"Good night, sweet dreams, Mas!" ucap Fatimah lalu berbaring di dekat Jaka. Ada rasa kecewa, karena Fatimah tidak mau menjawab pertanyaannya. Namun, dia tahu Fatimah pasti ingin punya anak. Mereka tidur saling berhadapan, namun pikiran mereka tidak pada tempatnya. Jaka memikirkan Fatimah, namun Fatimah merasa takut untuk jujur.** Pagi ini Fatimah bersikap sangat manis dan lembut pada Jaka. Bahkan dia terlihat sangat romantis. "Mas, bangun!" pinta Fatimah sambil menarik selimut Jaka. Saat mata Jaka terbuka, "Aku mencintaimu," ucap Fatimah lalu mencium kening Jaka. Meskipun terasa aneh karena perubahan sikap Fatimah, Jaka tidak mau ambil pusing. Dia tidak ingin Fatimah tersinggung. "Aku juga mencintaimu," balas Jaka tersenyum. Dia lalu berdiri dan menuju kamar mandi. Jaka membantu Fatimah memasak, namun Fatimah menolak. Bahkan dia menyuruh Jaka untuk duduk saja. Jaka tidak mau dia mengambil baju dan mencucinya. Jaka tidak ingin Aminah marah kar
Rani senang karena mendapat pembelaan dari kedua orang tuanya. Dia merasa puas, Hasan masih punya rasa takut pada keluarganya. "Hasan, jangan marah! Rani pantas marah pada Ahmad. Dia sudah membuat kita semua panik," kata Santo. "Sekarang Ahmad tidak apa-apa, jadi jangan diperpanjang masalah ini," lanjut Santo. "Baiklah. Aku maafkan kamu tali jangan sampai kamu memukul Ahmad," ucap Hasan pada Rani. Santo dan Aminah pulang, mereka lega karena Ahmad selamat. ** Saat Fatimah dan keluarganya berkumpul, Angga datang. Dia membawa makanan, Aminah sangat senang. Kali ini Angga datang sendiri, tidak bersama Shaka. "Fatimah, kamu seperti sedang cemas," kata Angga. Fatimah menunggu Jaka yang belum juga pulang. Padahal dia sudah menunggu agar bisa makan malam di luar. "Nak Angga, makanan sudah siap. Ayo kita makam bareng!'' ajak Aminah. Angga juga Fatimah akhirnya makan malam bersama. Berkali-kali Angga perhatian pada Fatimah. Sama seperti dulu mereka pacara
Fatimah mengirim Angga pesan, dia mengajak Angga bertemu. Dia tidak ingin Jaka tahu, jika dia sering berhubungan dengan Angga. Angga senang Fatimah mengajaknya bertemu. Fatimah segera menyelesaikan pekerjaannya. Setelah itu bersiap untuk bertemu Angga. Mereka bertemu di cafe dekat kantor Angga. "Apa kamu sudah menunggu lama?" tanya Angga saat melihat Fatimah. "Tidak, aku baru sampai." Fatimah mengajak Angga duduk. "Oh ya tadi pagi kamu menelfon ya? Maaf sepertinya yang angkat itu Mas Jaka." Fatimah berkata jujur. "Pantas diam saja, apa dia marah padamu?" tanya Angga penasaran. "Tidak, hanya saja aku merasa tidak enak," jawab Fatimah. "Fatimah, aku ingin dekat lagi dengan kamu. Aku ingin membahagiakan kamu. Aku tahu kamu tertekan bersama Jaka. Dia terlalu egois, dia tidak tahu kalau kamu ingin punya anak, kan?" tanya Angga. "Iya, dia tidak tahu. Dia sempat tanya tapi aku tidak berani jujur," jawab Fatimah. "Harusnya kamu jujur, biar di
Jaka tertidur karena capek habis bersih-bersih. Terdengar suara Aminah marah. Dia memanggil Jaka. "Fatimah, bangunkan suami kamu itu. Suruh dia menyentuh. Lihat setrikaan banyak sekali!" perintah Aminah. "Besok aja sih, Bu. Biar aku yang setrika. Dia capek kali pulang kerja bersih-bersih," ucap Fatimah. "Terserah, aku tidak mau lihat setrikaan numpuk lagi," bantah Aminah. Fatimah masuk ke kamar, dia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Sesaat kemudian, dia tertidur. Jaka terbangun, dia ingin buang air. Setelah buang air, dia kepo dengan ponsel Fatimah. Dia mencoba membukanya ternyata di kunci. Lima tahun menikah dengan Jaka, baru kali ini Fatimah mengunci ponselnya. Jaka tahu, jika Fatimah menyadari dia yang angkat panggilan dari Angga. Jaka meletakkan kembali ponsel Fatimah pada tempatnya semula. Dia kembali tidur, dia yakin ada yang disembunyikan Fatimah dari dirinya.** Fatimah belum juga bangun, Jaka segera memasak untuk sarapan. Dia tidak ingi
Seseorang dari masa lalu Jaka, dia adalah Amara.Flashback Amara dan Jaka menjalin hubungan saat masih sekolah. Jaka merupakan cowok terpopuler di sekolah dulu. Dia terkenal playboy. Awalnya Amara diam-diam suka pada Jaka. Sebagai cewek cupu, dia hanya bisa memendam perasaannya. Entah bagaimana tidak ada angin tidak ada hujan, Jaka malah memilih Amara di bandingkan cewek lain. "Aku memilih Amara sebagai kekasihku," kata Jaka waktu itu pada semua orang di sekolah. Banyak yang terkejut dengan hal ini, termasuk Amara sendiri. Amara senang, Jaka memilihnya. Hubungan mereka baik-baik saja meskipun banyak yang menggoda Jaka. "Amara, kamu mencintaiku?" tanya Jaka. "Tentu, Jaka. Aku mencintai kamu," jawab Amarah. Jaka yang terkenal playboy itu, tersenyu melihat gadis polos di depannya sangat mencintai dia. "Jaka, apa kamu yakin dengan hubungan kamu dengan Amara?" tanya Sandi sahabatnya saat mereka tengah berkumpul di tempat mereka biasa nongkrong.
Yanti membawa Jaka ke rumah sakit, dia takut terjadi sesuatu dengan Jaka. Fatimah ikut ke rumah Sakit sementara Aminah di rumah. "Aku pulang! Kamu ikut pulang, nggak?" tanya Santo pada Fatimah karena Jaka sudah di pindahkan ke ruang perawatan. "Bapak pulang dulu," jawab Fatimah. Dia tidak enak dengan Yanti jika harus pulang duluan. "Baiklah," ucap Santo. Dia pulang mengendarai mobil Jaka. Yanti menatap heran pada Fatimah, dia merasa Fatimah berbeda dari biasanya. Dia seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Jaka. Yanti masuk ke ruangan Jaka, diikuti Fatimah di belakangnya. Jaka takut jika Fatimah di salahkan orang tuanya. "Anak saya kenapa, Dok?" tanya Yanti. "Hanya kecapekan, Bu," jawab Dokter. "Dirawat dua hari paling lama juga sudah sembuh, hanya butuh istirahat saja," lanjut Dokter. Dokter keluar, Fatimah duduk di sofa. Sedangkan Yanti memijit Jaka. "Kamu ngapain aja kok kecapekan?" tanya Yanti. "Banyak pekerjaan, Bu
Setelah itu Yunita pamit, dia merasa tidak nyaman jika terus di sana. Setslab Yunita pergi dan Fatimah keluar, yanti menyelidiki Jaka. ''Kalian bertengkar?" tanya Yanti. "Tidak, Bu. Ibu kenapa tanya begitu?" tanya Jaka. "Kamu dengar tadi, apa yang Fatimah katakan pada Yunita. Dia membahas anak, apa kalian bertengkar karena hal itu?" tanya Yanti. "Bu, wajar jika Fatimah ingin punya anak," jawab Jaka. "Tapi sikap dia berbeda, Jaka," bantah Yanti. Yanti diam karena Fatimah masuk ke ruangan Jaka. Fatimah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba Dokter datang, "Bu, Pak Jaka sore ini sudah diperbolehkan pulang," ucap Dokter. "Keadaannya sudah cukup baik," lanjut Dokter. "Baik, Dok," jawab Yanti. "Oh ya, jangan kecapean lagi. Jika capek segera istirahat," ucap Dokter lalu undur diri. Fatimah senang, Jaka akan pulang. Itu tandanya dia tidak akan bersama Yanti lagi. Karena bersama Ibu mertuanya itu sudah bikin Fatimah takut.
Jaka bukan pria tidak punya etika, dia tidak ingin melabrak Angga dan Fatimah. Selain mempertimbangkan nama baik dia dan Fatimah tercemar, dia takut Fatimah mengungkit kekurangannnya. Jaka belum siap jika harus kehilangan Fatimah. Dia tidak ingin kehilangan wanita yang dia cintai. "Om, makannya sudah selesai. Kita pulang, ya?" tanya Jonathan. "Iya, Om juga mau lanjut kerja," jawab Jaka. Saat hendak pulang, Di parkiran Jonathan malah mendekati Shaka. Rupanya dua anak itu saling kenal. "Shaka," panggil Jonathan. "Jonathan, kamu makan siang di sini juga?" tanya Shaka. "Kenalkan ini Mama dan Papa aku," kata Shaka memperkenalkan Fatimah dan Angga. Fatimah terkejut, anak kecil di depannya adalah anak Yunita Bos Jaka. Itu tandanya Yunita ada di resto ini. Jaka sudah masuk ke mobil dan segera pergi. "Jonathan ke sini sama siapa?" tanya Fatimah. "Sama Baby sitter aku," jawab Jonathan. Dia masih ingat betul bahwa wanita di depannya adalah ist