"Benar, kartu itu memang bukan milikku," jawab Nicholas."Menyedihkan, apa hebatnya menggunakan barang orang lain untuk menyombongkan diri? Apakah kamu pikir dengan seperti itu bisa mengubah nasibmu yang miskin?"Nicholas sedih dan sakit hati saat membaca pesan itu. Akhirnya, dia memilih untuk menyimpan ponselnya. Sekarang, dia sudah tidak memedulikan pandangan Felita. Walaupun Felita mengira kalau dia menggunakan kartu orang lain, dia juga tidak peduli.Bagi Nicholas, gadis itu hanyalah mimpi buruknya. Karena sudah terbangun dari mimpi buruk, dia tidak akan memikirkannya lagi.Nicholas menyimpan ponselnya, lalu melihat ke setiap sudut kamar, sebagian besar orang sudah tidur. Nicholas pun membalikkan badan dan juga tidur.Pada pagi hari, ponsel Nicholas kembali bergetar. Dia mengangkat panggilan tersebut, lalu terdengar suara Monica yang mengomelinya."Nicholas, sudah jam berapa sekarang? Apa maksudmu? Aku akan memberikanmu 10 menit. Kalau dalam 10 menit kamu tidak datang, aku akan men
Beberapa orang ini bukan datang untuk makan, tetapi untuk mencari masalah.Nicholas mulai mewaspadai mereka, dia berdiri di kejauhan sambil memperhatikan beberapa pemuda itu. Di saat bersamaan, terdengar suara Monica yang memanggilnya. "Nicholas, apa yang kamu lakukan di sana?"Nicholas menoleh dan melihat wajah Monica yang dingin. Kemudian, Monica berbicara dengan ekspresi sinis, "Kenapa kamu memperhatikan pelanggan seperti itu? Masih tidak pergi ke dapur dan melakukan pekerjaanmu? Entah apa yang dipikirkan oleh ayahku sampai mempekerjakan orang bodoh sepertimu.""Nicholas, sini! Bantu aku sebentar." Teriak Charles dari dapur, seperti sedang meredakan kecanggungan yang dirasakan Nicholas.Nicholas meletakkan kain lap, lalu beranjak ke dapur. Di saat bersamaan, terdengar suara "prang" dari luar. Nicholas segera menoleh, dia melihat ketiga mahasiswa itu berdiri sambil menunjuk Monica.Ketiga pemuda itu sangat menyeramkan. Mereka berteriak kepada Monica, "Apa ini? Apakah kamu tidak melih
Monica menjawab dengan sungkan, "Dia mengajakku berkencan malam ini ....""Bukannya bagus? Temanmu sangat kaya, bukankah kamu harus merasa beruntung diajak berkencan olehnya? Kenapa menyebutnya sebagai syarat?" kata Sherly sambil tersenyum."Masalah ini selesai dan kamu bisa mendapatkan pacar. Seharusnya kamu senang," kata Sherly melanjutkan.Monica tidak senang mendengarnya, tapi dia tidak membantah.Charles menundukkan wajahnya yang masam. Dia sudah lama membuka restoran di sini, bagaimana mungkin dia tidak mengetahui niat terselubung dari para mahasiswa itu? Di zaman sekarang, mana ada orang sebaik itu? Pria yang mengajak putrinya berkencan pasti memiliki niat yang tidak baik."Paman Charles, aku sudah menelepon temanku. Katanya, ini bukanlah masalah besar. Sebentar lagi ada orang yang akan datang membereskannya." Di saat mereka mengobrol, Nicholas berjalan masuk."Sungguh?" Wajah Charles terlihat senang."Kamu bisa membantu?" Sherly menghinanya. "Kami tidak memerlukan bantuanmu. Mo
Nicholas hanya tersenyum dingin saat mendengar ejekan tersebut.Nicholas sudah banyak bertemu dengan orang seperti Malvin. Jadi, dia tidak akan membuat perhitungan dengannya. Kalau bukan karena Charles, Nicholas tidak keberatan untuk memberikannya pelajaran.Sambil berjalan kembali ke kampus, Nicholas berusaha untuk menghibur diri sendiri.Di Restoran Lataza.Saat ini, Malvin sedang menepuk dada sambil berkata, "Tenang saja, aku sudah meminta ayahku untuk menghubungi Pak Rocky yang bertugas di Badan Pengawas Makanan. Ini bukanlah masalah besar.""Aku sangat berterima kasih kepadamu," kata Sherly dan kembali menuangkan segelas teh.Sherly tersenyum manis sambil berkata, "Nak Malvin memang hebat, masalah sebesar ini bisa diselesaikan hanya dengan sebuah perintah."Malvin mulai tersanjung dengan pujian Sherly. "Bibi, semua ini hanyalah masalah kecil. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku. Aku pasti akan membantumu. Untuk masalah ini, Bibi tidak perlu khawatir, ada aku di sini. Nanti malam,
"Aku ...." Charles membuka mulutnya.Yasmine langsung mengerutkan alis, seolah mengerti apa yang telah terjadi. Wajahnya yang ramah langsung berubah menjadi dingin. "Kalau Tuan Nicholas tidak berada di tempat, aku tidak akan ikut campur dalam masalah ini ....""Tadi Nicholas ada di sini, kok! Dia hanya kembali ke kampus untuk mengambil barang. Sebentar lagi dia akan kembali." Monica langsung tersadar, lalu berkata dengan terisak-isak, "Aku akan meneleponnya sekarang juga."Yasmine mengangguk tanpa memedulikan terlalu banyak.Monica buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon Nicholas.Saat telepon baru tersambung, Nicholas langsung menolak panggilan tersebut.Suara panggilan yang ditolak pun membuat Monica tercengang."Seharusnya dia sudah dalam perjalanan kembali. Aku akan meneleponnya lagi ...," Monica berkata sambil berusaha tersenyum. Dia merasa sangat menyesal, kalau tahu Nicholas mengenal orang sehebat ini, bagaimana mungkin dia mengusir Nicholas?Monica telah menelepon bebera
Monica ingin menangis saat mendengar pertanyaan tersebut. Dia langsung segera berkata, "Tidak, hubunganku dan Tuan Nicholas sangat baik. Kami bertemu setiap hari dan ...."Yasmine tersenyum, lalu menyelanya dengan sopan, "Baguslah. Bagaimanapun, masalah ini belum selesai. Meskipun kali ini Pak Rocky mengalah, dia tetap berkuasa. Kalian harus berhati-hati. Tuan Nicholas hanya memintaku untuk mengurus masalah ini. Untuk ke depannya, kalian harus melindungi diri sendiri.""Baik, baik!" Sherly mengangguk sambil sesekali melihat ke luar. Dia sangat cemas, kenapa Nicholas belum datang juga?Apakah Nicholas tidak jadi datang? Kalau dia tidak datang, bukankah Bu Yasmine akan pergi dan menelantarkan mereka?Tidak hanya Sherly, Monica juga merasakan kekhawatiran yang sama. Di antara mereka, hanya Charles yang tampak tenang. Dia tahu, Nicholas pasti akan menepati janjinya.Sepuluh menit telah berlalu. Akhirnya Nicholas datang juga."Dia datang!" teriak Sherly sambil menunjuk ke kejauhan. Untuk pe
"Kamu ...." Wajah Malvin langsung memerah.Nicholas tersenyum dingin, lalu melanjutkan, "Sebelum aku pergi tadi, bukannya kamu berlagak sok hebat? Di mana kemampuanmu sekarang?"Malvin sangat tersinggung mendengar ucapan Nicholas. Dia marah sampai seluruh tubuhnya berkeringatan. "Memangnya kamu lebih hebat daripada aku? Kamu hanya beruntung karena menemukan dompet yang hilang dan berhasil mendekati orang kaya. Tanpa semua itu, apakah wanita ini akan menghormatimu? Apakah kamu benar-benar menganggap dirimu sebagai tuan muda? Tidak tahu malu!"Nicholas tercengang mendengar ucapannya. "Benar, yang kamu katakan benar."Nicholas hanya tersenyum, dia malas untuk menjelaskannya.Awalnya Yasmine kesal mendengar ucapan Malvin, tapi akhirnya dia pun mengerti. Dia juga tersenyum tanpa menjelaskan lebih lanjut."Ayo, pergi!" Nicholas pergi dan mengabaikan Malvin.Setibanya di luar, sebuah mobil BMW melaju dan berhenti di depan Nicholas.Begitu pintu mobil dibuka, terlihat Colin yang beranjak kelua
Yasmine mengendarai mobil Lamborghini-nya dengan begitu cepat. Dalam sekejap mata, kendaraan berbodi seksi itu menghilang di ujung jalan.Sorot mata Nicholas yang duduk di kursi penumpang terlihat tidak bergairah. Meski menemui Felita telah membuatnya merasa jauh lebih baik, kenangan-kenangan masa lalu bersama perempuan itu berkelebat di benaknya dan membuatnya sedikit tidak nyaman.Kehilangan cinta mengajarinya sebuah pelajaran hidup yang berarti, tetapi juga menghilangkan hasratnya untuk mengejar cinta."Pak Nicholas, bagaimana dengan akting saya barusan?" Yasmine menoleh ke arah Nicholas sambil tersenyum lebar.Nicholas tersenyum. "Tidak buruk! Terima kasih banyak!" "Tidak perlu berterima kasih, Pak, memang sudah seharusnya saya melakukan permintaan Bapak," balas Yasmine tersenyum. Suaranya terdengar manis dan begitu lembut. Hati Nicholas terasa begitu tenang. Dia sampai memejamkan mata untuk menikmati suara lembut itu."Tadi itu mantan pacar Bapak?" tanya Yasmine, masih dengan se