Share

Bab 5. Menyebar Aib di Pernikahan

Dara masih merasa kesal, tatkala Rendra mencampakannya begitu saja. Air mata tak ada henti-hentinya mengalir dari matanya. Ia ingat betul, banyak sekali kenangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Dara sampai dia tidak mementingkan hal itu. Namun, yang Rendra lakukan sudah sangat keterlaluan.

"Tega sekali dia melakukan hal seperti ini kepadaku. Padahal aku melakukan semuanya untuknya," tandas Dara.

Ia meringkuk di kasur dan hanya bisa memeluk lututnya sembari menangis sesenggukkan. Banyak hal yang ia sesali, seandainya dia selalu cek ponselnya setiap saat, seandainya ia tidak menjual tubuhnya, seandainya ia tidak mengenal Rendra sejak awal. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

"Ah! Aku tidak boleh lemah begini! Aku harus kuat menghadapi semua ini." Dara langsung beranjak dan duduk bersandar di kasur. "Ia bisa seenaknya menghancurkan hidupku, aku juga bisa melakukan hal yang sama kepadanya. Menghancurkan hidup seseorang sangatlah mudah, bukan?" gumam Dara sembari tersenyum.

Ia ingin membalaskan dendamnya dengan berbagai macam hal kotor di dalam pikirkannya, Rendra memang meninggalkan Dara, namun, ia tidak pernah meminta putus. Jadi, hubungan mereka belum berakhir.

Dara menyeringai kecil, dan langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk segera pergi ke pernikahan kekasihnya itu.

"Aku akan membuat semua mata tertuju kepadaku, termasuk kamu, Mas." Dara tersenyum puas dengan rencananya itu.

Sembari menunggu check out, Dara melakukan perawatan kepada dirinya sendiri dulu di hotel, lalu mengenakan dress yang akan bisa memikat seluruh manusia yang hadir di pesta pernikahan itu.

Setelah semua siap, ia segera pergi dari hotel dan menuju ke pernikahan kekasih tercintanya itu. Di dalam taxi, Dara merasa sangat kesal. Matanya yang tadinya sembab itu sudah tertutup oleh riasan cantik yang menempel di wajahnya. Glitter berwarna pelangi pun menghiasi kelopak matanya hingga terlihat begitu indah.

Sesampainya di sebuah gedung pertemuan yang cukup besar, terlihat jelas nama Rendra terpampang di sebuah papan yang dihiasi dengan bunga-bunga di sekitar papan nama tersebut. Namun, yang ada di bawah nama Rendra bukanlah dirinya, melainkan nama seorang wanita lain bernama Maya. Hatinya hancur sekali ketika membaca papan itu, ingin sekali ia menghancurkan papan nama itu sampai benar-benar tak tersisa lagi.

"Sabar, Dara. Pelan-pelan saja," batin Dara sembari mengusap dadanya dan menghela nafas panjang.

Ia sudah dewasa, dan bukan lagi anak kecil, caranya marah dan caranya membalas dendam harus terlihat rapi hingga pondasi lawannya hancur berantakan. Dara turun dengan gaun berwarna putih, dengan rambut yang diurai sampai dada, bulu mata lentik dan lipstick yang kalem membuat Dara semakin terlihat elegan di mata orang-orang. Tentu saja mereka tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari seorang wanita bak turun dari surga.

Ramai orang datang, dan dengan tanpa ragu, Dara memasuki gedung pernikahan mereka, hingga terlihat mempelai wanita dan mempelai pria yang tengah berfoto dengan beberapa teman, dan sanak saudara.

Dara duduk di kursi paling depan, di mana jelas terlihat mantan kekasihnya yang sedang berbahagia dengan wanita simpanannya. Rendra yang tengah melakukan agenda foto bersama, jelas terbelalak karena melihat Dara duduk di kursi paling depan dengan riasan yang sudah sangat cantik.

"Ngapain wanita itu datang ke sini? Mau cari gara-gara ya?" batin Rendra yang menatap tajam mantan kekasihnya itu.

Dara tersenyum sinis kepada Rendra, dan segera beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi menuju ke kerumunan orang-orang yang sedang menikmati makanan di pernikahan itu. Dara begitu jijik dengan semua ini, karena Rendra menggunakan uang dari hasil Dara jual diri untuk melakukan pernikahan suci seperti ini.

"Kalian tahu tidak, uang ini haram loh. Hasil jual diri kekasihnya di waktu dulu," celetuk Dara yang berpura-pura sok kenal dengan tamu yang hadir, lalu pergi begitu saja. Hingga sampai di kerumunan orang-orang kantor Rendra yang jelas saja ikut hadir. Mereka justru menyambut Dara dengan baik.

"Hai cantik, sendirian aja? Pasangannya mana?" tanya salah satu dari mereka. Rupanya penampilan Dara membuat mereka tidak mengenal paras wanita itu.

"Hallo kakak semua, aku hanya ingin bilang kepada kalian. Hati-hati makanan yang kalian makan itu bukan hasil jerih payah Rendra, melainkan hasil dari Dara yang menjual tubuhnya dan hasilnya dibagi dua," tandas Dara memulai percakapan baru.

Respon mereka jelas berbeda-beda, ada yang terkejut, ada yang tidak percaya.

"Jangan meledek Rendra ya! Kau sirik ya!" bela salah satu dari mereka.

"Oh, tidak. Kau bisa tanya sendiri dengan Rendra, ia pasti akan gugup ketika mendengar hal ini." Dara mengambil satu sushi yang ada di meja, melihatnya dengan jijik, dan meletakkan kembali makanan mahal itu.

"Kau dapat gosip dari mana? Dasar wanita aneh!" bela mereka lagi.

"Karena aku, adalah Dara. Wanita yang ia buang, dan kalian benci karena aku hanya pemilik bar, sekaligus cewek murahan. Padahal kujual diriku untuk kami menikah kelak, tapi? Lihatlah kawan yang kalian banggakan itu, tanpa rasa bersalah berdiri di pelaminan bersama dengan wanita lain." Dara menunjuk ke arah Rendra dan merasa sangat kesal. Hingga mereka semua terlihat percaya, dan menatap Rendra dengan tatapan seakan tidak percaya dengan sikap busuk Rendra.

Dara segera pergi dari kerumunan, dan mencari mangsa lain untuk ia beri sebuah fakta. Ini bukanlah gosip, melainkan sebuah kebenaran. Di mana pernikahannya ini begitu hina dan pria yang ada di panggung pernikahan adalah pria tidak tahu malu.

Dari awal sampai akhir, semua orang menatap Dara dengan ramah, bak seorang ratu yang sedang berkeliling. Hal ini pun membuatnya jadi mudah untuk menyebar kebenaran, karena yang menyebarkan adalah wanita cantik. Coba saja kalau jelek, pasti ia akan langsung dijatuhkan balik.

Sebelum pergi, ia melihat Nathan yang tengah menikmati minuman dan duduk sembari menatap Rendra. Dara menghampiri pria tersebut.

"Nathan?" panggil Dara dengan lembut.

"Dara ya? Kenapa kamu kemari?" tanya Nathan sedikit terkejut ketika ia tahu bahwa Dara datang ke pernikahan mantannya sendiri.

"Iya, aku ingin melihat wajah mereka tersenyum bahagia dulu sebelum aku menghancurkan senyuman itu," jawab Dara dengan tersenyum simpul.

"Apa maksudmu? Dia juga pakai uang yang kemarin kuberi padamu agar bisa menikah?" tanya Nathan yang mulai memahami.

"Kau pintar juga ternyata," puji Dara kepada pria dengan jas berwarna putih itu.

Tanpa aba-aba, Nathan menarik tangan Dara hingga wanita itu menyentuh dada bidangnya dan wajah mereka pun sudah sangat dekat meskipun Dara harus sedikit mendangak untuk menatap wajah pria tinggi itu.

"Kau apa-apaan sih!" Dara terkejut berusaha melepaskan pelukannya.

Semua orang termasuk Rendra dan pengantin wanitanya jelas langsung menatap ke arah Nathan dan Dara.

"Kita serasi hari ini, bukan begitu?" pungkas Nathan.

Dara yang menyadari hal itu, langsung terkejut bukan main, dan pria itu pun mengendorkan pelukannya, membiarkan Dara lepas dari dada bidangnya itu.

Karena malu, Dara hanya bisa pergi tanpa bilang apa-apa kepada Nathan dan segera kembali melanjutkan tujuan utamanya datang ke sini.

"Kenapa sih si Nathan itu!" batin Dara.

Sudah puas menyebarkan kebenaran, Dara segera pergi dari pesta pernikahan itu. Hanya tinggal menunggu waktu sampai Rendra mendengar rumor yang telah diucapkan dari mulut ke mulut lalu kembali menghubungi Dara.

Sebelum benar-benar pergi dari tempat itu, Dara menatap wajah Rendra yang begitu bahagia di atas pelaminan bersama Maya.

"Lihat saja, Mas. Sampai kapan kebahagiaan itu akan berlanjut."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status