Sesampainya di dalam Kamar, Luna segera meringkuk di pinggir ranjangnya.
“Kenapa harus ditampar? Hiks hiks.”
“Sa-sakit!”
Luna tak dapat menahan rasa sakitnya. Pipinya terasa terbakar dan perih. Tamparan papi tadi terasa sangat keras sehingga Luna merasakan sakit sekali.
Ke-kenapa? Hiks hiks. Gue udah gak sanggup lagi. Gue gak sanggup lagi jalanin hidup begini. Mau sampe kapan gue diperlakukan speerti ini? Apa yang gue lakukan selalu salah. Semua yang gue ucapkan selalu bohong di mata Papi!
Luna sedang merasa di titik terendahnya saat ini. Apa salahnya? Mengapa papinya selalu saja kasar padanya? Kadang ia merasa bahwa ia bukan merupakan anak kandung papinya itu. Seandainya saja gak ada maminya, mungkin sudah lama Luna ingin mengakhiri hidupnya saja.
Ting.
Ting.
Terdapat notif chat di ponsel miliknya. Luna segera bangkit dan mengambil ponsel yang ada di a
Hujan mulai membasahi bumi pada malam hari itu. Laluna Indhira, seorang perempuan mungil berkulit putih, rambutnya yang ikal panjang tergerai hingga sebahunya, matanya yang bulat dengan bulu mata lentik membuatnya menjadi semakin lebih cantik. Ia tampak tengah menikmati dinginnya hujan di luar sana. Tiba-tiba saja terdapat notif chat di ponselnya. Ternyata ada seseorang yang tidak ia kenal tengah mengirimkan direct message kepada dirinya melalui aplikasi Instagram.Unknown : Hallo, Laluna ya?Unknown : Boleh kenalan kah?Unknown : Nama gue Bryan.Luna mengernyitkan dahinya, ia tak mengenal siapa itu Bryan. Ia pun enggan membalas direct message itu, namun entah kenapa justru ia menjawab dengan memberikan tanda tanya kepada Bryan ini.Unknown : Maaf ganggu waktunya.Unknown : Boleh kita bertema
Drrrtt drrrttPanggilan telepon di ponselnya terdengar, Luna pun terbangun dari tidurnya. Lalu ia pun melirik ponselnya.“Fika?”Luna segera meraih ponselnya. Fika – sahabatnya sejak SMA ternyata menelponnya.Fika : Luna?Luna : Ya, Fik?Fika : Suara lo kenapa?Luna : Fika! Hiks.Fika : Lo mau gue jemput?Luna : Fika! Hiks.Fika : Tunggu ya, gue otewe ke rumah lo.
Sore harinya, pukul 16.00Luna masih berada di dalam kamar Fika. Tiba-tiba entah mengapa dia kepikiran dengan maminya. Biasanya maminya ini suka mencari Luna jika ia tidak ada di rumah. Ia melihat Fika sedang asik duduk sambil membaca sebuah novel tebal. Fika, gadis yang sejak dulu menjadi sahabatnya mempunyai mata bulat dengan bulu mata yang lentik. Jika orang tidak mereka kenal, pasti akan menyangka jika Luna dan Fika itu kembar. Karena secara wajah mereka itu mirip, hanya saja rambut Fika lurus hingga ke pinggang dan bentuk mukanya oval.“Fika, gue kayaknya harus pulang deh.”“Kok cepet?” tanya Fika seraya menutup novelnya. Ia segera menatap Luna.“Gue kepikiran mami,” jawab Luna.Tiba-tiba ponsel Luna berdering. Ia melihat siapa yang menelpon, ternyata maminya menelpon Luna. Luna segera mengangkat panggilan di ponselnya itu.Luna&
Matahari pun akhirnya tenggelam. Langit pun berubah menjadi gelap. Bulan dan bintang tampak menghiasi langit pada malam itu. Luna sedang asik melihat pemandangan alam yang indah itu, sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi.TingTingTingTerdapat notif direct massage di aplikasi Instagram miliknya. Luna pun membuka aplikasinya itu.Bryan : Selamat malam, Luna.Bryan : Bagaimana kabar lo hari ini?Bryan : Semoga Bahagia selalu yaLuna tidak membalas pesan itu, ia hanya membacanya saja.Bryan : Online, Luna?Luna : (read)
Hari Senin, pukul 8 pagi.Luna sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Ia lalu bercermin, pakaian yang ia kenakan hari ini adalah atasan blouse putih dengan lengan rample lalu rok panjang hitam. Ia memang termasuk tipe perempuan yang tidak suka mengenakan pakaian yang terlalu heboh. Rambutnya ia kuncir ke belakang, memperlihatkan leher jenjang miliknya. Saat sedang bercermin, Fika datang menghampirinya. Fika sendiri mengenakan atasan kemeja berwarna pastel dengan motif bunga kecil, bawahnya ia pakai celana jeans, tak lupa ia mengenakan ikat pinggang berwarna emas miliknya.“Lo kuliah jam berapa, Luna?” tanya Fika seraya menguncir rambutnya juga.“Gue jam 11,” jawab Luna.“Gue ada kelas jam 10 nih,” jelas Fika.“Ya udah gapapa kok, nanti gue bisa tunggu di kantin aja,” ucap Luna.“Kita bareng aja, gue juga udah rapi nih,” lanjut Luna.Fika melirik
Luna tersentak kaget melihat chat dari Bryan ini.Hah? Kok dia tahu sih? Apa jangan-jangan dia ada di sini juga?Bryan : Boleh kita ketemu?Bryan : Gue ada di dekat lo.Bryan : Tapi kalau memang lo gak berkenan, gue gak akan deketin lo.Apa udah waktunya gue harus ketemu sama dia? Ketemu aja kali ya? Dari pada gue penasaran terus.Luna : Tunjukin muka lo.Bryan : Dengan senang hati 😊Bryan : Gue ada di depan lo sekarang.Degup jantung luna beregup kencang. Ia pun segera menaikkan pandangannya. Terlihat sosok pria di h
Pukul 6 sore, Luna baru saja ke luar kelas. Ia segera ke toilet. Saat sedang mencuci tangan, tiba-tiba lampu padam. Luna pun tersentak kaget, karena ia tidak bisa berada di kamar mandi yang lampunya padam. Tiba-tiba tubuh Luna bergetar hebat, keluar keringat dingin di pelipisnya.“A-ampun… Ampun, Pi,” gagap Luna. Ia pun meringkuk dan segera memeluk kedua lututunya. Tubuhnya menggigil hebat.“Pa-papi, Lu-luna minta maaf. Lu-luna janji gak nakal lagi,” ucap Luna terbata. Ia pun mulai terisak, seraya memeluk erat lututnya.Drrrt drrrt.Terdengar ponselnya berbunyi, dengan sekuat tenaga ia mulai meraih ponselnya itu. Kemudian ia mulai menekan tombol menerima jawaban, lalu ia mulai melepaskan ponselnya itu. Ia masih saja menggigil hebat, tubuhnya bergetar, keringat dingin mulai banjir membasahi seluruh tubuhnya.“Hiks hiks, a-ampun, Pi. Lu-luna janji gak nakal lagi. A-ampun, Pi.”Kemudia
Esok harinya, Luna pun membuka matanya. Ia melihat sekelilingnya, Rafka masih tertidur di sofa. Luna bingung dengan sikap baik Rafka itu. Ia tak habis pikir kenapa Rafka mau menjaganya di sini?Pasti dia pegal duduk di sofa begitu. Hhh… kenapa dia gak pulang aja sih? Malah bela-belain buat jagain gue di sini?Drrrt drrrt.Terdengar ponsel Luna berbunyi, Luna mengambil ponselnya di atas nakas kemudian ia melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi.“Mami?”Luna pun segera menjawab panggilan telepon dari maminya itu.Mami : Luna?Mami : Kamu baik-baik saja ‘kan, Sayang?Luna tersentak kaget, ia tak menyangka ternyata feeling mami begitu kuat. Padahal ia tak memberikan kabar kepada Maminya itu. Luna berpikir jika Maminya tahu keadaannya, maka akan mengganggu pekerjaan Ma