Pertanyaan yang diberikan oleh sang ayah membuat Moa jadi terdiam seketika. Tidak mungkin Moa mengatakan tentang keberadaan Kazumi apalagi mengatakan bahwa, Kazumi dan dirinya ternyata sudah menikah.Moa mengajak ayahnya bicara hanya ingin mencari informasi, mengapa sang ayah justru membenci Kazumi."Kenapa tidak bicara? Tidak mau menjawab pertanyaanku?"Suara sang ayah terdengar, dan itu membuat Moa menarik napas panjang."Tidak juga. Aku tidak tahu yang di kantor itu Kazumi atau Kazaya, karena aku tidak kenal mereka jadi aku tidak bisa membedakan.""Lalu, kenapa kamu mengatakan bahwa Kazumi itu baik? Jika kamu tidak kenal dengan dia, untuk apa kamu mengatakan bahwa Kazumi itu baik?""Aku hanya menelusuri dia di media bisnis saja, dan orang-orang pun banyak mengatakan bahwa dia baik, jadi aku rasa dia memang baik, hanya saja aku heran, Papi tidak suka dengan dia, mengapa?""Karena dia membahayakan bisnisku.""Kalau Papi mengelola bisnis dengan baik dan jujur untuk apa takut?""Kau in
"Apa yang kamu lakukan? Kalau mau bicara itu di luar aja, jangan masuk ke kamar!" seru Rachel sambil mundur dan mencoba untuk menghubungi petugas keamanan rumah Kazumi meskipun ia sampai sulit melakukan hal itu karena gugup."Jangan berisik, Rachel. Aku tahu, kamu sekarang kesepian, Kazumi bukannya belum ditemukan tapi dia tidak mau kembali, bukan? Itu sudah fakta bahwa dia tidak pernah mencintai kamu!""Diam! Kamu enggak tahu apa-apa! Pergi dari sini, dan jangan menemui aku lagi, aku enggak mau ketemu sama kamu, Radit!""Rachel, sampai kapan kamu membuang waktu kamu untuk si Kazumi itu? Ayolah, buka mata dan hati kamu, hanya aku yang mencintaimu kamu dengan segenap jiwa dan raga!""Tapi aku tidak mencintaimu, Radit! Aku hanya mencintai Kazumi, jadi berhenti meyakinkan aku tentang perasaan kamu, aku enggak butuh itu!""Kazumi terkait dengan Ernesto mafia yang punya bisnis berkedok, apakah kamu tahu hal itu?""Lalu?""Sekarang ini, anak buah Ernesto sedang mencarinya, itu artinya yang
"Bertaruh? Apa maksudmu?" tanya Syena tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Rachel padanya. "Kalau apa yang aku katakan benar, maka kau harus menikah dengan Kazaya, tapi jika kata-kataku salah, kamu boleh menikah dengan Kazumi.""Eh, apa maksudnya itu? Aku enggak mau, Rachel! Aku enggak cinta sama Kazumi, Kazumi itu milik kamu!"Wajah Rachel menjadi suram ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Syena tadi. Membuat Syena harus berhati-hati untuk bicara karena tidak mau ia menjadi pelaku bahwa ia sudah membuat Rachel semakin terluka. "Aku tahu kamu enggak cinta sama Kazumi, tapi kamu cinta sama Kazaya, apa bedanya mereka? Sama, kan? Kalau Kazumi sama kamu, mungkin aku enggak terlalu sesak, minimal aku tahu kamu baik, tapi dengan perempuan bernama Moa itu, entah kenapa rasanya aku jadi tidak percaya bahwa ia benar-benar perempuan yang baik.""Rachel, wajah mereka memang sama tapi karakter mereka berbeda, ketika kita suka dengan seseorang kita bukan terpaku pada wajahnya saja tapi
Alex terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian padanya. Seolah tidak percaya dengan apa yang disimpulkan oleh gadis tangguh tersebut tentang Kazumi yang kemungkinan berpura-pura."Lex, aku tahu kamu berat untuk percaya dengan apa yang aku katakan ini, enggak masalah kok, aku bisa maklum, tapi antisipasi itu perlu, kan? Hati seseorang itu bisa berubah, ya, semoga aja apa yang aku katakan ini enggak benar, tapi menyelidiki itu perlu jangan sampai kamu terlena dengan kata enggak mungkin kamu aja, kamu juga enggak perlu benci dengan majikan kamu, menyelidiki itu untuk mencari tahu kebenarannya, bukan berarti kamu harus membencinya...."Vivian kembali bicara dengan sangat hati-hati. Alex manggut-manggut, merasa apa yang dikatakan oleh Vivian ada benarnya juga. Jika pada awalnya ia membenci saran yang diucapkan oleh Vivian, kali ini tidak. Ia mencoba untuk membuka mata hati dan pikirannya bahwa, apa yang dikatakan oleh gadis itu memang ada benarnya juga. Menyelidiki bukan berarti m
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Syena membuat Bertrand terdiam untuk sesaat. Entah kenapa setiap kali Syena bicara seperti itu padanya, ia merasa tidak nyaman. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hatinya tapi Bertrand tidak mau membantahnya."Aku cuma merasa tidak nyaman karena kamu sudah menjadi istri orang, Syena, jadi aku harap kamu jangan berpikir kalau aku melakukan hal ini karena benci padamu, itu sama sekali tidak benar.""Andai aku belum menikah, apakah sikap kamu akan tetap sama?""Tidak. Tapi mungkin sedikit menjaga jarak.""Karena ayahku?""Ya.""Baiklah, aku paham. Tapi kalau kamu berubah pikiran, aku harap kamu menghubungi nomor aku, ya? Aku benar-benar enggak tahu harus minta tolong sama siapa, aku enggak punya banyak teman.""Apakah ini sangat penting bagimu?""Ya, aku merasa bersalah karena menyebabkan Kazumi kecelakaan, orang yang mencelakakan dia itu ayahku, entah kenapa aku merasa Kazumi dan Kazaya sedang menanggung beban yang berat, jadi aku ingin menyelesaikan sem
Syena tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Kazumi. Kazumi mengangguk membenarkan pertanyaan Syena, dan Syena terjajar ke belakang. Sekujur tubuhnya seolah membeku, tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Kazumi."Ini enggak benar! Bagaimana mungkin kamu menikah dengan seorang perempuan saat kamu sedang hilang ingatan? Ini enggak benar, Kazumi!""Saya bukan Kazumi! Saya Jay, tolonglah jangan memanggil saya dengan nama itu, saya bukan Kazumi!""Kamu itu Kazumi! Perempuan bernama Moa itu sudah mencuci otak kamu! Kamu harus ikut aku pulang sekarang!"Tanpa peduli dengan reaksi Kazumi yang seolah tidak suka ia menyentuhnya, Syena menyambar salah satu tangan Kazumi dan menyeretnya untuk membawa pria itu bersamanya.Tetapi, baru saja mereka beranjak, tiba-tiba saja seorang wanita menghadang mereka hingga Syena mau tidak mau mengurungkan niatnya untuk membawa paksa Kazumi untuk pergi."Ada apa ini? Kenapa kamu membawa paksa suami orang?" katanya p
Pak Boris bicara demikian sambil mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Radit. {Ada apa?}Radit langsung melontarkan pertanyaan seperti itu ketika menerima panggilan dari Pak Boris.{Apakah sekarang Tuan sedang di kantor?}"Tidak, aku sedang di luar, memangnya kenapa? Kamu mau ketemu sama aku? Ingat, aku tidak mau kamu datang hanya untuk mengeluh, aku butuh bukti!}{Sekarang ini aku sedang berada di dekat rumah Kazumi, aku melihat Kazaya yang keluar dari rumah, aku hanya ingin memastikan, apakah saat ini menantu sialanku itu ada di kantor?}{Untuk apa kamu bertanya seperti itu? Kenapa kamu tidak langsung memeriksa saja apakah dia Kazumi atau Kazaya? Kau bilang, Kazaya memiliki tato, kamu buktikan saja pada orang yang kamu lihat sekarang!}{Begitu, ya?}{Ya!}{Kalau ternyata dia Kazaya, bagaimana? Sedangkan kita tidak tahu Kazumi ada di mana? Jika Tuan memeriksa kantornya dan menjamin di sana Kazumi ada, berarti yang di sini memang Kazaya!}{Ya, sudah! Kau pastikan dulu tato itu ada a
Pak Boris membisikkan sesuatu ke salah satu telinga Bertrand dan wajah Bertrand berubah mendengar bisikan tersebut."Kenapa aku harus melakukan hal seperti itu? Apa itu tidak berlebihan? Lagipula, yang tadi itu memang Kazaya, bukan Tuan Kazumi, jadi untuk apa aku membuktikan segala dengan melihat tatonya pula?"Bertrand melancarkan aksi protesnya. Dan mendengar hal itu, Pak Boris semakin menekan ujung pisau yang dipegangnya ke leher Bertrand hingga darah mulai keluar dari kulit leher Bertrand yang tertusuk."Kamu mau melakukannya tidak?" desak Pak Boris tidak sabar, keburu Kazaya tahu apa yang dilakukannya pada Bertrand."Baiklah, aku akan mencoba melakukannya, lepaskan aku!""Aku akan menunggu di persimpangan di mana gang menuju rumah kamu, ingat, jangan macam-macam! Aku akan memberikan uang asalkan kamu mau menuruti perintahku, kalau tidak, kau akan kehilangan kesempatan untuk membeli obat ayahmu!"Setelah bicara seperti itu pada Bertrand, Pak Boris akhirnya melepaskan pemuda itu de
Untuk sesaat, ia justru hanya fokus ke bagian itu seolah ada yang menahan dirinya untuk mengalihkan pandangannya dari area terlarang tersebut."Bagus."Tanpa sadar, Kazaya justru bicara demikian, dan itu membuat Syena menghentikan gerakannya yang sibuk mengancingkan kemeja Kazaya kembali setelah tadi ia membantu untuk memakaikannya.Melihat arah pandangan mata Kazaya, Syena jadi tersadar hingga ia segera menutup bagian bawah pakaiannya yang robek dengan kedua telapak tangannya. Tidak hanya melakukan hal itu, Syena juga membalikkan tubuhnya, agar Kazaya tidak lagi menatap bagian dadanya yang menyembul di bagian bawah.Dia tadi bilang apa? Bagus? Apa kata bagus itu untuk dadaku? Ukh! Kenapa aku jadi berdebar kayak gini, sih? Padahal dia sedang terluka, kenapa sempat-sempatnya menggoda kayak gitu?Syena membatin, tangannya masih ke bagian dadanya dan ia tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang untuk mengatasi perasaannya.Sementara itu, Kazaya yang sadar sudah mengeluarkan celotehan yang
"Aku tidak mau berdebat dengan kamu dalam situasi kondisi seperti sekarang, Rachel. Aku juga tidak peduli dengan apa yang kau pikirkan tentang aku, aku hanya ingin kita semua kembali dalam keadaan selamat."Rachel terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Moa. Rasanya, ingin sekali ia membawa kakinya untuk melangkah sendiri mendekati sang suami, tapi, ia tidak bisa melakukan hal itu karena kedua kakinya sangat sulit untuk melangkah sendiri tanpa dipapah akibat pukulan yang diberikan oleh anak buah Michael ketika ia mencoba untuk menolong Kazumi.Terpaksa, Rachel patuh dengan apa yang dikatakan oleh Moa, tidak mendekati Kazumi dan Alex karena keduanya terlihat sedang terlibat perbincangan serius."Apa, Tuan? Tuan ingin aku meninggalkan Tuan di sini, untuk membawa Nona Rachel segera pulang?" tanya Alex ketika Kazumi memintanya untuk pergi dahulu membawa yang lain sementara ia ditinggalkan saja."Ya. Membawa serta aku dengan kondisiku yang seperti sekarang membuat kalian tidak bisa cepat
"Syena, lu bisa kagak? Kenapa jadi ngelamun sih?" Suara Kazaya membuyarkan lamunan Syena, hingga Syena tergagap, dan berusaha untuk menguatkan hati untuk membuka kancing terakhir yang tersisa. Ketika seluruh kancing sudah dibuka oleh Syena, perempuan itu langsung memalingkan wajahnya karena tidak mau memandang dada dan perut Kazaya yang terekspos ketika kemeja itu sudah terbuka.Namun, Kazaya tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Syena, ia berusaha untuk melepaskan kemeja yang dipakainya meskipun akibat dari pergerakan yang dilakukannya, ia justru merasa kesakitan.Suara Kazaya yang menahan sakit membuat Syena sadar ia tidak seharusnya tidak membantu sampai akhir. Ia berbalik kembali dan menatap ke arah Kazaya yang masih berusaha untuk melepaskan kemejanya. "Kenapa dilepas? Nanti kamu diserang nyamuk!" katanya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Kazaya.Kazaya tidak merespon apa yang dikatakan oleh Syena, ia tetap saja berusaha melepaskan kemeja yang dipakainya sampa
Karena Kazaya tidak kunjung merespon apa yang dikatakannya, Syena benar-benar khawatir sesuatu terjadi pada Kazaya meskipun sekarang mereka duduk berdekatan.Namun, karena pencahayaan kurang baik, Syena tidak bisa melihat dengan jelas kondisi Kazaya, apakah pria itu baik-baik saja, atau justru sebaliknya."Zay. Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Syena untuk yang kedua kalinya. Kali ini, Syena memberanikan diri untuk menyentuh lengan Kazaya dan berjanji agar lebih hati-hati, agar ia tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukannya pada saat di atas.Karena tidak ada sahutan dari Kazaya meskipun Syena berulang kali memanggil dan menyentuh, Syena semakin khawatir, dan segera membalikkan tubuhnya lebih fokus untuk meneliti keadaan Kazaya walaupun situasinya tidak memudahkan Syena untuk melakukan hal itu."Astaghfirullah, kamu berdarah, darah kamu banyak sekali keluar, Zay! Pasti karena tertembak tadi, kan?" Karena tangannya yang meraba tubuh Kazaya menemukan cairan yang
Setelah mengatakan hal itu pada Zill, Vivian bergerak untuk mencari Kazaya dan juga Syena kembali. Zill segera mengikuti Vivian untuk mencari pula Kazaya dan juga Syena, meskipun ia tidak tahu akan ke mana mencari, tapi berbekal informasi yang diberikan oleh Vivian, Zill berusaha untuk membantu pencarian dan berharap Kazaya juga Syena bisa ditemukan dengan selamat.Di waktu yang sama, Kazaya dan juga Syena yang terjatuh ke jurang tergeletak begitu saja setelah terguling menerobos semak belukar yang tumbuh liar. Kazaya membuka mata, untuk sesaat ia tidak bisa bergerak karena sekujur tubuhnya terasa sakit dan remuk. Ia yakin ada yang terluka dari bagian tubuhnya karena ia merasa di titik tertentu rasa sakit itu begitu nyata.Namun, ketika ia ingat dengan Syena, pemuda itu segera berusaha bangkit dengan mengerahkan sisa energi yang dimilikinya.Sampai akhirnya, ia melihat Syena tergeletak tak begitu jauh dari tempatnya terbaring hingga Kazaya segera beringsut untuk mendekati wanita itu
Setelah mengatakan hal itu pada Vivian, pria itu mengarahkan jarum suntik pada leher Vivian meskipun Vivian berusaha untuk melepaskan diri dari pijakan kaki anak buah Michael itu untuk bisa selamat. Perlawanan Vivian tidak membuat wanita itu bisa menyingkirkan kaki anak buah Michael yang menginjak punggungnya, karena beberapa anak buah Michael yang lain ikut menginjak bagian tubuh Vivian yang lain agar Vivian tidak bisa melakukan pergerakan.Ketika sejengkal lagi ujung tajam jarum suntik itu menembus permukaan kulit Vivian, tiba-tiba saja seseorang berpakaian serba hitam muncul dan langsung menyerang anak buah Michael yang sedang ingin mengeksekusi Vivian.Serangan itu membuat jarum suntik yang dipegang oleh pria yang ingin mengeksekusi Vivian terpental dan jatuh ke semak belukar. Yang memegang jarum suntik itu sendiri ikut terpental akibat tendangan yang dilakukan oleh seseorang yang baru datang tersebut. Pertarungan terjadi antara anak buah Michael dengan penolong Vivian. Vivian
"Syena, lu denger gue kagak?" Kembali Kazaya memanggil, kali ini suaranya lebih tegas meskipun masih berbisik khawatir orang-orang di atas mereka tahu, mereka ada di bawah.Syena tetap tidak menyahut, ia menutup matanya, berusaha keras untuk tidak mau terlibat pembicaraan dengan Kazaya karena ia sekarang bingung harus bersikap seperti apa.Gue tahu dia denger suara gue, kenapa dia kagak mau merespon panggilan gue? Pura-pura budek, lagi....Kazaya membatin, ia segera mencari cara untuk mendekati posisi di mana Syena berada. Menggunakan dahan yang menjulur ke arahnya, Kazaya melakukan pergerakan, tapi ternyata dahan yang ia pegang tidak terlalu kuat untuk menopang tubuhnya, hingga patah dan kini hanya satu dahan dengan satu tangan Kazaya saja yang menahan tubuh adik kembar Kazumi tersebut agar tidak meluncur jatuh ke bawah.Keributan yang dilakukan oleh Kazaya, membuat para anak buah Michael di atas sana memperhatikan ke bawah. Kazaya sadar sedang diperhatikan, ia berusaha untuk tidak
Vivian tidak terima dikatakan ingin membunuh Syena. Dan sebenarnya, Kazaya percaya itu, sebab, ia melihat hal itu dilakukan oleh Vivian pada Syena, tapi mengapa Syena justru melarikan diri?"Gue percaya lu kagak mungkin punya pikiran buat bunuh dia, tapi kalo ngomong nyakitin hati, gue percaya."Vivian membuang napas mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya, dan itu membuat ia menghentikan langkahnya yang sedang ikut mencari Syena."Apa dia se-baper itu? Aku cuma bicara tentang ayahnya dan niat dia apa, dia langsung marah.""Buat apa lu ngomong soal ayahnya?""Ayahnya itu bekerjasama dengan kaki tangan mafia, dan aku enggak suka dia masuk dalam keluarga besar kamu karena itu pasti akan membuat keluarga kamu dapat masalah!"Sebenarnya, yang dikatakan Vivian itu benar, Syena dan bokapnya itu udah bikin masalah gede di keluarga gue, hidup gue jadi sibuk karena dia, tapi masa iya, Syena segitu niatnya buat merusak?Hati Kazaya bicara, sambil terus mengedarkan pandangannya siapa tahu, soso
Kazaya mengerutkan keningnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian padanya. Ia tidak paham, mengapa Vivian bisa mengucapkan kalimat seperti itu padanya, hingga sampai melakukan hal yang tidak ia duga sama sekali."Lu itu ngomong apaan, sih? Gue kagak ngerti, gue kagak menghargai lu dalam rangka apa? Gue nyakitin lu lagi?" kata Kazaya tanpa ingin melepaskan cengkraman tangan Vivian pada pundaknya meskipun ia merasa pegal sudah dicengkeram seperti itu oleh Vivian.Vivian yang mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh Kazaya hanya bisa terdiam, napasnya memburu, pertanda perempuan itu sedang menahan amarah yang membuncah dalam dirinya.Beberapa saat kemudian, ia melepaskan cengkraman tangannya dari salah satu pundak Kazaya, lalu berbalik mundur menjauhi Kazaya. Perempuan itu mengusap wajahnya dengan kasar."Lupakan! Kita harus cepat pergi dari sini, tempat ini enggak aman, aku sudah memantau sampai beberapa meter di depan sana, anak buah si pirang itu akan menyisir hutan ini, j