Share

Jauhi Mentari

Mentari sudah diperiksa oleh seorang dokter. Kini wanita itu tengah terlelap. Wajahnya pucat dan matanya sembab. Bian yang sejak tadi tidak henti menatapnya menghela napas.

Satu kesialan sudah ia lenyapkan. Kini tinggal satu lagi. Kania.

"Bi,"

Ikhsan menepuk pelan pundak calon menantunya. Bian menoleh dengan pandangan bertanya.

"Saya butuh bicara berdua sama kamu," kata Ikhsan.

Bian beranjak dan mengikuti langkah Ikhsan yang lebih dulu keluar dari ruang rawat Mentari. Tunangannya itu ditemani oleh ibunya. Bahkan beberapa kali Bian menangkap ibu Mentari tengah mengusap air matanya.

Bian gagal menjaga Mentari.

"Apa yang terjadi?"

Bian mendudukkan diri di kursi tunggu, sedangkan Ikhsan memilih berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding.

"Saya benar-benar minta maaf, Om, saya tidak becus menjaga Mentari, saya..."

"Saya tidak butuh maaf kamu, Bian. Saya tanya, apa yang terjadi?"

Bian menelan air ludahnya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status