"Bagaimana keadaannya Dok?" Nicholas segera menghampiri dokter yang tengah membuka pintu setelah sekian lama mondar-mandir di luar ruangan."Pasien telat makan jadi asam lambungnya naik, dan juga kecapean. Tadi sudah sadar dan sekarang sedang tidur, jadi saya harap jangan diganggu dulu karena pasien butuh istirahat."Nicholas menghela nafas berat dan panjang. Ia merasa bersalah karena telah mengambil makanan Alissa sebelumnya. Kalau saja itu tidak terjadi mungkin saja Alissa tidak akan masuk rumah sakit saat ini."Apa yang harus dilakukan?""Untuk sementara waktu pasien harus dirawat di rumah sakit," jelas dokter dan Nicholas hanya mengangguk."Kalau begitu saya permisi." Dokter meninggalkan ruangan dan Nicholas langsung masuk ke dalam untuk memeriksa langsung keadaan Alissa. Benar kata dokter sekretarisnya sedang tertidur pulas. Nicholas duduk di sisi brankar dan menatap lekat wajah Alissa. Wajah cantik yang selalu membayanginya itu terlihat begitu sayu dan banyak beban."Kasihan kam
"Oh salah dengar ya, tadi kupikir ... ah sudahlah aku memang membutuhkan cotton buds," lirih Aska dan langsung duduk di kursinya sambil menggaruk kepala.Nicholas terlihat cuek padahal dalam hati ingin tertawa melihat ekspresi Aska seperti burung kehujanan dengan rambut basahnya. Mereka berdua langsung fokus bekerja masing-masing, dan tidak ada yang saling berbicara.Di tempat lain seorang pria sedang berjalan menuju wanitanya yang terbaring di atas brankar. Wanita itu habis menghapus pesan dan panggilan masuk di ponsel suaminya sebelum menghidupkan kembali."Ada yang menelpon?" Pria tersebut duduk di samping sang istri lalu mengelus perut istrinya yang buncit."Tidak ada Mas, tadi aku nggak sengaja memencet tombol off. Sekarang hapemu sudah ku nyalakan lagi." Desi mengulurkan ponsel ke hadapan sang suami dan Virgo langsung mengambilnya."Yasudah istirahat sana, kamu nggak boleh banyak lihat hape, kasihan bayi kita kalau terpapar sinar radiasi terus-menerus. Bukannya kata dokter bayin
"Pagi Tuan! Pagi Pak Aska! Maaf saya sedikit terlambat," ujar Alissa seraya memasuki ruangan."Pagi," jawab Nicholas lalu menyeruput kopi panas di pagi yang begitu dingin akibat hujan di luar yang begitu derasnya."Pagi Alissa! Belum telat kok masih kurang 10 menit jam masuk kerjanya," sahut Aska dengan tersenyum manis. Alissa langsung melihat pada arloji di tangannya."Ah iya, saya pikir sudah jam 7 soalnya Pak Aska sama Tuan Nicholas sudah standby di tempat masing-masing, jadi saya pikir saya telat. Maklum karena terburu-buru jadi lupa lihat jam," jelas Alissa lalu tersenyum canggung ke arah Aska. Saat melirik Nicholas, pria itu terlihat tidak perduli pada sekitar."Tidak apa-apa silahkan duduk. Sudah sarapan?" tanya Aska begitu perhatian. Sontak pria itu mendapatkan tatapan tajam dari Nicholas."Tidak salah kan, saya bertanya seperti tadi?" tanya Aska pada Alissa. Pertanyaan yang sebenarnya ingin menyindir sang bos."Ehem!" Nicholas berdehem lalu bangkit dari duduknya."Tidak kok P
Daripada memikirkan kedua atasannya, Alissa lebih fokus menyantap bubur di hadapan. Dalam hati ia merasa aneh karena tetap bisa menyantap makanan dengan lahap sementara ada orang muntah di sekitarnya padahal sebelum-sebelumnya Alissa tidak akan dapat makan dengan tenang jika mendengar atau melihat orang muntah."Ah mungkin karena aku lagi lapar kali," batinnya.Sesaat kemudian Nicholas keluar dari kamar mandi diikuti oleh Aska juga. Wajah Nicholas tampak pucat dan pria itu terlihat begitu lemas."Kalian tidak apa-apa?" tanya Alissa setelah meneguk air putih."Nggak apa-apa hanya mual saja," ujar Aska sambil kembali duduk di meja kerjanya. Pria itu menyesap kopi hangat lalu terlihat begitu tenang. Berbeda dengan Aska, Nicholas masih terlihat lemas."Tuan Niko tidak apa-apa?" tanya Alissa pada Nicholas yang kini bersandar pada kursi sambil memejamkan mata. Pria itu terlihat mengkhawatirkan.Nicholas mengangkat tangan sebagai jawaban bahwa dirinya memang tidak apa-apa dengan kondisi masi
"Tidak ada, tapi Tuan membuatku bingung." Alissa bersungut-sungut dan Nicholas mendengus kesal."Yang sedang-sedang saja, paham tidak?!""Ya Tuan." Alissa kembali melanjutkan pekerjaan dan kali ini benar-benar begitu hati-hati."Pindah ke depan!""Ya Tuhan, bagaimana ini?" Alissa benar-benar salah tingkah."Dengar tidak?"Alissa diam termenung, dia risih jika harus menyentuh bagian dada Nicholas. Rasanya ia ingin kabur saja dari tempat itu. Berada di samping Nicholas rasanya tidak nyaman. Terutama jantungnya bisa berdetak tiga kali lipat, sungguh tidak aman."Alissa!""Ah iya Tuan?" Alissa gelagapan, dadanya tersentak kaget."Pindah ke depan!" ulang Nicholas. "Jangan banyak melamun jika tidak ingin saya pecat!""Alhamdulillah kalau dipecat," ujar Alissa reflek dan setelahnya ia langsung membekap mulut. Baru sadar kalimat apa yang keluar dari mulutnya."Oh ya? Kalau begitu aku kabulkan, mulai hari ini kamu aku pecat!"Alissa membelalak tak percaya, tapi semoga saja inilah jalan terbaik
"Tuan yakin akan memecat Alissa? Terus bagaimana bisa kita mencari pengganti sekretaris dalam jangka waktu yang begitu singkat?" Meski Aska senang akhirnya Alissa bisa lepas dari Nicholas, namun dia juga merasa khawatir sebab dalam waktu yang lama posisi sekretaris sudah kosong dan Tuan Barata selalu menanyakannya. Sayangnya, Nicholas terlalu pemilih dan setelah mendapat ganti seperti Alissa dengan mudahnya pria itu mencampakkan wanita itu. Kadang Aska bingung, kriteria seperti apa yang Nicholas butuhkan untuk menjadi sekretaris di perusahaan mereka. Kalau begini terus pekerjaan Aska akan semakin sibuk."Kau pikir Alissa bisa lepas dari perusahaan kita? Kau pikir dia akan dapat membayar hutang-hutangnya?" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas jawabannya terkecuali Aska melanggar larangan Nicholas untuk memberi bantuan uang."Jadi ...." Aska menelan ludah, dia langsung tersadar juga Nicholas sengaja untuk mempermainkan wanita itu."Karena semua sudah berkumpul mari kita buka ra
"Apa yang kamu pikirkan? Cepat usut sampai tuntas!""Hah?!" Aska terbengong-bengong di depan pintu. Nicholas yang makan nangka kenapa dia kena getahnya? Aska menggaruk kepalanya bingung."Cari orang yang mengancam mama dan bawa ke hadapanku!" titah Nicholas dengan aura yang begitu menekan."Ah iya Tuan, akan segera saya laksanan." Aska berucap dengan ekspresi bingung.Nicholas mengangguk."Permisi," ucap Aska sambil tersenyum pada Tuan Barata."Ya." Tuan Barata hanya merespon singkat dan Aska langsung bergegas pergi. Sampai di luar ruangan ia menelpon anak buahnya dan meminta bantuan mereka."Papa tenang saja, mereka hanya mengancam. Tak ada video yang mereka maksud sebenarnya." Nicholas mencoba tersenyum pada sang papa, namun hanya dibalas tatapan dingin oleh Tuan Barata."Sebenarnya malam itu ada yang menjebak saya Pa dan membuat saya mabuk berat padahal hanya minum beberapa teguk saja. Papa tenang saja saya hanya numpang pingsan di rumah Virgo." Baru kali ini Nicholas bicara panjan
"Aku hanya bingung, Mas Virgo kenapa berubah seperti ini? Ini juga makanan manusia loh Mas. Ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja dan aku dipecat dari perusahaan dengan membawa beban hutang. Jadi mulai sekarang kita harus makan apa adanya kecuali Mas Virgo mau memberikan gaji Mas Virgo padaku untuk uang belanja.""Enak saja, gajiku untuk tabungan masa depan. Mau Kamu terus-terusan tinggal di rumah kecil seperti ini?" Virgo menatap Alissa dengan tatapan tajam dan menusuk."Aku nggak masalah Mas meskipun rumah kita sederhana seperti ini daripada punya rumah besar tapi kita harus menahan kelaparan.""Tidak bisa! Bagaimanapun kau harus mencari pekerjaan lain Lis. Kebutuhan sehari-hari menjadi tanggung jawabmu sedangkan untuk tabungan masa depan aku yang urus.""Aku capek Mas, Mas Virgo selalu menuntut ini dan itu sedangkan Mas Virgo tidak mau bertanggung jawab dengan keluarga kita. Sebenarnya Mas Virgo uangnya beneran ditabung nggak sih? Atau jangan-jangan sudah habis buat mabuk-mabuka