tidak akan memaafkan Adelia karena mencelakaiku. Dan dia rubah kecil yang pandai berbohong." ia maju beberapa langkah tepat di depan Adelia mencoba mengingat saat Adelia menghindarinya dan berkata bohong bahwa tidak mengenalnya. Hal itu semakin membuat Adelia jengkel.

"Bagaimana kau tahu aku yang mecelakaimu?" Tanya Adelia heran.

"Mudah sekali untuk mengetahuinya." Kaisar berusaha membanggakan diri, dia punya segalanya. Apapun ia bisa beli.

"Kau!" kata Adelia memasang wajah sinis. "Aku tak sepenuhnya salah atas kecelakaanmu. Kau yang menggigitku jadi aku tidak sengaja mendorongmu hingga kau terjungkal ke jalan raya."

"Aku tak mempercayai rubah kecil sepertimu." tegas Kaisar.

"Kau tak mengingat kejadian itu Kaisar, tapi aku mengingatnya." Mata Adelia berkaca-kaca. Percuma saja berbicara dengan lelaki pemarah yang lupa ingatan. Dada Adelia terasa sesak, Telinganya memanas, masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Sampai kapanpun aku membencimu." teriak Kaisar tak percaya dengan kata-kata Adelia.

"Jika kalian masih menghargaiku disini berhenti bertengkar sekarang juga. Kaisar!? Mama sudah bilang agar kau melupakan kejadian masa lalu itu." Suasana tampak semakin mencekam mendengar dua ocehan orang di depannya yang saling menyalahkan. Bu Desi tahu benar bagaimana karakter Kaisar.

Ia menoleh pada Adelia, "Maafkan anak Tante, ya, Adel. Sebenarnya bukan cuma kamu orang pertama yang mendapat sikap dingin. Sudah banyak korban, bahkan sampai ada yang mengalami gangguan jiwa karena cintanya bertepuk sebelah tangan." Bu Desi memeluk Adelia dan menyuruhnya bersikap tenang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status