Share

latihan Bernyanyi

Persiapan hanya dua minggu saja untuk mempersiapkan semuanya. Doni si murid  baru mendatangi ku ke rumah setelah pulang sekolah. Dia dengan kendaraan roda dua bermerek Honda memarkirkan kendaraannya di samping rumahku. Aku yang memandangi dia dari lantai dua kamarku tidak menyangka dia akan datang hanya untuk latihan. Dia mengetuk pintu rumah, ibuku membuka pintu dan berkata “siapa ya? “

Doni pun menjawab “saya teman sekelas Axelio bibi, saya mau latihan nyanyi untuk acara ulang tahun sekolah”

“O teman Axel ya, ya sudah masuk saja sebentar bibi akan panggilkan Axel dulu di kamarnya”.

“Baik bibi”.

“Axel, nak itu ada teman kamu lo di depan dia udah nunggu itu”

“iya Bu sebentar”

“Kamu ada teman ko ga bilang sama ibu sih, kan ibu bisa sering nyuruh dia kesini nemenin kamu”

 “Dia cuman teman sekelas ga lebih ko bu, lagian dia murid ko”

“Ya gapapa dong nanti kalau lama-kelamaan kan bisa jadi akrab juga, siapin  minuman buat kalian ya”

Aku menuruni tangga berdua dengan ibuku menemui dia di ruangan depan. 

“Ini Axelnya, itu kawan mu Axel, sebentar bibi siapin minuman ya nak siapa namanya” ibu menanyakan Doni yang sedang duduk menunggu ku.

“Nama saya Doni bibi”

“O  Doni namanya, mau minum apa ini biar bibi sediakan?”

“Jadi merepotkan bibi saja, saya minum air putih saja bibi kan mau latihan nyanyi juga takut serak suaranya”

“O ya sudah sebentar bibi sediakan ya, kalian ngomong aja dulu”

Aku yang menggaruk-garuk kepala karena ibuku sambil memegangi pundakku sambil berbicara kepada Doni. 

“Kamu sudah lama nungguin disini” aku berpura basa-basi karena tidak tahu apa yang akan ku bicarakan untuk membuka pembicaraan.

“Nggak kok ini baru saja sampai, kamu baru bangun tidur ya?” tanya nya balik

“Nggak kok cuman tidur-tiduran aja, kirain kamu nggak bakalan datang latihan”

“Memangnya kenapa? kamu sibuk ya, ya lagian kan aku juga sekalian persiapan aja sih biar kelas kita menang, kan kita sudah kelas atas nih malu juga kalo kalah dari adik kelas hehe”

“Ya udah kalo gitu kita ke kamarku aja soalnya aku udah pindahin studioku jadi kamar ku, Bu bawa ke kamar Axel aja ya nanti kami di kamar latihannya,”

“Iya nanti ibu bawa ke kamar kamu” sahut ibu dari arah dapur.

Kami berdua pun menuju studio kamarku tempat biasa aku bermain gitar dan bernyanyi. 

“Silahkan masuk ini kamarku maaf ga rapi ya”

“Nggak apa-apa kamarku juga ga serapih ini kok,”

Kemudian suasana menjadi hening sejenak setelah dia melihat setiap gambar yang ada di dinding kamarku berisikan fotoku dengan almarhum Doni sahabat terbaikku yang pernah kumiliki. Dia juga melihat begitu banyak kaset film, kaset video game, dan juga buku komik.

“Dia siapa?” tanya Doni si murid baru.

“Dia abang ku” jawabku

“Dimana dia sekarang?” tanya nya kembali.

Aku tidak menjawab dan hanya terdiam begitu saja dan beralih mengambil gitar, dan memberikan kepadanya.

“Ini kamu bisa main gitar kan?” tanya ku balik mengalihkan pembahasan. 

“Iya bisa, bagaimana lagu yang mau kita bawakan ini kan kita sekarang mau  pisah gimana kalo kita nyanyi dengan tema sahabat?”

Aku hanya bisa terdiam sejenak teringat dengan almarhum Doni, kala itu kami bernyanyi tentang  See You Again di sebuah acara festival dan memenangkan perlombaan itu, namun setelah beberapa minggu akhirnya aku dan almarhum doni terpisahkan oleh maut. Dia pergi meninggalkan ku dari dunia ini.

“Kamu kenapa?” tanya Doni  si murid baru

“Tidak aku tidak apa-apa, kamu lanjut aja dulu aku mau ke toilet bentar”

“O oke “

Kemudian kau pergi ke toilet meninggalkannya sendiri. Tak disangka Doni si murid baru melihat sebagian buku diary ku dan juga beberapa komik yang bertuliskan nama ku dan nama almarhum Doni. Aku memergoki dia sedang membaca buku diary ku, namun aku dengan langsung mengambil buku itu dari tangannya.

“Kenapa kamu baca buku ini siapa yang nyuruh kan nggak ada, sini kembalikan”

Dia pun merasa bersalah dan meminta maaf.

“Maaf ya aku tadi tertarik aja ada lirik lagu See You Again di buku komik kamu dan juga di diary kamu, jadi aku baca aja maaf ya”

Kami pun melanjutkan latihan, tapi dia yang mengarahkan mulai dari judul lagu dan tema yang akan kami bawakan. Kemudian aku menolak untuk membawakan lagu bertema persahabatan atau perpisahan.

“Aku ga setuju karena ini ulang tahun bukan mau perpisahan ganti aja, mendingan kita nyanyi lagu dari Dewi lestari yang judulnya Selamat Ulang Tahun.”

“O boleh juga”

Kami berdua mulai menyetel gitar dan mencocokkan nada suara, namun hatiku masih kesal kepada dia karena dia membaca sebagian isi diary ku dan yang kutakutkan adalah dia memberitahukan kepada siswa di kelasku apa yang ada di dalam diary ku.

Kami berdua mulai bernyanyi dan menyesuaikan irama musik yang kami buat dengan gitar. Nada suara ku yang cukup tinggi dan husky dan nada suara Doni yang cukup halus dan khas membuat suara kami terdengar merdu. Tanpa kusadari ternyata ibuku mendengarkan kami berdua bernyanyi begitu bagusnya, ketika aku melirik ke arah pintu kamar ternyata  ibu disana sedang berdiri membawa makanan dan juga minuman untuk kami berdua,  aku berhenti sejenak dan menghampiri ibu ke arah pintu kamar. 

“Ibu sudah lama di sini? “tanya ku

“Iya sudah, ibu mendengarkan suara bagus kalian  jadi ibu tidak ingin mengganggu kalian berdua.”

Ibu pun memberikan hidangan itu kepada ku, kemudian ibu pergi meninggalkan kami berdua di kamar. 

Tak terasa hari mulai semakin gelap, matahari sudah membenamkan sinarnya perlahan-lahan. Kemudian kami berdua beristirahat dan duduk menikmati hidangan yang diberikan ibu. Tanpa sadar aku berbicara seperti sudah kenal dekat dengan nya, kami berdua berbincang sambil menikmati cemilan, namun aku tak juga sadar entah apa yang ku bicarakan dengannya meskipun hanya sebatas tentang sekolah dan asalku dari mana.

Tak terasa jam sudah  menunjuk pukul 17.45 wib, kemudian dia berpamitan untuk pulang.

“Axel aku pamit pulang dulu ya besok kita latihan lagi ya, kita lanjut besok aja kita matengin gimana kita nyanyi nya.”

“Ok ya udah kalau gitu, kabarin aja besok”

Doni berpamitan pulang kepada ibuku, kemudian dia bergegas menuju kendaraannya, 

“bibi Doni pamit dulu ya, mau pulang sudah mulai gelap ni”

“Hati-hati ya nak Doni, sampaikan salam ibu ke orang tua kamu ya sayang ga sempat bicara banyak sama kamu tadi, soalnya keasikan latihan kalian berdua jadi ga enak ganggunya.”

“Iya bibi nanti Doni sampein ke ibu dirumah”

Dia menaiki kendaraannya dan pergi. Ibu yang melihatku di depan pintu mengantarkan Doni pulang mulai membuat candaan.

“Akhirnya punya teman juga anak ibu, kirain bakalan sama ibu terus nempel. Padahal ibu pengennya sih cewe aja temannya biar ada pacarnya.” sambil melemparkan senyum.

“Ibu ini ada-ada aja ini kan beda dia itu kan mau latihan aja ya aku ga tau dia mau datang atau nggak”

“Yauda deh ga usah alasan ntar lagi juga jadi teman akrab tu jadi abang sendiri, yaudah ibu ke dapur dulu  ya siapin makanan kan udah lapar anak ibu yang ganteng” sambil mencubit pipi ku.

“Ibu ini aku ga anak--anak lagi lo, masa main cubit “

“Ya kan masih anak ibu, nggak salah dong kalo di cubit”

“iya deh terserah ibu aja” aku merasa malu dengan tangan menggaruk-garuk kepala.

“Ibu masak apa ni?” buatin Axel martabak aja ya bu untuk nanti malam mau nonton

“Iya nanti Ibu buatin”

memang aku terkesan manja kepada ibu ku karna hanya aku anak satu-satunya jadi dia apa yang aku katakan pasti dituruti sama ibu dan ayah ku. Meskipun ayah bekerja di luar kota dia tetap memperhatikan aku dan selalu menanyakan kabarku. Dulu sebelum kami pindah dia selalu menganggap almarhum Doni sebagai anak kandungnya. Karena kepergian Doni membuatnya sedikit terpukul karena dia tidak bisa mengetahui kabar dari Doni. Juga ibu ingin suasana baru. Meskipun dikatakan di desa tetap saja sama tidak terlalu sepi bahkan ada tempat perbelanjaan seperti indomaret dan juga fasilitasnya sudah memadai.

Setelah ibu menghidangkan menu makan malam, ibu membuatkan semur ayam kesukaan ku. Semua hidangan tampak lezat. Ibu juga sepertinya merasakan ada yang aneh dengan ku tidak biasanya aku bernafsu makan seperti ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status