Setelah kedatanganku hampir sebulan lalu Mas Deddy dan Mama Pak Dokter selalu bermimpi aneh. Pak Dokter datang ke mimpi mereka dan ingin aku yang merawatnya, dia menangis memandangi bunga kering yang kubingkai dalam frame silver yang aku berikan.
Awalnya mereka hanya menganggap semua mimpi belaka, tapi ternyata mimpi itu datang setiap malam. Selama hampir tiga puluh hari berturut-turut."Maaf Mas, Bu, kalau untuk menjaga 24jam tidak mungkin. Aku bekerja di Rumah Sakit," jelasku."Bagaimana kalau dua hari sekali, Suster bisa?""Orang tuaku pasti khawatir. Tak akan ada izin pergi sendiri, Abang bekerja dan tidak akan selalu bisa mengantarku""Kami pasti bayar.""Bukan masalah bayaran, Bu. Saya ikhlas menolong Pak Dokter, bukan soal uang.""Mmm ... maaf sebelumnya, Mas, Bu saya punya saran. Bagaimana kalau dr. Doddy dipindah ke Bandung? jadi adik saya bisa tiap hari menengok.""BagaiBeberapa hari yang lalu aku sudah menghubungi mas Faiz, menanyakan perihal gaun yang ia kirim untukku. Hari ini Pertunangan Keponakan Mas Faiz, putri sulung Bude Aruna, Mas Faiz memberikan gaun itu untuk acara malam ini.Alhamdulillah, kata Bude Aruna, Saina sudah siuman. Anak kecil yang berjuang melawan penyakitnya selama hampir dua tahun itu, bangun setelah koma hampir satu tahun. Lega rasanya mendengar kabar gembira itu, aku sudah tidak sabar menunggu gadis kecil itu kembali.Pantas saja dia tak pernah gentayangan lagi, biasanya dia berlari mengekor setiap langkahku di Rumah Sakit.Aku di jemput Mas Faiz setelah Maghrib, laki-laki berparas Arabian itu memindaiku dari atas hingga bawah, lalu ia lalu terlihat mengalihkan pandanga kearag lain."Maaf ya, Za, ini semua kerjaan Kak Aruna. Kak Aruna memang niat sekali menjodohkan kita," ujarnya."Kenapa minta maaf, Mas? Aku biasa saja, jodohkan sudah Allah atur
Pagi hari yang cerah, walaupun tak secerah perasaanku yang campur aduk. Masih sangat sedih karena baru ditinggal Saina dan kesal sekali sama sikap Pak ... eh ... Bang Reza, maksudnya."Dekkk! Sudah bangun belum?" teriak Bang Gaza diluar kamar."Sudah, Bang. Masuk saja."Setelah mandi aku berdiri di balkon menghirup udara pagi sambil melihat orang lalu-lalang di jalanan sekitar komplek."Mas Deddy barusan telpon, 'deal' , katanya, Mas Deddy dan Mamanya setuju untuk membawa dr.Doddy ke kota. Lagi nyari tempat dulu, nanti sudah dapat tempat tinggal kita dikabari lagi.""Serius, Bang? Alhamdulillah aku senang sekali mendengarnya.""Oh iya, Dek. Ini celana jeans dari Pak Bachir, bonus katanya sama t-shirt nya juga.""Ini kan baju bekas pemotretan waktu itu? Wah ... Pak Bachir dan Mas Faiz baik sekali.""Memang, makanya dikasih ke kamu.""Dasar, Pak Bachir. Tapi lumayan deh
Sudah empat hari aku bulak-balik Bandung-Lembang, meski belum bisa berbicara perkembangan dr.Doddy sangat siknifikan. Aku tetap semangat agar dr.Doddy juga semangat untuk sembuh.Lelah seusai bekerja sudah tak kuhiraukan yang ada dibenakku hanya janji dan tanggung jawabku untuk menepatinya. Cuaca yang tak bersahabat juga aku hadang semuanya demi pak Dokter.Setelah memarkirkan motor di depan Villa aku berpapasan dengan dr. Mayda, wajah judesnya yang begitu konsisten memindai penampilanku dari atas sampsi bawah. Dari awal memang sepertinya dia tidak menyukaiku. Peduli amat, aku memang hanya perawat jauh dengannya yang seorang Dokter tapi aku pastikan aku lebih istimewa dimata dr.Doddy."Siang Ma, Mas," sapaku."Siang, Suster ayo masuk. Mama senang, sekarang Doddy sudah bisa duduk.""Syukurlah, Ma. Geeza senang mendengarnya. Selamat siang, Dokter, makan yuk! Geeza suapi," ucapku.Matanya berbinar, seakan m
Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama bersama dr. Doddy tapi aku harus menghadiri acara pengajian di rumah Saina. selepas Ashar aku pamit pulang dari Lembang untuk mendoakan tujuh hari meninggalnya gadis manis itu.Sungguh masih berasa seperti mimpi kehilangan senyum centil itu tapi semuanya sudah jalan hidup Saina, gadis kecil itu harus pergi lebih dulu."Ma, Mas Deddy biasanya pulang jam berapa?""Kalau ke Semarang gak lama Suster, nanti malam sehabis Isya juga pulang," jawab mama dr.Doddy."Tolong sampaikan Geeza ingin bicara penting, nanti Geeza telepon Mas Deddy sekitar jam sembilan selesai acara pengajian," pesanku."Bicarakan saja sama Mama, nak. Jangan buat mama khawatir.""Mama gak usah khawatir, ini cuma obrolan biasa kok, bukan tentang kesehatan dr.Doddy. Mama lihat, 'kan Pak Dokter sehat sekali."Mama dr.Doddy tersenyum dan memelukku."Mama senang suster memanggil mama seperti Dody memanggil Mama!Mama rasa k
Aku harus bertanggung jawab atas kondisi bang Reza. Hari-hariku sekarang sepulang kerja, menjaga Bang Reza di Rumah Sakit. Peristiwa penculikan tempo hari, membuat bang Reza terluka parah karena menolongku.Sampai saat ini aku belum mencoba menghubungi dr. Doddy, aku tidak mau mengganggu therapy dan pengobatannya disana.Aku juga masih trauma, takut peristiwa seperti hari itu terjadi lagi sebab Bang Diki, dr. Mayda dan komplotannya bebas tunggang langgang tanpa hukuman apapun.Entahlah apa aku dan Bang Reza yang sekarang terbaring lemah di Rumah Sakit tidak bisa menjadi bukti kejahatan mereka, "katanya"."Abang, haus?" tawarku.Bang Reza menggeleng, dia menatapku lekat."Maafkan Abang, ya?""Untuk apa abang minta maaf? Harusnya Geeza, yang minta maaf, Abang sudah berkorban banyak untuk Geeza.""Za, apa Doddy yang kalian ributkan hari itu Doddy Khairril Ammar?" tanya bang Reza."Iya, Abang kok tahu?""Dia adik kelask
Sudah menjadi kebiasaaan, kegiatanku beberapa bulan ini hanya pergi bekerja dan menonton drama korea di depan laptop. Hidupku kurang bersemangat setelah dr. Doddy pergi ke Singapura.Dua orang yang selalu setia menemaniku, bang Gaza dan bang Reza sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.Hari sabtu biasanya Bang Gaza dan Bang Reza main PS bareng di rumah karena Bang Reza sedang tugas ke Bogor jadi tidak ada yang main ke rumah."Ayah kemana, Bu. Kok sepi?" tanyaku."Ayah pergi gowes sama Abangmu, paling siangan pulangnya.""Kenapa Geeza gak diajak? Be-te di rumah terus.""Main, dong, ajak temennya main ke rumah.""Temanku pada masuk kerja, Bu. Kami bertiga jarang dapat libur bareng."Mengusir jenuh akupun pergi ke halaman, mengambil selang dari garasi dan menyiram tanaman bunga koleksi Ibu.Ada mobil hitam mengkilap berhenti di depan pagar, tapi bukan mobil Bang Reza. Kl
Tak ada yang tahu sebelumnya, di pagi itu Reza sudah tiba di Rumah sakit, Reza akan memberikan kejutan pada Geeza. Baru saja melangkah, mendekat kearah Geeza dengan bucket bunga yang disembunyikannya dibalik punggung. Ageeza dibawa paksa seseorang kedalam sebuah mobil."Geeza!!" teriak Reza.Bucket bunga yang Reza pegang terjatuh ke tanah, sontak dia berlari ke arah mobil dan mengikuti mobil yang membawa Geeza."Assalamualaikum, Bang Gaza, Geeza sudah pulang?" Reza mencoba menghubungi Gaza via telpon."Waalaikumsalam, belum Bang. Geeza mau ke Lembang dulu, dia punya pasien di Ci bodas.""Abang di rumah sakit, niatnya mau ngasih kejutan ke Geeza tapi ada orang yang membawa Geeza naik mobil, ini sedang aku kejar tapi mobilnya bukan melaju kearah Lembang," terang Reza."Terus kemana?""Ke bawah, Bang. Ini sudah lewat Cicaheum, jangan-jangan Ageeza mau dibawa keluar kota."" Share Location, Bang. Nanti aku susul kesana.
Aku harus bertanggung jawab atas kondisi bang Reza. Hari-hariku sekarang sepulang kerja, menjaga Bang Reza di Rumah Sakit. Peristiwa penculikan tempo hari, membuat bang Reza terluka parah karena menolongku.Sampai saat ini aku belum mencoba menghubungi dr. Doddy, aku tidak mau mengganggu therapy dan pengobatannya disana.Aku juga masih trauma, takut peristiwa seperti hari itu terjadi lagi sebab Bang Diki, dr. Mayda dan komplotannya bebas tunggang langgang tanpa hukuman apapun.Entahlah apa aku dan Bang Reza yang sekarang terbaring lemah di Rumah Sakit tidak bisa menjadi bukti kejahatan mereka, "katanya"."Abang, haus?" tawarku.Bang Reza menggeleng, dia menatapku lekat."Maafkan Abang, ya?""Untuk apa abang minta maaf? Harusnya Geeza, yang minta maaf, Abang sudah berkorban banyak untuk Geeza.""Za, apa Doddy yang kalian ributkan hari itu Doddy Khairril Ammar?" tanya bang Reza."Iya, Abang kok tahu?""Dia adik kelask