Share

9. Rumah Sakit

Part Serius.

Jan pada ketawa.

****

Napas Satria sudah lebih tenang setelah dipasang oksigen dan juga infus. Matanya terpejam walau tidak lelap dan Bu Mae masih setia menemani anaknya yang terbaring lemah di brangkar rumah sakit.

Kamar perawatan kelas tiga dipilih Bu Mae karena sesuai dengan kelas BPJS yang dibayarkan setiap bulannya. Untungnya tidak terlalu banyak pasien. Hanya ada dua brangkar yang terisi dan salah satunya Satria.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Seorang perawat masuk dan membereskan brangkar tepat di samping Satria. Bu Mae terbangun dari tidurnya dan saat ingin berjalan ke kamar mandi, ia melihat seorang petugas tengah menyiapkan brangkar. Memasang seprei dan juga sarung bantal. 

"Mau ada pasien baru ya, Sus?" tanya Bu Mae penasaran.

"Iya, Bu. Pasiennya masih di bawah. Ditangani dokter IGD," terang perawat sambil memasang selimut di ranjang.

"Kalau umurnya panjang berarti di bawa ke sini ya, tapi kalau umurnya pendek dibawanya ke kamar mayat ya?" tanya Bu Mae dengan polosnya. Petugas itu tertawa kecil sambil tersenyum. 

"Nenek-nenek pasiennya, Bu. Semoga aja umurnya panjang. Mari, Bu, saya permisi," ucap petugas itu sambil mengangguk pamit. 

Bu Mae ikut tersenyum, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Suasana kamar tenang dan senyap karena hanya ada dua pasien dan dua penunggu saja, sehingga Satria bisa beristirahat dengan tenang. 

Setelah dari kamar mandi, Bu Mae meneruskan tidurnya. Ia menaruh kepala di atas kedua tangan yang melipat di atas tempat tidur. Namun baru sebentar ia terlelap, suara gaduh ditangkap oleh telinganya. 

Rasa penasaran membuat Bu Mae mengintip sedikit. Pasien yang di IGD sepertinya sudah naik, batinnya.

"Pak Asep, Bu Salma, Pak Jaya, siapa yang sakit?" tanya Bu Mae terheran, karena tiga orang yang tadi mengantar Satria dan dirinya, kembali lagi ke rumah sakit. 

"Mak Piah, Bu. Tuh, lihat! Napasnya sesek banget, padahal udah dikasih oksigen," kata Bu Salma dengan wajah iba. Bu Mae tersentak, lalu menggeser tirai penutup dan matanya terbelalak lebar.

Mak Piah tengah terengah-engah dengan posisi setengah duduk yang hidungnya terpasang oksigen. 

"Ya Allah, kok bisa, Bu? Kan yang sesek Satria, kenapa Mak Piah ikutan sesek napas?" tanya Bu Mae bingung. 

Pak Asep, Pak Jaya, dan Bu Salma menutup mulutnya menahan tawa. Ketiganya saling pandang dan akhirnya tawa ketiganya lepas juga.

"Kami menemukan Mak Piah dengan bungkus kon*om yang berceceran di dekatnya. Malah di dekat bibirnya nempel satu. Kalau kata Mak Piah, dia mau niup, tapi gak bisa," jawab Bu Salma kemudian tergelak. 

"Hah? Ya ampun, emang Mak Piah mau main sama siapa? Nggak ingat umur sih! Harusnya kalau gak bisa niup pakai mulut, tinggal ambil kompa sepeda di samping rumah saya," ujar Bu Mae sambil menggelengkan kepala. Pak Asep dan yang lainnya saling pandang, lalu ketiganya berlari keluar ruangan untuk tertawa. 

Puas menertawakan Bu Mae, ketiganya pun pamit pulang dengan menitipkan Mak Piah pada Bu Mae. Anak Mak Piah di Jakarta akan datang  besok, sehingga untuk malam ini mereka minta tolong pada Bu Mae.

Melihat Mak Piah tidur pulas, Bu Mae kembali ke bilik kamar anaknya dan ternyata Satria sudah bangun dan mendengar perbincangan ibunya dan juga para tetangganya. 

"Ya ampun, Sat, lu kenapa nangis?" tanya Bu Mae panik. Wanita itu menyalakan lampu untuk melihat keadaan anaknya. 

"Bu, saya mau pindah kamar aja boleh gak? Saya gak mau sekamar sama Mak Piah," bisik Satria dengan napas masih sedikit terengah-engah.

"Ya gak bisa, Sat. Kelas BPJS kita kelas tiga. Ribet kalau pindah kelas," jawab Bu Mae sambil menggeleng.

"Ya udah, Mak Piah aja pindahin ke kamar mayat, Bu, buat persiapan, bisa gak?" 

Puk!

"Aw!" Satria meringis kesakitan saat tangannya dipukul keras oleh ibunya. 

"Kalau Mak Piah mati, lu yang paling pertama dia ajak main balon. Lu mau?" Satria bungkam, lalu menggeleng keras.

"Udah, tidur lagi! Ini sudah setengah dua pagi." Bu Mae kembali mematikan lampu biliknya.

"Bu, kita banyak duit'kan, kenapa gak masuk ruang perawatan kelas satu atau VIP sekalian? Uangnya disimpan aja emangnya buat apa?" 

"Buat ngawinin lu, trus gak lama buat ngurusin cere lu! Bolak-balik aja terus begitu. Gue Ampe cape. Setelah gue hitung pakai kalkulator, selama setahun ini lu nikah berkali-kali dan cerai juga berkali-kali, warisan bapak lu udah berkurang seratus enam puluh juta. Dah, jangan banyak permintaan. Sekarang lu tidur, biar luar cepat sehat." Bu Mae memejamkan mata dan kembali meletakkan kepalanya di atas tempat tidur.

"Bang Sat, saya mau pipis, bisa tolongin saya gak?" lirih Mak Piah membuat Bu Mae dan Satria saling pandang dengan mata melotot.

"Bu, boleh gak saya doain Mak Piah mati aja?" bisik Satria hanya dengan gerakan bibir, tanpa suara. Bu Mae mengangguk dengan kepala kaku. 

Malam itu juga Bu Mae mengurus kepindahan kamar anaknya ke kelas VVIP, sedangkan Mak Piah dititipkan oleh Bu Mae pada perawat kelas tiga. 

****

Salsa memandang ponselnya yang sepi dari pesan atau pun telepon seseorang. Hanya ada tiga pesan dari tiga lelaki beristri yang terus saja menerornya dan tentu saja itu membuatnya kesal bukan kepalang. 

Sudah dua hari berlalu sejak ia janjian bertemu dengan Satria waktu itu dan sejak saat itu pula tidak ada pesan dari lelaki itu. 

Salsa memang memblokir nomor ponsel Satria karena kesal, tetapi siang ini ia membuka kembali blokir atas nama Satria dan mengirimkan pesan pada nomor lelaki itu. 

"BangKu apa kabar? Lagi ngapain?"

Salsa tak sabar menunggu balasan dari Satria. 

Ting

"Saya lagi sakit, Mbak Salsa. Doakan saya ya."

"Ya Allah, sakit apa, Bang? Udah dekat waktunya emang? Abang'kan masih muda? Maafin kesalahan saya ya, Bang."

"Mbak, saya cuma sakit, bukan lagi sakaratul maut."

****

Kata saya Jan pada ketawa! Masih aja ketawa! 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Maleo
Hahahaha asli sakit perut ngakak
goodnovel comment avatar
Mayadewi Syapriani
ampun dah..yg disini lebih seru daripada yg di aplikasi ungu..
goodnovel comment avatar
Sorheanie Ajeka
ya allah...3 watak yg paling lucy. xberhnti sya ketawa mbak.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status