Devan merasa mual-mual. Pemandangan mengerikan itu membuat shock seektika. Ia masih belum memperrcayai sepenuhnya apa yang baru dilihatnya. Belum mengerti bagaimana bisa kepala Kakek Johan beradadi atas tiang pemancang orang-orangan sawah. Seseorang sudah membunuhnya secara sadis.
Kecurigaannya sudah terbukti sejak polisi menemukan handphone, keanehan Paman Begi sejak berada didesa, juga keberadaan polisi di desa yang damai. Semua ketidakberesan itu ditujukan pada Pamannya.Iamenyimpan suatu rahasia pertanian Sriwilli. Sebagai cucu kesayangan, ia harus menuntut balas atas kematian kakek Johan.
Sebelum mencari keberadaan Pamannya, Devan sempat memikirkan nasib Nenek Sita. Sejurus kemudian, menebarkan pandangan ke semua orang-orangan sawah, berharap bibinya ditemukan disana. Namun yang dicarinya tidak ditemukan. Hanya beberapa orang-orangan sawah yang terpancang tak bergerak.
Belum lagi memikirkan rencana berikutnya, sebuah suara langk
*****Samy, Tasya dan Hera berlari sejauh mungkin di jalan beraspal. Lari meninggalkan rumah monster orang-orangan sawah. Mereka tidak ingin mati konyol seperti pemilik rumah.Samy harus berlari dengan pincang. Kakinya mengalami cidera serius. Bekas goresan kuku makhluk itu menyisakan perih. Darah masih menetes pelan sepanjang jalan yang dilalui.Untuk kesekian kalinya, Tasya berhenti untuk mengambil nafas. Dadanya terasa panas terbakar. Nafasnya memburu, kembang kempis di hidungnya yang kecil mancung. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, seperti yang lain.“Kita harus istirahat dulu!” Tasya berseru disela-sela nafasnya yang memburu. “Aku sudah nggakkuat banget nih.”Tasya setengah berjongkok, menekan lututnya. Celana jeans yang dipakai terasa sesak disepanjang kakinya yang jenjang. Ia menarik nafasnya pelan-pelan.“Ayolah Sya,” ujar Hera sambil celingukan ke segala arah. “Kita belu
*****Samy, Tasya dan Hera sudah berada dibak belakang mobil. Mereka masih menunggu Pak Tua yang belum bisa keluar dari jangkauan monster jahat itu.Ia masih berjuang mempertahankan diri dari tangan-tangan kering berkuku tajam yang siap mencabik tubuhnya.Ia panik, ketika menyadari peluru tak mampu melumpuhkannya.Keberingasan sosok tak kenal belas kasihan, tidak terkendali. Serangan tangan-tangan berkuku tajam sulit dihindari. Sampai membuat Pak Tuamemucat, karena terdesak. Kematian begitu dekat dengannya. Ketiga remaja diatas mobil hanya mampu menjerit ketakutan.Namun keberuntungan masih memihak. Dengan satu gerakan cepat, Pak Tuaberhasil memukulkan senapannya ke arah kepala makhuk itu. Kesempatan itu digunakan untuk melompat ke dalam mobil. Pak Tua memundurkan mobilnya, lalu menancapkan gas kuat-kuat. Makhluk mengerikan itu masih berdiri, menggeram keras ketika mobil tersebut meluncur kearahnya. Tak ayal, orang-orangan sawah ter
Pak Tua mengenalkan dirinyadengan nama Pak Raka. Ia hidup sebatang kara di tengah pertanian yang tak jauh dari Sriwilli. Masa mudanya lebih sering dihabiskan bersama dengan Pak Johan, kakeknya Devan. Mereka sama-sama mengabdikan dirinya padapertanian. Namun sejak mereka masing-masing berumah tangga, hubungan kedekatan mereka mulai renggang. Pak Raka ikut istrinya membuka lahan baru di desa sebelah, Seran. Tepatnya 13 km dari desa Sriwilli. Disana hidup bahagia bersama anak dan istrinya.Suatu ketika, setelah delapan tahu menikah, kejadian aneh menimpa keluarga Pak Raka. Istri dan anaknya yang baru berumur enam tahun, hilang di area pertanian milik Pak Johan. Segala upaya telah dilakukan untuk mendapatkan mereka, meski hasilnya sia-sia. Jejak maupun mayatnya pun tidak berhasil ditemukan. Polisi menyerah sampai dan menutup kasusnya.Seiring berjalannya waktu, Pak Raka sudah melupakan peristiwa itu. Melupakan kesedihannya ditn
Malam semakin larut. Kelelahan dan kelaparan menghantui mereka semua. Namun sepertinya nafsu makan mereka telah lenyap. Teror mengerikan seharian, benar-benar menghilangkan selera makan mereka.Terlebih Kevin dan Anisa, duduk memisah dari yang lain. Mereka merasa kecewa pada perbuatan Devan dan Samy. Dan Kevin, merasa ada yang aneh pada diri Devan. Biasanya cowok itu senang dengan masalah dan semaunya sendiri.Hanya Pak Raka dan Pak Pram memilih berjaga-jaga. Mereka sudah kenyang melewati situas sulit. Makanan tidak terpikirkan saat ini. Serangkaian kejadian sudah menghilangkan rasa laparnya. Mereka sudah paham benar, tentang kejadian-kejadian berlalu. Dalam usianya yang tidak muda lagi, mereka mulai berpikir soal kematian. Dan kadang-kadang mereka menganggap kematian tersebut sebagai jalan yang terbaik.“Apa kau takut mati?” suara Pak Pram memecah pikiran Pak Raka yang tengah memeriksa senapannya. Ia baru kembali dari kamar mandi unt
Waktu hampir pagi, ketika Pak Pram terus berlari menjauh pelataran. Ia berusaha menjangkau mobil di seberang jalan. Tadi sempat menggerutu, soal kunci mobilnya yang lenyap dari kantong celananya. Tidak tahu bahwa salah satu dari para remaja itu pelakunya. Sesampainya di balik kemudi ia merasa lega. Kunci mobil tergantung disana. Ia tidak tahu, kalau mobilnya sudah disabotase oleh Kevin. Sejenak Pak Pram menguntuk pihak kantor polisi, yang tidak segera mendatangkan bantuan. Pak Pram sulit bernafas. Sejenak Polisi itu merasakan cairan kental di kemudinya. Ia baru menyadari darah berceceran dimana-mana. Pak Pram menyalakan stater. Namun sial, tidak berhasil. Sampai beberapa kali mencoba tetap tidak bisa. Pak Pram kesal dan memukul kemudi itu keras-keras. Tiba-tiba ketika sekali lagi mencoba, ternyata berhasil.Mesin mobil derukeras.Namuntidak menyadari apa yang sedang mengancamnya. Makhluk itu merayap diatas mobilnya. Bersiap melakukan sesuatu yang terb
Bersamaan dengan itu, tampaklah makhluk orang-orangan sawah berdiri sambil mengarahkan tangannya. Polisi muda itu segera mengangkat senapan. Belum sempat menarik pelatu, makhluk itu menerjang cepat. Tangannya menahan ujung senapan. Tangan yang lainmerobek perut,lalu mengangkat tubuhnya sampai tinggi. Melihat patnernya mengalami kejadian mengerikan, petugas polisi yang satunya lagi hanya mematung. Dari dalam ladang jagung, makhluk-makhluk serupabermunculan. Masing-masing dari mereka mencengkram tubuh polisi muda dan mencabik kuat-kuat. Mereka seolah sedang berpesta pora. Polisi yang tua, segera menaiki mobil dan melarikan diri bersama ketiga remaja itu. di belakangnya makhluk itu terus mengejar. Semakin lama semakin banyak. Mobil itu terus mengebut, sampai pada pemandangan yang sulit diduga. satu makhluk orang-orangan sawah sudah berada diatas mobil. Keseimbangan mobil terganggu, sebab diatas jendela mobil tangan-tangan itu menjunta
Dorrr Dorrr Suara tembakan menggema dalam gudang. Cukup membuat gerakan makhluk itu tertahan. Kedua tangan kering dan tajam, melemah dan jatuh mengiringi tubuh susunan daun-daunjagung kering ke lantai. Samy dapat melihat jelas, kepala makhluk itu hancur berantakan. Tasya dan Hera yang sudah pasrah, menyadari gerakan daun-daun jagung dilantai berhenti seketika. Seperti dikendalikan remote kontrol. Mereka menyaksikan kejadian itu seperti mimpi buruk.Mereka kemudian mengembalikan keberaniannya untuk keluar dari persembunyian. Diambang pintu, Paman Begi berdiri sempoyongan. Senapan masih tergenggam erat di tangannya. Sebagian tubuhnya menempel darah yang mengering. “Apa kalian baik-baik saja?” katanya sambil berjalan berjingkat seperti zombie. Punggung dan sebelah kakinya mengalami cidera serius. Tampang lelaki itu benar-benar memprihatinkan. “A—aku hampir mati, paman
Hera sudah berlari menjauh, saat suara ledakan terdengar sangat keras. Bahkan ia sempat terpental mengenai pematang, namun beruntung tidak menyebabkan luka apapun. Paman Begi sengaja memperdayai tiga makhluk itu supaya dekat dengan area ledakan. Mereka pun tidak bisa menghindari puing-puing api yang membakar tubuhnya dalam jarak kurang dari sepuluh meter. Namun monster orang-orangan sawah yang memangsa Kakek Johan berhasil menghindari kobaran api. Sosok itu seketika menyerang Paman Ben dan Hera. Tiba-tiba sebuah pukulan keras berhasil menjatuhkan makhluk tersebut kedalam kobaran api. Paman Begi dan Hera berhasil selamat. Mereka menyadari si penyelamat itu. Tasya berdiri dengan senyum yang dipaksakan. Tangannya masih gemetar memegang sepotong kayu.Ladang hijau terbakar. Dalam sekejab tempat itu berubah menjadi hangus dan gersang. Makhluk-makhluk mengerikan itu sudah lenyap. Dengan segera, mereka menyelamatkan Devan yang masih terikat