SELAMAT MEMBACA.
Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya.
"Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam.
Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri.
"Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen.
Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu.
Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar .
&
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
Seorang wanita mengatur napasnya karena merasa gugup, berharap dia tidak tertangkap oleh bodyguard yang berjaga di depan kamar rawatnya. Dua bodyguard yang berjaga di depan adalah bawahan sang suami lebih tepatnya 'mantan suami' bagi Shireen. Kenapa mantan suami? Karena Shireen sudah menandatangani surat gugatan perceraian beberapa waktu yang lalu dan meninggalkannya di atas meja. Meski dia sadar jika sah tidaknya gugatan tersebut ada pada tangan suami tapi, Shireen tetap melakukannya. Masa bodo dia terima atau tidak yang penting Shireen sudah mengajukannya dan hal itu tidak bisa diganggu gugat. Rencana ini harus berhasil karena hanya ini kesempatan untuk Shireen kabur. Berharap pada keberuntungan Shireen nekat melakukannya disaat mantan suaminya itu sedang menerima telepon entah dari siapa dia tidak tahu dan tidak pernah mau tahu. Shireen membuka pintu ruangan dan keluar dengan tenang. Baru
Shireen menatap tidak suka pada bangunan megah didepannya, bagi setiap orang pasti banyak yang mendambakan untuk memiliki rumah atau hanya sekedar tinggal di sana juga tidak masalah, tapi tidak dengan Shireen. Tatapan matanya penuh kebencian. Bukan hanya ayah dan ibunya saja yang sudah meninggal di tangan orang yang punya rumah didepannya, tapi juga dirinya pun jadi tawanan. Tawanan untuk sebuah perjanjian yang dia tidak tahu apa itu. Dan kakaknya, kakaknya hilang entah kemana. Seorang pria berjas rapi dengan postur tubuh tampan dari ujung kaki sampai rambut, keluar dari mobil yang berbeda dengan shireen. Tatapan membunuh Shireen ditunjukkan kepadanya yang menatap Shireen dengan seringaian mengejek. "Bawa dia masuk!" perintahnya kemudian berjalan mendahului mereka. Shireen menatap benci sebenci-bencinya pada laki-laki didepannya itu. Gadis itu diseret paksa oleh anak bu
Bola mata Shireen bergerak di balik kelopak mata ketika cahaya matahari mengusik tidurnya. Matanya perlahan terbuka dan memegang kepala karena merasa pusing. "Sudah bangun?" Suara yang familiar menyentak telinganya. Adam berjalan menghampiri Shireen dan mengambil sebuah tablet dan menyerahkannya pada Shireen. "Ambil ini dan cepat bersiap!" tegas Adam. Shireen mengulurkan tangan menerima tablet tersebut dan menatap penuh tanya pada Adam, "Apa ini?" tanyanya. "Obat lambung. Cepat mandi dan turun ke bawah. Tidak ada kata penolakan dan pemberontakan seperti kemarin!" finnal laki-laki itu lalu langsung pergi dari kamar tersebut. Shireen menatap tidak suka pada Adam. Orang yang kejam telah memberikannya sebuah obat lambung? Tidak tahu jika memang benar obat lambung bukan racun. Pikiran buruk selalu Shireen lemparkan pada Adam yang menurutnya sangat keja
HAPPY READING MAN-TEMAN :,-)Shireen menatap langit-langit kamar dengan sedih, gila! Keputusan yang dia ambil adalah hal gila. Sekarang dia sangat menyesal akan persetujuannya tentang kontrak itu, tapi tidak bisa menarik kembali ucapan dan stempel di kontrak tersebut.__________________Shireen menatap marah pada surat dan dua orang dihadapannya. Bagaimana mereka dengan entengnya mengatakan hal yang di luar nalar seperti itu? Meminjam rahim? Astaga, Shireen tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti.Dia akan menikah dan melahirkan tapi tidak punya hak atas anaknya kelak, ini gila. Sekali lagi Shireen dirugikan oleh laki-laki dihadapannya."Aku nggak mau!""Nggak ada kata tolakan!" Adam berkata tajam tidak ingin dibantah dan lagi-lagi suara kesakitan kakak Shireen menggema di ruangan itu seakan b
Shireen membanting pintu dengan kesalnya, rencananya gagal total sekarang. Bahkan dia begitu tidak punya muka untuk bertemu dengan lelaki yang nantinya akan menjadi suaminya bernama, Adam.Di jatuhkannya dengan sedikit keras tubuh yang tadi dengan berani menyelinap ruangan seperti kandang singa pemilik rumah. Ya bisa dibilang seperti itu bukan? Adam memang seperti singa, sangat menyeramkan."Dasar laki-laki sinting! Hah! Lagian itu orang nggak tidur apa? Padahal sudah jam segini." Shireen menggerutu seraya matanya melirik jam yang ada di dinding yang menunjukkan pukul 2 malam.Lama kelamaan Shireen tenggelam dalam pikirannya hingga matanya semakin berat dan tertidur dengan pulas. Lima belas menit kemudian ada yang membuka pintu dan tidak lain tidak bukan adalah Adam sendiri.Ditatapnya wajah damai Shireen yang tertidur pulas. senyumnya terbit saat Shireen juga tersenyum. Adam semakin mendekat dan tan
Happy reading man-teman^_^Shireen yang melihat Adam kesakitan pun menjadi bingung dan bersalah. Dia sedikit bergetar saat menyentuh bahu Adam yang sakit akibat ulahnya. Di bangunkan dan didudukan di sofa kamar.Shireen segera bergegas keluar kamar dan meminta obat pada pelayan rumah Adam. Setelah mendapatkan kotak obat, Shireen langsung berlari masuk kembali ke kamar.Mella sudah tidak ada di rumah, setelah mendatangi kamar yang ditempati oleh Shireen dan melihat Adam yang tidur di kamarnya, dia langsung ke luar karena jadwal pemotretannya.Bukan dia tidak kesal, tapi pekerjannya yang membuatnya harus pergi meninggalkan keduanya. Menurut Mella itu juga untuk membiasakan diri, tidak dipungkiri jika nantinya Shireen akan jadi madunya bukan?Adam meringis sakit karena lukanya ditekan dengan keras oleh Shireen. "Bisa diam tidak!" seru Shireen kesal karena Adam terus saja mengaduh sa
Happy reading man-teman^_^Setelah sarapan bersama Shireen, calon istri keduanya. Adam langsung berangkat ke kantor untuk mengurus perusahaannya. Lelaki itu wajahnya sangat terlihat ceria pagi ini dan itu juga tidak luput dari perhatian sang asisten."Wajah Tuan sangat berseri pagi ini.""Oh ya? Baguslah jika begitu.""Maaf, Tuan. Persiapan pernikahan yang akan di selenggarakan dua hari lagi sudah selesai 80%. Sesuai perintah Tuan jika ini hanya sederhana saja maka persiapan sudah rampung di kerjakan dan nanti siang akan ada EO yang kami sewa datang ke rumah."Adam mengangguk mengerti dan memainkan ponselnya. Di carinya nomer Shireen dan mengetikkan sesuatu."Nanti siang akan ada EO dan desainer yang datang ke rumah. Kamu ikut arahan mereka."Lima menit tidak mendapatkan balasan, Adam mengetik kembali. "Kamu ngerti tidak? Hei jawab aku!"