Keluarga Shera kini telah berkumpul di hotel tempat Selena mengadakan acara pertunangannya dengan Brandon. Sejak tadi, tatapan Shera tak lepas dari sosok Kevin yang tengah duduk di bangku lain. Demi Tuhan Shera tak tahan melihat penampilan maskulin Kevin hari ini, apalagi setalah seharian tidak bertemu. Kevin terlihat begitu tampan dengan pakaian formalnya, terlihat semakin gagah dan menawan. Rasa-rasanya Shera ingin segera menerjang tubuh pria itu, memeluknya, menciuminya dan menggerayangi tubuh kekar yang sangat menggoda itu. Namun apalah daya, Shera harus menahan keinginannya kuat-kuat karena disini ada kedua orangtuanya, ada Dahlia dan juga ada kedua adiknya. "Kenapa sayang? Kamu kelihatan pucat, apa kamu lagi nggak enak badan?" Tanya Farah pada sang putri dengan tatapan khawatir. Sejak tadi Shera memang hanya diam dan murung, makan pun cuma sedikit itupun Shera paksa-paksa. Kevin sudah mengiriminya sarapan tadi pagi, namun Shera tak menemukannya sama sekali. Alhasil iapun terpak
Kevin kini sedang berhadapan dengan dr. Shavira di ruang rawat Shera, Shera terpaksa dirawat karena mengalami Anemia dan dehidrasi. Meski kondisi Shera tak terlalu mengkhawatirkan, namun Kevin tadi benar-benar sudah berpikiran yang tidak-tidak, takut terjadi apa-apa pada Shera, apalagi Kevin sama sekali belum pernah menghadapi situasi yang seperti ini. Oleh sebab itu kenapa ia begitu panik dan kalut hingga tak bisa berpikir jernih. "Kondisinya udah stabil sekarang, biarkan dia istirahat dulu. Meskipun nggak terlalu bahaya, tapi kondisinya cukup mengkhawatirkan tadi. Dia butuh perhatian lebih, jangan sampai diabaikan." Jelas dr. Shavira pada Kevin."Dia akan merasa mual dan muntah-muntah jika makan makanan selain makanan yang saya buat, apa itu normal dok?" Pertanyaan Kevin membuat dr. Shavira langsung tersenyum manis. "Wajar, bahkan sangat wajar sekali. Ibu hamil itu unik pak Kevin, keinginan setiap janin itu berbeda-beda. Itu artinya ada ikatan batin yang terjalin antar pak Kevin
Sudah dua hari Shera dirawat di rumah sakit, dan kondisinya sekarang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Apalagi sejak Kevin selalu bersamanya, tak pernah meninggalkannya sama sekali, mood Shera jadi bertambah baik, banyak makan dan banyak senyum. Kevin sendiri sebenarnya tak enak meninggalkan restoran, meskipun ia bos yang bisa mengatur waktu sesuka hatinya, namun bukan berarti ia bisa seenaknya. Namun karena kondisi Shera jauh lebih penting, itu sebabnya Kevin harus bisa mengalah dan memprioritaskan Shera terlebih dahulu. Urusan Dahlia kini telah selesai, membuat Shera dan Kevin merasa lega. Pernikahan mereka pun sudah direncanakan, mumpung keluarga inti Shera masih berada disini, maka pernikahan akan diadakan sehari setelah Shera keluar dari rumah sakit. Acaranya akan diadakan di mansion Gunawan, acara yang sederhana dan hanya keluarga inti saja yang akan hadir. Shera tak perlu acara mewah, meskipun ia menginginkannya, namun kondisinya yang lemah dan sedang hamil membuatnya
Kevin dan Shera kini sudah akan kembali ke ruang rawat Shera, namun tiba-tiba ditengah jalan Kevin bertemu dengan Vita. Kevin tentu saja merasa terkejut dengan keberadaan Vita, kenapa bisa Vita sampai berada disini? Untuk apa juga karyawannya itu sampai datang menyusulnya begini, apa mungkin ada hal yang serius? Kevin jadi merasa penasaran. "Chef!" Sapa Vita dengan suara seraknya, wajahnya yang sembab karena habis menangis membuat Shera sedikit merasa aneh dengan Vita."Ada apa kamu kemari? Apa ada sesuatu yang terjadi di restoran?" Tanya Kevin penasaran. "Sa-saya... Saya mau bicara penting sama chef Kevin, bisa kita bicara hanya berdua aja Chef?" Permintaan Vita barusan membuat bibir Shera langsung mencebik sebal. Wanita hamil itu sudah tahu pasti apa yang akan Vita bicarakan nanti dengan Kevin. Sudah terlihat jelas jika selama ini Vita menyimpan perasaan terhadap Kevin, dan Shera sudah tau itu sejak lama. "Ah em... Itu..." Kevin tampak bingung harus menjawab apa, mau menjawab iya
Tak terasa Kevin dan Shera kini telah resmi menikah. Semuanya berjalan dengan sangat lancar tanpa halangan. Kedua belah pihak keluarga tampak hadir di mansion Gunawan untuk menyaksikan pernikahan Kevin dan Shera. Begitu juga dengan Selena yang tampak datang belakangan bersama dengan Brandon, Selena bahkan datang setelah acara hampir saja selesai. Ternyata apa yang ada dihadapannya saat ini adalah nyata, dada Selena langsung disergap rasa sesak luar biasa ketika melihat Kevin dan Shera mengenakan baju pengantin. Seketika ingatan Selena langsung dibawa menuju peristiwa dimana ia dan Kevin pernah berada diposisi tersebut. Ia dan Kevin tampak bahagia dengan pesta yang mewah serta banyaknya tamu undangan yang hadir. Tapi sekarang, Shera sudah berhasil menggantikan posisi Selena. Bahkan katanya Shera sedang mengandung anak Kevin. Oh yang benar saja. Selena masih tidak percaya mengenai hal itu, atau lebih tepatnya ia tidak terima. Ia seperti merasa terkhianati, dan Selena benar-benar meras
Kehidupan pernikahan Kevin dan Shera kini baru dimulai, pasutri yang mempunyai perbedaan usia sekitar empat belas tahun itu tampak serasi dan terlihat bahagia. Untuk sementara Kevin memilih tinggal di mansion Gunawan bersama dengan sang istri. Rencananya nanti Robby, anak pertama Dahlia akan menetap di mansion Gunawan untuk merawat Dahlia. Robby tak ingin meninggalkan ibunya lagi karena dimasa tua Dahlia ia ingin lebih berbakti. Lagipula kasihan juga Shera jika harus mengurus Dahlia, Shera masih muda dan masih pengantin baru, Robby tak ingin keponakannya itu merasa terbebani. Dahlia pun setuju-setuju saja dengan rencana Robby. Lagi pula ia tak mau membuat Shera tertekan, ia ingin membebaskan Shera dengan pilihannya sendiri. Tinggal di manapun terserah Shera yang penting Shera merasa nyaman dan bahagia. "Pa!" Panggil Shera pada Kevin yang tengah menyiapkan sarapan untuknya. Seharusnya Shera yang melakukannya untuk Kevin, tapi Kevin melarangnya karena tak ingin istrinya kelelahan. Ke
Shera menatap rumah Kevin dengan senyuman manis. Hari ini adalah hari kepindahannya ke rumah Kevin, mulai sekarang ia dan Kevin akan tinggal berdua di rumah mewah bergaya minimalis itu. Namun sebelum itu, Kevin sudah lebih dulu menyiapkan pembantu untuk menjaga istrinya ketika ia tinggal ke restoran. Kevin tak ingin istrinya sendirian jika ia tinggal bekerja, memang Shera bisa ikut dengannya namun hal itu kan tidak bisa setiap hari. Oleh sebab itu Kevin membutuhkan pembantu untuk menjaga istrinya yang tengah hamil. "Masuk rumah langsung istirahat, makan siang dulu terus tidur hm?" Tutur Kevin sambil mengusap rambut Shera penuh cinta. Kedua pasangan suami istri itu semakin menunjukkan kemesraan dan perasaan mereka. "Papa mau masakin aku apa?" Tanya Shera. "Hm... Mama maunya apa? Anak papa maunya apa?" Kini giliran Kevin menyentuh perut buncit Shera sembari bermonolog. Shera selalu terharu ketika melihat Kevin melakukan interaksi dengan calon anak mereka. "Mau makan makanan Thailand
Hal yang Kevin khawatirkan akhirnya terjadi, tengah malam, istrinya itu terus batuk bahkan sampai muntah-muntah. Kevin sebenarnya merasa kesal namun rasa kesalnya langsung hilang ketika melihat Shera yang terus menangis dan merintih kesakitan. Kevin tentu saja tak akan tega memarahi istrinya kesayangannya, Kevin terlalu mencintai Shera, oleh sebab itu ia tak sampai hati memarahi wanita yang sudah rela mengandung anaknya itu. "Uhuk uhuk uhuk." Shera masih batuk, namun sudah tak separah tadi, membuat Kevin sedikit lega. Akan tetapi batuk yang Shera alami membuat wanita hamil itu tak bisa tidur dan terus terjaga sampai pukul dua dini hari. "Buka bajunya, biar papa balur tubuh kamu dengan minyak kayu putih." Titah Kevin. "Bu-bukain." Rengek Shera sambil merentangkan kedua tangannya kearah Kevin. Kevin pun sempat menghela nafas, namun tak urung ia pun menuruti keinginan istrinya. "Batuk terus membuat punggung dan perut kamu pasti sangat tegang, nanti kita harus ke rumah sakit, papa sud