Gelap disini, tak terlihat apapun mau tak mau Cindy harus merapalkan mantra pengelihatan malam untuk bisa melihat sekitar dan tak ada yang lain selain warna hitam disini. Ntah bagaimana kakinya bisa menapak disini, karena penasaran dia terus menanyakan hal itu pada serigala yang menyebut dirinya sebagai ketua suku dari serigala bayangan dan hanya menjawab "ntahlah itu memang sudah ditakdirkan, jadi tak ada alasan khusus" Cindy menyerah untuk menanyakan itu dan mengikuti Serigala itu dengan diam.
Mereka terus berjalan tanpa arah menuju depan tanpa tujuan, serigala juga tak pernah memberitahu kemana mereka akan pergi, hanya saja tubuh Cindy terasa menjadi lebih berat pada setiap langkah yang dilakukan olehnya.
"hei Serigala! ayolah jawab aku! kemana kita akan pergi?! semakin berat langkahku disini" ucap Cindy mengeluhkan perjalanan yang tak jelas ini, serigala hanya ter UUdiam sambil sedikit menyeringai puas.
Lama kelamaan Cindy mulai jenuh dan dia melihat ke sekeliling 'aah hitam lagi memangnya tak ada selain itu" ucapnya sambil mengeluh, lalu tibalah saat dia menoleh ke belakang dan melihat bahwa terdapat pemandangan indah yang bahkan tak bisa diungkapkan dalam perkataan apapun. "hei Serigala! bukankah itu adalah tempat yang kita lewati barusan? hei ayolah jawab aku" tanya Cindy yang keheranan namun serigala tetap berjalan menuju kegelapan tanpa menghiraukan Cindy.
Cindy keheranan dan menatap keindahan pemandangan yang ada dihadapannya. Namun ini aneh tubuhnya semakin terasa berat dan dia menjadi keheranan lalu...
"...."
"...."
"...."
"apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini? apa ini?."
------- sebuah gunung -------
Frie sepertinya tertidur lelap jadi aku terus berjalan sambil menggendong nya karena naga darat tadi tak berhasil kujinakkan "hah hah hah, sepertinya tinggal setengah hari lagi hingga kita bisa mencapai puncak Frie, tenanglah tak apa karna sebentar lagi kita akan menemukan petunjuk" ucapku sambil menepuk nepuk Frie hingga dia bisa tertidur lelap.
Langit sudah terlihat gelap, aku segera memasang tenda dan membuat api unggun kecil untuk menghangatkan susu yang ada dalam jarahanku sebelumnya. Api telah menyala lalu aku meletakkan panci diatas api dan memasukkan susu diatasnya lalu menunggu hingga mendidih.
"haah, kira kira bagaimana kabar Cindy dan Matty aku benar benar khawatir terutama pada Matty, dia tak bisa memutuskan apapun jika tak berada di dekatku" ucapku sambil menghela nafas "yosh! aku tak perlu khawatir karena mereka berdua bersama jadi tak ada yang perlu ku takutkan, sekarang fokus utamaku adalah mencari jalan menuju titik awal" ucapku mengembalikan semangat dan berlari menuju ke arah api yang dimana susu yang ku hangatkan telah mendidih dan segera ku dinginkan untuk kuberikan pada Frie.
------- menuju Matty yang terbangun di sebuah penginapan ------
Matty seperti yang dia lakukan di hari sebelumnya dia terbangun dari penginapan lalu memakan sarapan yang di sediakan oleh penginapan dan menjalani kehidupan seperti biasa sambil menunggu kedua sahabatnya menuju ke kota yang ia tinggali untuk sementara ini.
Keluar dari penginapan dan menuju ke gerbang kota lalu berbincang dengan Jeff, siang hari dia kembali ke penginapan dan tidur siang lalu pada sore hari dia mencari pekerjaan di kota ini dan berpikir untuk mandiri dan mengganti uang yang diberikan oleh Jeff untuknya.
Walaupun Jeff tak menginginkan imbalan namun Matty bersikeras meyakinkan Jeff bahwa dia akan membayarnya hingga Jeff akhirnya menyerah dan mengiya kan perkataan Matty.
Saat itu Matty terlihat sangat kegirangan karena berhasil membujuk dan memasang wajah sombong "apa apaan kau ini, memasang wajah seperti itu" ucap Jeff sambil mencolek hidung untuk menggodanya
Wajah Matty memerah dan menjawab "bu- bukan apa apa, lagian apa yang barusan itu" wajahnya semakin memerah dan tiba tiba pergi berlari menjauh ntah kemana.
Jeff menghela nafas dan berkata "huh apakah semua wanita memang sepertinya? aku benar benar tak mengerti dengannya"
------ pagi di sebuah gunung -------
Aku terbangun oleh tangisan Frie yang keras dan mau tak mau aku harus bangun dan segera mengganti popoknya, kebetulan saja ada sungai aku bergegas menuju sungai sambil menggendong Frie, disaat mengganti popok aku memperhatikan sekitar dan terlihat ada bangkai seekor rusa yang sedang memangsa singa.
"oooooh kereeeeen! aku membacanya di buku tapi kukira lebih menakjubkan bila dilihat secara dekat" ucapku sambil bersemangat dengan suara pelan
"rusa itu binatang yang ramah terhadap manusia dan dia hanya memangsa singa jadi tak perlu takut pada rusa bahkan terkadang jika kalian melihatnya sedang makan dia akan menyisakan daging singa itu untuk kalian makan, itulah yang dikatakan buku pengetahuan hewan" ucapku yang masih bersemangat
Frie melihat ku yang sedang bersemangat dan terlihat kebingungan lalu dia tersenyum dan menyipratkan tangannya pada air sungai hingga berbunyi yang membuat rusa menyadari keberadaan kita. Aku segera menjauhkan Frie dan membuatnya terkejut hingga terdiam, aku pun memanfaatkan situasi ini untuk tak bergerak. Rusa itu hanya memperhatikan kita sesaat dan kemudian menyantap kembali daging mangsanya lalu pergi meninggalkan sisa daging singa yang disantapnya.
Setelah terdiam aku kembali membersihkan popok yang telah kotor yang dipakai oleh Frie lalu memasangkannya kembali pada Frie. Sudah cukup lama rusa itu pergi dan tak ada tanda tanda dia akan kembali atau apa, karena penasaran aku memangku Frie dan menyebrangi sungai yang dangkal namun deras itu dan menengok daging yang ditinggalkannya.
"heeeei! apa apaan ini?! ini daging yang banyak sekali! mungkin cukup untuk makanan hingga nanti sore, hei Frie apa kau juga senang? kita bisa makan daging hari ini! ayolah kau pasti senang kan kau sudah pasti senang!" aku kegirangan sekali melihat daging yang ditinggalkan rusa ternyata masih sangat banyak. Melihat itu Frie juga tersenyum seperti melihat orangtuanya yang sedang kegirangan.
"ha.. ha.. ha.." tawa kecil Frie benar benar menghangatkan suasana yang akhir akhir ini sedang tegang.
Ntah bagaimana aku bisa mempunyai kekuatan untuk membawa daging singa yang cukup banyak dengan satu tangan sambil menggendong Frie pada tangan kiri"huuh! ternyata aku kuat" ucapku dengan optimis."tunggulah sebentar Frie, aku akan membuat sup daging untuk sarapan hari ini"Frie duduk manis sambil melihatku menyalakan kembali api unggun "da.. da.. da.." itulah ucapnya saat melihatku. Aku tersenyum dan api pun menyala.Setelah itu aku memangku Frie menuju tenda"tunggulah di tenda ini sebentar ya, aku akan memetik beberapa bahan untuk membuat sup di hutan, ingat! jadilah anak yang baik" peringatku pada anak kecil yang berumur 1 tahunan.Aku lantas bergegas menuju tempat daging singa tadi untuk membawa sisa dagingnya tapi kulihat daging itu sedang dimakan oleh hewan hewan hutan. Aku sempat akan mengusir mereka tapi mengingat bahwa daging itu juga diberikan oleh rusa, langkah
"kau masih berbohong kepadaku! ucapkan kebenarannya, jika kau kabur itu mana mungkin kau peduli pada negerimu" Trev menghentikan suapan nya dan menjawab pertanyaan ku "baiklah baiklah, sebenarnya aku tak kabur tapi kabur kau tahu? masalah keluarga, ini hal yang rumit tapi jika kau juga tetap ingin mengetahui nya akan ku beri tahu padamu""kenapa tidak? ayo lanjutkan" jawabkuTrev menghela nafas dan berkata "wanita itu benar benar merepotkan" "baiklah aku hanya akan menceritakan nya sekali dan tak ada pertanyaan oke?" aku mengangguk sekencang kencangnya.Frie kembali tidur setelah aku menyuapinya saat Trev sibuk menulis surat jadi percakapan ini takkan terganggu oleh siapapun."aku sedari kecil sangat menyukai alam dan selalu menjelajah tanpa henti (awal yang klasik XD) hingga orang orang disekitar kerajaan menganggapku sebagai budak yang diberikan kebebasan oleh raja, memang ayahku tak pe
Sudah satu hari kami berjalan tapi kami belum melihat tanda tanda dari kota tempat aku menemukan Rean "haah, benar kata orang tua kalau perjalanan pulang itu lebih lama daripada saat kau pergi" ucapku sambil menghela nafas.Trev melihat ke arahku dan bertanya "hmm? apa yang kau katakan?""tak ada, tak usah perhatikan aku" ucapku menjawab pertanyaan TrevTrev mengangkat bahu kanannya dan berkata "oh oke""........""........""........"Karena perjalanan ini terlalu membosankan, aku pun mengajak Trev berbicara "hei Trev, apakah kau percaya tahayul?""hmm tidak, tapi juga bisa dibilang percaya karena dunia ini luas lalu yang mengetahui kebenaran toh cuma baru satu orang, jadi siapa tahu?" jawabnya"ooh begitu, apakah kau kira dalam perjalanan kita nanti akan bertemu dengan raksasa, atau yang lainnya?" aku bertanya lagi padanya untuk mengisi kejenuhan"yaa mungkin saja? bahkan dari yang kubaca pada buku catatannya, D
"Hei ada apa Sie? kau terlihat pucat setelah bangun tidur" Trev bertanya saat aku bangun dari tidurku, aku sungguh kebingungan dan berucap dalam hati 'eh ada apa ini? kenapa aku tiba tiba berada disini? apa yang terjadi?'"uuhm, dimana kita?" itulah ucapan pertamaku selepas bangun."apa maksudmu? kau tidur 1 jam lalu dan melupakan tujuan kita, hahaha itu benar benar lucu Sie kau benar benar ahlinya dalam bercanda" ucap Trev.Aku sedikit merenungkan kembali apa yang baru saja terjadi dan aku terdiam sebentar. Trev terlihat membiarkanku untuk merenung dan menuju ke tempat duduk supir kereta naga."ahh! benar, sudah beberapa tahun sejak saat itu! bagaimana aku bisa melupakannya!" aku berteriak dan membangunkan Shele yang langsung menangis dipangkuankuAku menenangkannya "cup cup anak mama, tenanglah tak ada apa apa, maafkan mama terlalu berisik"Anak ini adalah
Dia memakai baju putih terdapat garis merah pola menyilang pada dadanya dan sepertinya pada bagian belakang juga terdapat garis yang sama.Itu adalah sebuah seragam, tapi organisasi macam apa yang bisa membuat ilusi sebesar kota dan mengacaukan pikiran seseorang?"a... pa... yang.. kau mau" aku berbicara terbata bata dengan tubuh lemas yang entah bagaimana bisa terjadi secara mendadak."ayolah ini hanyalah D tingkat 3 kau tadi bilang kalau kau lebih kuat dari pria tadi, maka kuberikan kau tingkat yang lebih sulit dan kau sudah lemas begitu saja?" dia berbicara dengan angkuh, pasti tak ada orang yang menyukai orang sepertinya.Aku menghela nafas yang sangat berat dan mencoba untuk bangkit sedikit demi sedikit. Ini sangat menyakitkan kulitku seperti tertarik oleh tanah dan organ di dalam kulit memaksa untuk naik.Terus memaksakan untuk berdiri namun terdengar suara sobekan kulit dari punggungku aku merintih kesakitan tapi tetap memaksa untuk berdiri.
Sangat terang disini aku tak bisa membuka mataku, aku yakin bila aku membuka mataku, itu akan rusak seketika.Aku bingung dengan semua suara yang menyuruhku untuk menukar, aku tak bisa memutuskan apapun bila mataku tertutup.Aku membuka mataku secara perlahan dan tetap saja itu tak membuatku bisa membuka mataku, ini sungguh beresiko tapi suara di dekatku semakin menggelegar dan membuat gendang telingaku seperti akan pecah.Ini sungguh menyakitkan! mau tak mau aku hanya mempunyai pilihan selain membuka mata."Baiklah dalam hitungan ketiga aku akan membuka mataku dan memutuskan apa yang akan kulakukan berikut!" aku berteriak menegur suara suara yang semakin lama semakin mengeras."tukar! tukar! tukar!""1...." aku mulai berhitung"tukar! tukar! tukar!""2...." hitungan kedua"tukar! tukar! tukar!""3!"Aku membuka mataku langsung dan melihat langsung kepada asal cahaya ini langsung namun apa ini?"hei
Aku berjalan menuju siluet bayi yang ada di depanku"....""hei Trev cepatlah kemari!""...."Aku terus berlari, berlari, dan berlari dengan kakiku yang sedikit pincang."....."Berlari, lari, lari, dan berjalan, makin lambat, lambat dan tiba tiba aku tak bisa menahan keseimbangan ku."...."Aku merangkak demi mencapai siluet itu, rangkak, rangkak, rangkak dan berhenti.Berdiri sambil menutup muka untuk mengejutkan bayi kecil yang telah mengalami masa masa yang sulit, ini sungguh susah tak seperti diriku yang biasanya hehehe.Aku sangat kesulitan untuk bisa kesini, tapi akhirnya aku sampai, "tak ada yang perlu ditakutkan bayi kecil" aku mengucapkan hal itu sengaja untuk meredakan ketakutan si bayi."ciiiiiii....." aku mulai memainkan mantra yang disukai anak kecil"luuuuuk....""....." aku menghela nafas sesaat karena sangat susah untuk bisa mencapai sini."......""....."
Suasana masih belum stabil, aku belum sempat menanyakan apa yang terjadi saat aku 'mati' dan bagaimana keadaan orang itu.Kita masih berjalan tanpa tujuan tapi tujuan kita saat ini adalah kota terdekat, arah yang kita tuju adalah keluar dari gurun pasir ini dan berjalan kembali, ini perjalanan yang berat bahkan sudah 2 hari pun kami belum mencapai daratan dengan pohon satupun.Air persediaan sudah habis, makanan tersisa sedikit dan kita tak yakin bisa keluar dari sini dengan selamat.Saat ini aku hanya berharap bisa memakan buah apel yang ukurannya besar dan berendam dalam air sejuk tanpa ada yang mengganggu."Sudah Trev cukup disini saja, jika kau tak kuat tinggalkanlah aku dan bertahanlah hidup dan jadilah raja" ucapku pada Trev dengan niat bercandaTrev memasang senyum pada wajahnya, lalu berlari sejauh mungkin ke depan sampai tak terlihat oleh mataku."hei! itu tidak adil!" aku berlari dengan pincang mengejar Trev yang berlari cepat di d