Deru motor milik Basuki menarik perhatian seorang wanita paruh baya yang tengah menggendong bayi di teras rumah. Begitu juga dengan pemuda yang tengah mengotak-atik motor besarnya. Keduanya kompak menatap kedatangan Basuki dan Asma yang baru saja pulang dari sawah.Basuki menghentikan motornya di depan rumahnya yang tengah kedatangan tamu. Asma yang berada di boncengannya segera turun begitu melihat raut tidak suka yang terlihat jelas dari wajah Yati saat ini. Tanpa sadar dia menggenggam erat kaos yang Basuki kenakan.Basuki yang merasakan cengkraman pada kaosnya sadar betul jika Asma merasa resah. Tergambar jelas raut kecemasan di wajah gadis itu saat ini. Dan dia benar-benar tidak nyaman melihat Asma seperti itu. Asma tidak perlu merasa setakut itu pada Yati."Kamu itu kemana aja? Kenapa nggak balik-balik dari sawah?" cecar Yati begitu melihat Asma. Wanita itu tak menunggu Asma turun dari motornya. Langsung saja dia suarakan kekesalannya pada gadis itu.Dengan ragu Asma turun dari b
Mendengar deheman keras yang berasal dari belakang mereka, membuat Asma dan juga Yoga menoleh serentak. Tepat di ambang pintu dapur, berdiri sosok Basuki yang tengah menatap ke arah mereka dengan pandangan tajam.Asma tanpa sadar menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Yoga. Sedangkan pemuda itu tak menyadarinya karena masih terpaku melihat Basuki di sebrang sana.Langkah kaki Basuki tampak begitu tenang. Namun tidak dengan iris gelapnya yang menghunus tajam tepat di manik Yoga saat ini. Membuat pemuda itu dapat merasakan aura suram yang mulai mencekam."Ada tujuan apa kamu masuk ke sini, Yo-ga?" tanya Basuki dengan sengaja menekan suaranya saat menyebut nama pemuda itu.Raut wajah Yoga terlihat tak tenang. Siapa yang tidak tegang jika berhadapan dengan pria jangkung berbadan kekar yang menatap kita seolah ingin memakan kita hidup-hidup?"I-Itu, Om.. Aku mau ngambil minum. Terus nggak sengaja ketemu Asma di sini." kata Yoga ber
Tok tok..Basuki mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar ketukan pintu kamarnya. Hal pertama yang dia lihat adalah jendela kamarnya yang menampilkan warna langit yang mulai menguning. Tanda jika hari mulai beranjak petang. Sepertinya Basuki ikut terlelap setelah menemani Dika tidur. Sehingga begitu bangun, tubuhnya merasa begitu lemas dan bingung.Menurut orang tua jaman dulu, tidur di sore hari atau menjelang petang akan membuat tubuh menjadi lemas dan linglung. Dulu Basuki tidak percaya dengan mitos itu. Namun ternyata beberapa ucapan orang tua dulu ada benarnya juga. Menurut ilmu kesehatan, tidur di sore hari justru membuat tubuh jadi lemas. Pasalnya sore hari bukan waktu yang bagus untuk tidur. Justru tubuh akan kekurangan oksigen jika tidur pada sore hari sehingga tubuh terasa lemas. Parahnya lagi, rasa lemas itu bisa dialami sampai keesokan harinya karena asupan oksigen pada tubuh tidak berjalan dengan lancar."Masuk." seru Basuki
Asma memegang jantungnya yang tak berhenti berdebar dengan keras ketika mengingat apa yang baru saja Basuki lakukan beberapa menit yang lalu. Dengan santainya pria itu memeluk dirinya ketika dia tengah menggendong Dika.Tidak hanya itu saja. Basuki juga dengan terang-terangan mengatakan jika dia tidak boleh dekat-dekat dengan Yoga. Awalnya Asma mengira jika pria itu melakukannya karena tidak ingin pemuda kaya raya dan tampan seperti Yoga, mendapatkan dirinya yang hanya seorang gadis biasa.Namun setelah mendengar alasan yang sebenarnya, membuat Asma menjadi kehilangan kata-katanya. Basuki mengatakan jika dia merasa cemburu melihat Asma bersama Yoga. Karena alasan itulah kenapa pria itu sempat bersikap acuh terhadap dirinya.Mengingat penuturan Basuki waktu itu, membuat debaran di dadanya kembali muncul tanpa bisa dia cegah. Entahlah Asma merasakan perasaannya campur aduk saat ini.Ribuan pertanyaan kini hadir di dalam pikirannya. Tentang alasan kenapa Basuki merasa cemburu? Kenapa h
Dulu Asma memang sering melihat pria itu bertelanjang dada jika di rumah ketika ibunya masih ada. Dan Asma merasa biasa saja dengan hal itu. Namun entah mengapa rasanya kini terasa berbeda setiap melihat Basuki dengan kondisi seperti itu. Membuat dirinya merasa malu dengan wajah memanas."Dika masih belum selesai?" Basuki melirik putranya yang masih asik menyusu pada kakak tirinya. Bayi itu terlihat sangat menikmati cairan putih yang tengah disesapnya. Membuat Basuki tanpa sadar menelan ludahnya susah payah, menginginkan hal yang sama.Asma yang sadar melihat tatapan Basuki yang tertuju pada dadanya buru-buru menutupinya dengan bajunya. Walaupun semua itu percuma saja karena pria itu masih bisa melihat ujung puncaknya yang tengah dikulum oleh Dika.Basuki mengulum bibirnya melihat apa yang Asma lakukan. Untuk apa gadis itu sibuk menutupinya jika dia sudah biasa melihatnya? Bahkan Basuki juga pernah merasakannya walau hanya sekali.Mengingat kejadian itu membuat wajah Basuki memanas. S
Seperti biasa, Asma bangun lebih awal dari para penghuni rumah yang lain. Sembari mencepol rambut panjangnya asal dan meninggalkan beberapa helaian rambut nakal yang menjuntai di lehernya, Asma turun dari ranjangnya dengan hati-hati. Takut pergerakannya membuat Dika yang semalam tidur bersamanya terbangun.Sebelum benar-benar keluar dari kamarnya, gadis itu memastikan sekali lagi keadaan adik tirinya yang masih bergelung dengan nyaman. Bayi mungil itu begitu pulas tertidur setelah membuatnya kalang kabut tadi malam.Dika memang sempat terserang demam kemarin. Sehingga membuat bayi mungil itu sedikit rewel. Asma dan Basuki sampai harus bergantian mengurusnya.Menutup pintu kamarnya dengan hati-hati, Asma melirik pintu yang ada di depannya dengan ekor matanya. Pintu berwarna coklat itu masih tertutup rapat. Sepertinya Basuki masih belum bangun dari tidurnya.Tak ingin mengganggu bapak sambungnya, Asma memutuskan untuk menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar walau
Wajah Basuki terbenam di lekuk leher Asma yang berkeringat. Menghirup aroma khas gadis itu yang bercampur dengan keringat. Yang sukses membuat Basuki merasa mabuk kepayang. Harum tubuh Asma membuatnya merasa nyaman. Rasanya dia betah sekali memeluk Asma seperti ini."T-Tapi, Pak.. " lirih Asma resah. Deru napas Basuki yang terdengar di indra pendengarannya membuatnya gelisah. Apalagi terpaan napas hangat pria itu yang menimbulkan gelenyar aneh di dalam tubuhnya.Basuki bergumam tak jelas dengan posisi yang masih sama. Namun tangannya terulur mematikan kompor yang masih menyala. Lalu kembali memeluk Asma dengan begitu eratnya. Tanpa mempedulikan wajah gadis itu yang sudah semerah tomat."Apa kamu mendengar sesuatu?" tanya Basuki tanpa mengubah posisinya. Napas hangatnya menerpa leher putih Asma. Membuat gadis itu sedikit meremang. Tubuhnya bergidik geli tanpa disadarinya."A-Apa?" tanya Asma balik dengan bibir dia gigit. Canggung sekali rasanya berada di posisi seperti ini dengan bapak
Asma terpaku mendengar apa yang Basuki ucapkan padanya barusan. A-Apa? Basuki menyukainya? Apa Asma tidak salah dengar?Iris beningnya tak lepas menatap netra gelap milik bapak sambungnya yang juga tengah menyorotnya. Mencoba mencari kebohongan dari tatapan pria itu.Di lain sisi, Basuki dilanda rasa resah setelah mengatakan kejujurannya pada Asma. Gadis itu hanya diam alih-alih menjawab perasaannya. Membuatnya merasa pesimis jika Asma juga merasakan hal yang sama padanya.Asma menarik napas dalam-dalam, sebelum membuangnya secara kasar. Kejujuran Basuki tentang perasaannya justru membuat Asma merasa bimbang.Apakah secepat ini cinta hadir di hati Basuki?Apa secepat itu Basuki melupakan ibunya?Atau semua ini hanyalah perasaan semu saja?Di tengah keterdiamannya itu, Asma merasakan sapuan hangat tangan kasar yang tengah membuai wajahnya. Gadis itu mendongak, dan tersentak saat jarak diantara mereka berdua begitu dekat. Sejak kapa