Share

Rujak Buah

Keesokan harinya, Adhira kembali datang terlambat. Rambutnya kacau balau seperti korban angin topan. Dia berlari cepat memasuki kelas yang hening itu. Pak Heno yang ketika itu sedang menerangkan kalimat prosa langsung mengernyit garang.

“Adhira Limawan!” Suara Pak Heno bergema dan menggetarkan seisi kelas yang senyap tadi.

Kuswan yang duduk di bangku belakang separuh menutup wajahnya dengan buku. Dia begitu enggan memandangi wajah Pak Heno kalau sedang marah itu.

“Mm, maaf Pak. Jet lag,” desah Adhira sambil mengusap matanya yang penuh dengan kotoran mata.

“Tidak usah banyak alasan kamu. Sudah dua kali kamu terlambat masuk ke sekolah. Sekarang kamu berdiri sepanjang kelas.”

“Yah, Pak… Kasih saya keringanan sedikit Pak.”

“Keringanan, kamu pikir bayar tunggakan?”

“Saya kan baru dua kali. Saya bersumpah tidak akan mengulanginya lagi besok.”

“Banyak alasan kamu. Sekarang, angkat satu kaki!” perintah sang guru. “Taha

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status