Evan dan Mei langsung kaget, Mei langsung mengubah ekspresinya menjadi selugu mungkin sebelum ia berbalik."M--mbak," sapa Mei pura-pura sopan membuat Aira langsung mengernyit."Ngapain kamu tengah malam begini sama suami saya?" tanya Aira ketus membuat Mei langsung gelagapan."Anu ... itu Mbak, tadi Pak Evan mau makan katanya saya mau buatin.Yapi tiba-tiba saya lihat di baju Pak Evan ada kecoa," jawab Mei sedatar mungkin membuat Evan mengernyitkan dahinya."Oh saya kira ngapain sampai kamu kayak mau meluk Kak Evan," jawab Aira santai."Ya sudah kamu tidur sana, biar saya aja yang buatin makan." suruh Aira yang dibalas anggukan oleh Mei lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua.'Huh untung nggak ketahuan,' ucap Mei dalam hati sambil berjalan ke kamarnya.Disisi lain, Aira menyiapkan makanan untuk Evan lalu ia menarik Evan ke kamar.Sampai di kamar Evan langsung menutup pintu lalu mengusap dadanya."Hampir tau Ai belum cukup apa buktinya?" tanya Evan dengan nada sedikit kesal membuat
Seminggu telah berlalu, tidak ada lagi pengganggu di rumah tangga Evan dan Aira."Kak," panggil Aira yang tengah melipat kain di atas ranjang, sedangkan Evan sedang bermain dengan Zalfa."Hem," sahut Evan seperti biasa membuat Aira langsung memutar mata malas."Semenjak Mei di tangkap polisi, ini rumah adem-adem aja ya kayak nggak biasa," ucap Aira.Evan yang mendengar itu langsung duduk melihat Aira bingung."Kok nggak biasa sih, kamu senang ada pengganggu disini," tebak Evan, Aira malah menggedikkan bahunya."Nggak suka sih ada pelakor, tapi lebih suka memusnahkan pelakor," ujar Aira membuat Evan mangut-mangut."Kakak yakin nggak bakal ada lagi pelakor?" tanya Aira."Nggak ada Ai, satu aja stres mikirinnya, udah ih jangan sangka buruk terus," jawab Evan santai lalu ia kembali berbaring di samping Zalfa."Okelah, tapi kalo Kakak bohong siap-siap aja jadi pendamping Mei di jeruji," ancam Aira membuat Evan terkekeh."Apaan sih kamu cemburuan banget sekarang, lagian saya tuh udah nggak
Brugh! Evan ambruk bagitu ia masuk ke kos-kosan Aira."Astagfirullah ... Kak Evan!" teriak Aira histerisnya, lalu meletakkan tehnya.Aira mendekatinya Evan, tapi ia tidak berani menyentuhnya."Duh ... gimana ya? Mana hari udah malam lagi gak ada orang lagi udah sepi ngapain dia ke sini?" gumam Aira panik.Disisi lain Ibu penjaga warung depan baru saja tutup, saat ia hendak pulang tidak sengaja ia melihat pintu kos Aira masih terbuka."Kos masih buka pintunya si neng padahal udah malam?"gumamnya.Iseng-iseng si ibu tersebut menuju kos Aira beniat memanggil, begitu ia sampai di ambang pintu ia melihat Aira sedang duduk di dekat kepala seorang laki-laki yang tergeletak di lantai.'Itu bukannya anak Pak Budi, ngapain dia malam-malam di kos cewek? Ada yang nggak beres nih.' batin ibu penjaga warung tersebut pikirannya langsung kemana-mana.Tanpa pikir panjang, ia langsung menghubungi orang tua Evan yang kebetulan dulu sempat jadi majikannya.Disisi lain, Aira masih panik harus bagaimana di
Saat asik memandangi wajah Aira tiba-tiba Aira merasa terganggu perlahan ia membuka matanya.Samar-samar ia melihat Evan, sedangkan Evan yang melihat itu langsung kaget dan refleks mundur ke belakang.Tapi sialnya kakinya malah tersandung membuat Evan hampir terjungal ke belakang.Aira yang melihat itu segera menarik tangan Evan dengan kuat membuat Evan terjatuh di atas Aira. Detik kemudian pandangan mereka bertemu, keduanya sama-sama bungkam antara rasa malu dan gugup."K--kak." ucap Aira gugup sambil mendorong dada Evan pelan. Mendengar itu Evan langsung bangkit dari atas Aira."Sorry saya gak sengaja." ucap Evan datar, lalu ia kembali ke ranjang.Dadanya bergemuruh sedangkan Aira setelah Evan pergi ia juga langsung memegangi dadanya.Hampir 15 menit Aira menetralkan jantungnya dan berusaha memejamkan matanya. Namun hasilnya nihil membuat Aira membuka matanya kembali.Sekarang ia menatap langit-langit kamar sedangkan Evan masih bersandar di sudut ranjang sambil memejamkan matanya.
Hari ini Aira begitu semangat berangkat mengajar karena sudah dua hari ia libur demi melangsungkan pernikahan yang sangat kilat menurutnya."Sudah jam 6.30 aku langsung berangkat aja." ucap Aira sambil memperbaiki hijabnya kemudian mengambil tasnya.Tidak lupa ia mengunci rumah kecilnya itu.Disisi lain Evan tertidur setelah sholat subuh. Perlahan ia menggeliat karena hari sudah terang.Saat ia melihat ke arah jendela terlihat jelas Aira sedang berjalan menuju pagar dengan pakaian yang rapi."Kok udah berangkat aja jam segini." ucap Evan sambil meraih ponsel di meja rias.Saat menyalakan ponsel matanya terbelalak melihat hari sudah jam 6.32. "Astaga udah jam segini, mana belum mandi." lanjutnya bergegas ke kamar mandi. Tidak butuh lama Evan keluar dari kamar mandi lalu memakai pakaian kantornya tanpa memasang dasi. "Hari ini mana ada meeting." gumamnya sambil menyisir rambut lalu menyemprotkan parfum.Setelah merasa rapi ia langsung berangkat tanpa sarapan. Ditengah jalan Evan meli
Sampai di rumah kecilnya Aira langsung bersandar di balik pintu sambil memegangi dadanya. "Aku kenapa sih setiap kali ditatap sama Kak Evan pasti jantungku tiba-tiba ngajak marathon? 'Kan malu kalo sampe katahuan sama Kak Evan." ucap Aira lalu melempar tasnya ke kasur.Disisi lain Evan masuk ke rumahnya dengan perasaan yang campur aduk antara senang dan bingung."Ngapain sih baper sama cewek kayak dia." celetuk Evan sambil berjalan menuju kamarnya.***Di bioskop, Farra dan Tio belum tahu kalau Evan dan Aira sudah pulang.Saat Farra menoleh ke samping ia tidak menemukan Aira, ia langsung celingak-celinguk."Mas, Aira sama Mas Evan kok nggak ada?" tanya Farra membuat Tio menoleh ke arahnya."O iya kok nggak ada ya bentar deh Mas telpon." jawabnya. Begitu Tio menyalakan ponselnya ia melihat pesan dari Evan."Oalah, mereka udah pulang rupanya." kata Tio membuat Farra berpikir."Eh Mas ada yang aneh nggak sih sama mereka berdua? Aira nggak ada kabar selama dua hari tapi mereka kayak mak
Malam harir, Aira sedang memeriksa hasil ulangan murid-muridnya tiba-tiba saja perutnya keroncongan. "Ya ampun nih perut ribut banget dah..." kesalnya sambil memukul perutnya pelan lalu berdiri menuju mencari makanan. "O iya makananku udah abis ludes gak pernah belanja dari sebelum nikah. Ke supermarket terdekat aja dah bisa mati nih lama-lama nggak ada makanan karena malas." lanjutnya, lalu menepuk jidatnya. Aira melihat jam masih menunjukkan pukul 19.30. Ia langsung memakai hijabnya dan memakai jaket kemudian bergegas pergi ke supermarket yang tidak jauh dari rumah Evan. Disisi lain, Evan yang baru selesai sholat isya langsung menuju dapur hendak makan. Saat ia melihat makanan yang ternyata kosong. "Nyari makan di luar aja kali ya sekalian beli sabun ke supermarket." gumam Evan, lalu mengambil kunci mobilnya dan menuju supermarket. Sampai di supermarket, Evan langsung masuk dan mencari kebutuhannya. Disisi lain Aira sedang sibuk mengambil bahan-bahan untuk di masak. 'Wah
Evan masih mondar-mandir memikirkan bagaimana cara memberitahu Aira."Gimana kasih taunya ya kira-kira dia mau nggak ya," gumam Evan."Besok aja gua kasih tau, udah malam juga takutnya dia udah tidur lagi," lanjutnya lalu pergi ke kamar.Pagi hari; Evan yang baru saja selesai mandi langsung menuju lemari. Belum sempat Evan membuka lemari, ia sudah melihat Aira melintas dari jendelanya."O iya gua belum kasih tau dia kalo siang ini Ayah sama Ibu datang." sadarnya sambil menepuk jidatnya dan berjalan keluar kamar, tapi tiba-tiba Evan berhenti dan melihat tubuhnya."Masa gua keluar pake handuk doang yang benar saja nanti dia ngiranya gua mesum lagi, udahlah nanti aja." ucap Evan lalu kembali ke kamar dan bersiap-siap. Hampir setengah jam Evan bersiap kemudian ia masuk ke mobilnya, tapi sebelumnya Evan menuju sekolah Aira.Disisi lain, Aira dan Farra sedang memandu murid-murid untuk piket lapangan.Saat Aira melihat ke arah pagar sekolah, samar-samar ia melihat Evan yang bari saja keluar