Bella duduk di balkon hotel. Rumahnya masih dalam proses renovasi sehingga dia menginap untuk sementara di hotel. Sebelumnya Karina sudah menyarankan untuk tinggal di dorm atau di rumahnya, tetapi Bella menolak. Ia butuh kesnedirian, oleh karena itu ia memilih untuk tinggal di hotel saja. Gadis itu menatap layar ponselnya yang menampilkan sebuah artikel berita tentang dirinya. Ia menutup kasus itu dan tidak ingin memperpanjangnya. Sebagian orang menganggapnya terlalu baik pada para haters, tapi sebagian justru mencurigainya. Ribuan komentar pedas kembali menyerang media sosialnya. --“Mungkin dia sengaja membuat keributan untuk mengalihkan isu kencannya dengan Mark.” --“Aku tidak tahu kenapa aktris penuh skandal sepertinya masih terus dipertahankan oleh perusahaannya.” --“Aktingnya bahkan tidak sebagus itu. Dia tidak pantas mendapat banyak cinta.”--“Apakah dia masih memiliki penggemar? Sungguh aku kasihan pada mereka karena berulang kali dikecewakan.” --“Aku curiga skandal bullyi
Malam semakin larut dan Bella masih berkutat dengan peralatan gambarnya. Kali ini ia sedikit merasa kesulitan fokus pada gambarnya. Ada begitu banyak hal yang ia pikirkan. Hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan. Sejak tadi tidak henti-hentinya ia mengirim pesan kepada Anggun untuk menanyakan keadaan Lucy. Sudah seminggu sejak kejadian Lucy kritis, namun ia masih belum bisa tenang. Terlebih lagi anak itu semakin hari semakin terlihat memprihatinkan. Anggun bahkan sudah mengatakan kalau ia sudah siap dengan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Tapi tidak dengannya. Ia tetap tidak bisa tenang.“Aishhh!” Tangannya mencoret-coret asal buku sketsanya yang kini penuh dengan coretan tidak jelas. Ia tidak bisa fokus pada apa yang ingin ia gambar. Pikirannya terlalu penuh dan ia merasa sangat lelah.Bella menyandarkan punggungnya kasar di sandaran kursi. Rambut pucatnya yang diikat kucir kuda bergerak-gerak terkena angin malam. Malam ini ia masih berada di hotel karena rumahnya m
Matahari sudah mulai tergelincir ke arah barat meski belum sepenuhnya menunjukkan waktu sore tetapi tidak juga bisa disebut sebagai siang. Berulang kali Bella memastikan kalau tali pengikat di pinggangnya terpasang dengan benar. Ini adalah adegan Bella terjatuh dari atas gedung. “Kalian tidak menggunakan CG?” tanyanya saat melihat lokasi shooting yang benar-benar berada di atas gedung. Angin berembus cukup kencang sedikit menyamarkan teriknya panas matahari yang menerpa. Kulitnya yang putih sedikit memerah karena terlalu panas. “Takut?” tanya Mark yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. “Berhenti memancing keributan,” timpal Bella pelan. Ia masih merasa sedikit gugup karena ini pertama kalinya ia melakukan adegan seperti ini. “Tali ini kuat bukan?” Gadis itu berulang kali mengecek tali yang melilit pinggangnya. Apakah ini kuat? Bagaimana jika putus saat ia melakukan shooting? Sebenci apa pun ia pada hidupnya yang kusut ini, ia masih belum ingin mati. Setidaknya kini i
Hari ini merupakan hari terakhir perekaman drama yang Bella dan Mark bintangi. Semua pemeran dan juga staf melakukan foto bersama. Drama ini akan segera di rilis bulan depan. Bella tidak tahu akan seheboh apa nanti saat drama ini rilis karena bahkan saat ini pun sudah ada ratusan artikel dan kehebohan yang bahkan melebihi beberapa drama yang saat ini sedang tayang. “Kamu sudah bekerja keras ... sangat keras.” Karina memberikan sebuah buket bunga sebagai ucapan selamat.Gadis itu tersenyum menerimanya. Akhirnya ia bisa terbebas dari masalah shooting dan partner kerja yang sangat tidak kompeten seperti Mark. Rasanya ada satu beban berat terangkat dari pundaknya saat ini. Terlebih lagi beberapa waktu lalu Anggun memberi kabar kalau keadaan Lucy semakin hari semakin membaik. Dr. John menjelaskan kalau dia terus mempertahankan progresnya seperti ini kemungkinan untuk bertahan hidup lebih lama akan semakin besar. Dr. John tidak bisa menjamin gadis kecil itu akan sembuh sepenuhnya. Yang b
Matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat dan menciptakan nuansa senja yang hangat dan menenangkan. Ketiga orang dewasa itu berjalan santai di belakang seorang gadis kecil yang tampak sangat kegirangan di depan sana. Bella tersenyum melihat gadis itu tampak sangat Bahagia. Sudah terlalu banyak penderitaan di pundak gadis itu, ini saatnya dia berbahagia. Ia tidak tahu apakah ini akan menjadi pertama dan terakhir kalinya Lucy dapat bermain di tempat ini. “Aku ingin menaikinya!” Tangan mungilnya menunjuk sebuah komidi putar dengan kuda-kuda lucu yang bergerak berputar-putar. “Sungguh? Ayo kita naik!” Bella langsung menyambar tubuh kecil Lucy dan menggendongnya menuju komidi putar yang dimaksud. Ledakan tawa khas gadis kecil itu seketika pecah saat Bella menggendongnya. Sejak tadi mulutnya belum sempat tertutup karena sibuk tertawa dan ternganga melihat megahnya setiap permainan yang ada di taman bermain. Semua ini adalah mainan yang selama ini hanya bisa ia lihat lewat layer televi
Hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Bella masih belum bisa memejamkan matanya. Sejak tadi gadis berusia empat belas tahun itu berdiri di ambang pintu menunggu kedatangan seseorang. Di dalam sana mamanya terbaring dengan mata terbuka. Kakinya lumpuh sejak melahirkan Bella sembilan tahun yang lalu.“Jangan-jangan ayah tidak pulang lagi hari ini,” ucap Bella dalam hati, tangannya meremas ujung baju yang berlubang dimana-mana.Gadis itu menggosok-gosok lengannya kedinginan. Lengan putih pucat yang penuh dengan lebam membiru di beberapa titik.“Sudah malam, lebih baik kamu segera tidur,” ucap Elena.Bella menoleh lesu, apa yang dikatakan mamanya ada benarnya. Gadis pengidap kelainan albino itu berjalan masuk mendekati mamanya sembari mendorong kursi roda butut yang penuh karat.“Apa ayah tidak pulang lagi hari ini?” tanya gadis itu sambil membantu Elena naik ke atas kursi roda.“Untuk apa ju
Victorian City, 2 Maret 2021Bella terbangun dengan detak jantung seperti orang baru saja melakukan lari maraton. Wajahnya yang sudah pucat semakin pucat karena ketakutan. Tangannya gemetar meraih sebuah botol berisi beberapa pil penenang yang sudah tinggal sedikit.Lagi-lagi mimpi itu yang membuatnya terbangun. Sudah sebelas tahun lamanya sejak kejadian itu, namun ia masih terus memimpikannya setiap malam. Aroma anyir darahnya bahkan masih melekat di hidungnya hingga saat ini.Gadis berkulit putih pucat itu menepuk-nepuk kedua pundaknya berusaha menenangkan diri.
Dark White chapter 03Sunyi memenuhi ruangan berukuran tiga kali empat yang cukup rapi untuk ukuran kamar laki-laki. Yang terdengar hanya suara papan tombol laptop yang diketik dengan tempo cepat. Hari sudah hampir larut, namun seorang pria masih sibuk dengan tumpukan berkas di dekatnya. Matanya yang sudah minus, memerah karena terlalu lama menatap layar laptop.“Kau habiskan minumanku?” tanya pria bertubuh tinggi dan rambut keriting yang kini berdiri di depan pintu kamar.“Anggap saja itu upahku,” jawab Allen tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.“Kau tidak boleh minum itu.”Allen mengabaikannya, tangannya bergerak membuka sebuah map tipis yang berisi hasil wawancaranya dengan Bella. Ingatan tentang bagaimana David memperlakukan gadis itu membuatnya ngeri. Diamatinya terus kertas berwarna putih itu penuh tanya. Ada banyak pertanyaan yang dilewati begitu saja oleh gadis pengidap kelainan unik itu. Ala