Raline ditarik dengan paksa oleh Eddriz, tidak perduli gadis itu memakai high heels. Tangan Raline mencengkeram legan Eddriz agar tidak terjatuh. Disamping tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, gaun yang dikenakan juga pas dibadan sehingga tidak leluasa bergerak bebas.
"Jangan mencari perhatian, jangan menjawab hal yang tidak tahu. Cukup mengangguk dan tersenyum saja, mengerti?" pesan Eddriz sambil terus melangkah.Raline masih menyeimbangkan cara berjalan Eddriz yang cepat. Tidak menjawab apa yang perintahkan oleh suami dadakan. Laki-laki itu tidak memperhatikan Raline yang berjalan hampir setengah berlari."Kalau ditanya menjawab?" Eddriz semakin mencengkeram tangan Raline dengan keras."Hhhmm."Mungkin bagi wanita yang tidak mengenal bela diri pasti akan kesakitan. Namun, tidak bagi Raline karena cengkeraman itu dengan mudah akan bisa di lepas. Hanya sayangnya, Mereka tepat berada di depan tamu dan harus berpura-pura bahagia dan ramah."Selamat malam dan selamat datang di villa kami," kata Eddriz sambil membungkukkan badan."Selamat malam, Tuan Ed." Para tamu bisnis menjawab dengan serentak."Perkenalkan dia istri saya Nyonya Ed," kata Eddriz sambil melingkarkan tangan di pinggang Raline tetapi sambil sedikit mendorong agar ikut mengangguk."Selamat malam, Nyonya Ed. Anda cantik sekali." Salah satu Pebisnis Muda membunguk hormat.Raline tersenyum melipatkan kedua tangan di dada. Membungkukkan badan sebagai tanda hormat. Sambil menahan badan agar tidak maju karena ditekan oleh Eddriz dari belakang.Eddriz menarik kursi untuk duduk Raline sambil tersenyum. Senyumnya terlihat manis walau sebenarnya sangat tahu jika senyuman itu hanya palsu. Raline juga tersenyum, tetapi senyum untuk menertawakan kepalsuan suami yang pandai bersandiwara.'Dasar Pak Tua penuh drama, senyum palsu hatinya busuk.' Raline hanya bisa bergumam dalam hati.Satu jam, dua jam bahkan pembicaraan bisnis berjalan sampai tiga jam lamanya. Raline hanya diam tidak memahami apa yang dibicarakan. Terkadang bergeser kanan dan kiri karena merasa borring dan mulai panas terlalu lama duduk.Ada salah satu peserta meeting pebisnis muda selalu melirik Raline yang gelisah. Pemuda itu tidak memperdulikan Eddriz yang garang menatapnya. Seolah pemuda itu ingin memberikan perhatian lebih karena Raline yang tidak diperhatikan oleh suami."Ok setelah tanda tangan kesepakatan ini, ada yang bertanya lagi?" Eddriz langsung mengakhiri meeting karena geram melihat pebisnis muda yang selalu melirik Raline.Raline menjadi salah tingkah karena diperhatikan terus menerus. Terkadang hanya mengalihkan perhatian memandang pintu luar melihat para pegawai yang berlalu lalang. Hanya tersenyum tipis saat saling pandang tidak sengaja."Tidak, Tuan Ed. Terima kasih." Salah satu Pebisnis senior menjawab setelah tanda tangan kesepakatan kerja sama.Eddriz mengangkat tangan memberikan kode kepada bodyguard yang menjaga di depan pintu. Bodyguard itu mengangguk dan menghubungi seseorang dengan ponsel. Kurang dari lima menit, para koki datang dan membawa menu makan malam.Saat makan pun Raline banyak diperhatikan oleh rekan bisnis Eddriz. Ada yang mengambilkan lauk, ada yang mengambilkan sayur ataupun yang lain. Eddriz sama sekali tidak mendapatkan perhatian."Cukup, Tuan. Terima kasih," kata Raline saat ada dua pebisnis mengambilkan ayam goreng dan tahu goreng."Sama-sama, Nyonya."Eddriz sengaja menginjak kaki Raline sambil mata menunjuk ke piring kosong yang ada di depannya. Hanya sayangnya, Raline tidak memahami maksud suami. Dia hanya meringis dan menahan sakit sambil tersenyum kecut.Dengan terpaksa Eddriz mengambil nasi sendiri. Sayur dan lauk juga mengambil sendiri tanpa dilayani. Sedangkan Raline diambilkan oleh rekan bisnis Eddriz sambil tersenyum.Setelah rekan bisnis berpamitan pulang selesai makan. Dengan penuh emosi Eddriz mencengkeram tangan Raline dan ditarik ke kamar tanpa kata. Ada banyak pelayan dan bodyguard yang melihat sehingga Raline tidak membantah dan diam saja. Hanya pasrah dengan perlakuan kasar yang tidak tahu sebabnya.Pintu dibuka dengan kasar oleh Eddriz. Ditutup dengan menggunakan kaki dengan suara keras dan menggelegar. Langsung mendorong Raline ke arah tempat tidur dan tersungkur di lantai."Sudah aku bilang jangan cari perhatian, jangan kecakepan. Tugas kamu hanya melayani aku terutama saat makan, dasar bodoh!" teriaknya.Raline mencoba bangun dan mengusap sikunya yang terbentur lantai. Ada rasa ngilu di lengan karena tertekan dengan keras saat di dorong. Mulut terdiam tanpa kata hanya menatap wajah Eddriz yang memerah karena marah.Belum sempat Raline berdiri dengan sempurna, Eddriz menarik lengan Raline dan di putar ke belakang, "Jangan coba-coba melawan, aku tahu kamu bisa bela diri, ilmumu hanya seujung kukuku!""Aauw sakit, Pak Tua!" teriaknya tanpa takut.Eddriz semakin menarik dan menekan lengan Raline dengan lebih keras, "Sekali lagi menyebut itu aku patahkan tanganmu, mengerti?""Iya.""Ingat, kamu sudah aku beli dengan harga yang sangat mahal, sekali melakukan kesalahan seperti tadi, hidupmu akan seperti di neraka!""Iya, lepaskan tangan Ra, sakit!"Eddriz kembali mendorong Raline sampai menabrak pinggiran tempat tidur tepat mengenai pundaknya. Pundak terasa lebih ngilu dari lengan tadi. Hanya meringis dan menahan sakit tanpa mengeluh sedikit pun.Eddriz langsung ke luar kamar dengan menutup pintu sambil dibanting. Suara pintu terdengar menggema di seluruh ruangan kamar. Mulutnya yang terus mengomel karena marah hampir tidak terdengar karena kalah keras dengan suara pintu yang menggema.Raline terduduk di lantai mengusap pundaknya. Ada memar dan membiru karena terkena pinggiran tempat tidur. Lukanya lebih parah dari yang ada di siku lengan yang hanya membentur lantai.Raline mengambil napas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Tidak menyangka laki-laki yang dipanggil pak tua itu sangat kuat dan tangguh. Tidak lemah seperti kelihatannya saat pertemuan pertama akad nikah."Boleh juga tenaganya, Ra harus berhati-hati mulai sekarang," monolognya.Saat awal berpikir akan lebih aman bersama laki-laki yang pantas menjadi ayahnya daripada bersama ayah tiri. Kini menjadi berpikir ulang karena mulai mengetahui tabiat dan tindakannya. Mulai merasa sangat tidak beruntung karena ke luar dari kandang macan sekarang masuk di kandang harimau.Mulai merasa hidup tidak beruntung seperti saat masih bersama ayah tiri durjana. Dulu terpaksa bertahan karena amanah ibu tercinta. Sekarang hanya bisa bertahan karena misteri yang belum dikatakan suami dadakan tentang misteri kecelakaan Almarhumah Ibu Rayya.Dengan gontai Raline ke kamar mandi, membersihkan diri dan berganti baju. Semua sudah disiapkan oleh bibi tinggal memakainya saja. Langsung beristrahat tidur di tempat tidur setelah selesai dari kamar mandi.Tidur di sisi paling pinggir dan memberikan batasan guling di tengah agar tidak tersentuh oleh Eddriz. Terlelap tanpa perduli apapun yang terjadi. Yang terpenting bisa beristirahat sejenak karena sangat lelah hati dan pikiran.Sampai lebih dari tengah malam Raline terlelap, tiba-tiba dikagetkan karena tendangan kaki Eddriz dengan keras, "Siapa suruh kamu tidur di tempat tidurku, Bodoh!"Raline tersungkur jatuh dari tempat tidur, "Auuw!"Bukan hanya kepala saja yang sakit karena terjun bebas dari tempat tidur. Raline juga mengusap bok*ngnya setelah mengusap kepala. Rasanya panas karena terjatuh dengan keras didorong dengan kaki menggunakan kekuatan penuh."Kamu tidak berhak tidur di sini, Arum. Aku sangat membencimu!" teriak Eddriz berjalan sempoyongan dan ingin naik ke tempat tidur.Raline langsung bangun dan terduduk. Melihat Eddriz sampai memicingkan mata. Laki-laki berumur itu memanggil nama mantan istri bukan nama Raline. "Ooo, mabuk ternyata Pak Tua ini," monolog Raline setelah memperhatikan gerak-geriknya.Raline tersenyum devil saat melihat Eddriz ingin naik ke tempat tidur, tetapi seolah kakinya sudah menginjak atas tempat tidur padahal masih jauh. Alhasil kaki itu hanya menyentuh pinggiran tempat tidur dan kaki kembali menginjak lantai."Kamu jangan menjauh seperti Arum, diam aku mau naik, bodoh!" Kaki Eddriz berkali-kali diangkat ingin naik di tempat tidur dan berkali-kali juga turun ke lantai lagi."Arum,
Ada bantal dan guling melayang ke arah Raline sebagai akibat jawabannya yang asal. Untung Raline langsung menangkis dan terjatuh tergeletak begitu saja bantal dan guling itu. Disertai nyengir kuda Raline karena ditatap tajam oleh pemilik kamar."Kamu siapkan di kamar mandi, aku mau mandi!" perintahnya kesal.Dengan gontai Raline berjalan menuju kamar mandi. Belum tahu yang harus dikerjakan untuk mempersiapkan kamar mandi seperti yang diinginkan. Eddriz Hanya mengingat posisi dan cara para pelayan kemarin saat mau mandi.Raline mengikuti semua cara pelayan mempersiapkan kamar mandi. Dari handuk yang diambil dari lemari yang ada di ujung kamar mandi. Mempersiapkan bath-up dengan sabun aroma terapi. Sampai sampo, sikat gigi, dan odol yang dipersiapkan dengan teliti, baik tempat atau arah letaknya."Semoga ini tidak mengecewakan, Ra belum pernah menyiapkan mandi mewah seperti ini," monolog Raline sendiri dan ke luar kamar mandi.Baru melangkah sampai pintu kamar mandi, Raline terdorong ma
Setelah drama memasang dasi pagi itu selesai, tiba-tiba Eddriz menghilang selama tiga hari. Tidak menapakkan batang hidungnya sekalipun. Hari-hari dilalui Raline hanya bersantai dan belajar menjadi seperti pelayang yang khusus melayani suami tuanya.Semakin akrab dengan dua pembantu yang ada di villa. Sering bercanda, makan bersama dan menikmati hari dengan suka cita. Hanya satu yang tidak bisa dilakukan adalah keluar dari villa karena bodyguard tetap menjaga villa dengan ketat dan dilarang ke luar.Kebahagiaan Raline seolah hanya sekejap mata saat malam hari ini Eddriz datang di waktu tengah malam dalam keadaan mabuk berat. Merancu dan selalu memanggil mantan istri yang tidak bisa dilupakannya."Mengapa kamu masih tidur di sini, Arum. Sana minggat!" teriaknya sambil menarik selimut yang Raline kenakan.Penampilan Eddriz terlihat acak-acakan. Dasi hanya melingkar di leher dan hampir terlepas. Kancing baju sudah terbuka sebagian. Jas hanya terpakai pada lengan sebelah kanan saja.Rambu
Raline segera turun dari tempat tidur melewati sisi lain Eddriz datang. Melihat laki-laki dewasa itu berpenampilan acak-acakan dan merancu tidak karuan. Selalu tentang mantan istri yang keluar dari mulutnya yang berbau alkohol."Aku sangat membencimu apalagi ketika melihat kamu menyajikan coklat panas pada selingkuhanmu itu, dasar brengsek!" teriak Eddriz sambil menunjuk Raline."Ooo, karena itu pak tua ini marah tadi pagi," monolog Raline mendengarkan rancuan Eddriz.Eddriz tanpa sadar melempar bantal dan guling ke arah Raline yang berdiri di sisi tempat tidur, "Wanita gila, mengapa hanya diam dan memandang seperti itu, mau aku colok matamu!"Raline hanya bisa melindungi diri dengan menangkis setiap bantal dan guling yang melayang ke arahnya. Setiap Eddriz mabuk pasti tidak akan sadar apa yang dilakukan. Mulai dari merancu, mencoba menyakiti dan berkata kasar. Sampai ingin selalu menumpahkan kegundahan hati dengan cara mengamuk dan memecahkan barang yang ada di kamar.Hampir satu bul
Eddris menyentuh punggung Raline saat membangunkan gadis yang tertidur di sebelahnya. Raline langsung mendesis karena tepat menyentuh luka. Mata Raline langsung berkaca-kaca menahan rasa sakit. "Apa yang terjadi?" Eddriz mengulang pertanyaannya. "Lupakan saja, tunggu akan Ra panggilkan dokter!"Raline berbalik badan sambil mengusap air mata. Rasa nyeri saat lukanya di sentuh hanya ditahan dengan diam. Tidak ingin membagi rasa sakit yang dirasakan pada laki-laki yang telah menyakiti tadi malam.Tidak hanya Dokter Daniel yang datang. Asisten Wibi dan pimpinan bodyguard Bang Jack Barron juga ikut masuk. Sedangkan Raline memilih duduk di meja makan sambil termenung.Rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan Raline memang tidak seberat saat bersama dengan ayah tiri. Namun, dulu setidaknya ada dua sahabat yang selalu memberikan semangat. Sekarang ini benar-benar merasa sendiri sebatang kara.Ponsel milik Raline sampai sekarang dibiarkan mati. Sengaja tidak ingin lagi mengenal dunia luar s
Raline mendengar semua percakapan Eddriz, Asisten Wibi dan Dokter Daniel dari awal sampai akhir dibalik pintu. Awalnya tidak berniat menguping pembicaraan mereka. Hanya sekedar ingin mengetahui keadaan suami yang sedang dijahit telapak kakinya.Raline langsung teringat pada ayah tiri durjana. Jika benar akan diadakan pesta pernikahan yang sangat mewah. Pasti ayah tiri akan mendapatkan pukulan telak.Pasti menganggap sekarang bahagia dan bukan seperti hidup di neraka seperti yang diinginkan. Akan mempersiapkan hati untuk bersandiwara dengan baik. Ini seperti pernikahan mutualisme nantinya karena memiliki tujuan masing-masing.Setelah mulai jelas dan mengetahui mengapa laki-laki yang menjadi suaminya sering mabuk. Raline kembali duduk di tempat semula yaitu ruang makan. Bibi Asih langsung berlari mendekat, "Mengapa Anda kembali lagi ke sini, Nyonya?""Tolong buatkan sesuatu yang membuat pusing kepala ini hilang, Bibi. Kepala Ra rasanya mau pecah!""Waduh, apa ya obatnya, Bibi tidak tahu
Raline terdiam seketika saat mendengar Eddriz mulai emosi. Padahal dari tadi sudah bisa bicara manis dan terdengar ramah. Wajahnya kembali terlihat garang dan memerah karena mulai emosi."Ayo, sini dekat!" Eddriz kembali menurunkan suara setelah melihat wajah Raline yang terlihat takut."Hhmm.""Mulai sekarang Ra hanya boleh memanggil Abang saja, mengerti?""Iya.""Abang akan berterus terang, sebentar lagi Abang akan mengadakan resepsi pernikahan kita. Ingat pernikahan ini Abang anggap saling menguntungkan.""Apa maksud, Anda?" tanya Raline pura-pura tidak tahu rencana yang dibicarakan tadi dengan dokter dan asisten pribadi.Eddriz bercerita sekilas tentang rencana seperti tadi. Berjanji akan mengatakan tentang rahasia yang disembunyikan tentang ayah tiri. Akan dikatakan setelah acara resepsi dilaksanakan dengan sukses."Kapan resepsi itu akan diselenggarakan, Tuan. Eee, salah. Abang?"Eddriz tergelak dan mengusap rambut Raline, "Belum dipastikan, yang jelas setelah Abang bisa berjala
Setelah Raline selesai membantu Eddriz buang air kecil, Eddriz kembali berbaring dan beristirahat. Raline hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Tangannya diketukkan di lutut berkali-kali iseng agar tidak borring.Eddriz melihat Raline dengan heran, biasanya gadis seumuran dia jarang terlepas dari ponsel, "Ponsel Ra di mana?""Ra tidak punya ponsel, sudah mati dari kemarin."Eddriz meraih ponselnya yang berada disamping bantal. Mengirim pesan WA kepada asisten pribadi untuk membelikan ponsel buat Raline. Ponsel terbaru dengan fitur tercanggih yang baru dikeluarkan oleh merk ponsel terkenal.Keesokan harinya, Asisten Wibi datang dengan membawa ponsel untuk Raline yang paling canggih dan terbaru. Atas rekomendasi dari tuannya yangmembuat asisten pribadi itu lebih semangat melakukan perintah. Mungkin awal yang baik yang dilakukan tuannya untuk istri muda yang rela merawat dengan tulus."Ini ponsel untuk Anda, Nyonya." Asisten Wibi memberikan ponsel setelah mereka makan siang di villa.