Di setiap kataku
Ku sampaikan cinta ini
Ohh cinta kita
Ku tak akan mundur
Ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu mencintaiku
Tuhan ku cinta dia
Ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir
Tuhan ku cinta dia
Ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir
"Kamu kenapa Kaina?"
Bunyi piano yang dimainkan oleh Kaina seketika terhenti, membuat Kaina menoleh ke arah sumber suara.
"Eh kak Feby, aku gapapa kok memangnya kenapa?" ucap nya menanyakan balik.
"Sudah beberapa minggu ini aku melihat kamu selalu memainkan piano di studio musik ini dan aku sering mendengar kamu menyanyikan lagu-lagu sedih, apakah kamu ada masalah?"
Kaina tersenyum ke arah Feby berusaha untuk menutupi masalah yang ia hadapi saat ini.
"Tidak aku hanya kesepian di rumah jadi aku ke sini,"
Feby pun mengangguk paham. Dia menyangka bahwa Kaina hanya tinggal sendirian di rumahnya, yang Feby tau bahwa Kaina adalah anak yatim-piatu yang tinggal dengan ibu tirinya yang sangat jahat.
Tetapi itu salah, sekarang Kaina sudah di nikahkan oleh ibu tirinya dengan seorang pengusaha muda yang kaya. Setelah itu ibu tirinya meminta uang dengan jumlah yang begitu besar lalu dia menyerahkan Kaina sepenuhnya kepada pengusaha tadi. Namun sayang dalam pernikahan tersebut suami Kaina tidak mencintainya. Dia hanya ingin membalaskan dendam saja terhadap kakak sepupu Kaina yang sangat menyayangi Kaina.
Pengusaha muda dan kaya tersebut bernama Brian Wilson, Pria yang di tinggalkan begitu saja oleh Tita yang tidak lain adalah kakak sepupu Kaina.
Tita terpaksa harus meninggalkan Brian kekasih tersayangnya. Dia terpaksa meninggalkannya hanya karena ancaman dari pria lain yang juga mencintainya.
Pria itu sekarang sudah menjadi suami sah Tita. Dia mengancam akan membunuh Kaina sebab itulah senjata ampuh untuk membuat Tita lemah. Tita tidak bisa berbuat apa apa jika adik sepupunya yang begitu dia sayang terancam oleh orang lain hanya karena dirinya.
"Suara kamu merdu bagaimana jika kamu menyanyikan sebuah lagu yang sangat kamu suka di acara kakak, iya jika kamu mau?" tawar nya.
Kaina mengerutkan kedua alisnya bingung.
"Maksudnya apa sih kak, aku gak paham." Kaina cengengesan sambil menggaruk kepalanya bingung.
"Begini lima hari lagi kakak ada acara gitu di butik dan kakak mau kamu mengisi acara juga di acara itu."
"Nyanyi kak?"
"Iya, mau kan?"
"Gimana ya kak aku takut grogi dan takut menghancurkan acaranya kakak, aku tidak pernah tampil di depan orang banyak," tolak Kaina dengan lembut.
"Kaina suara kamu merdu dan juga kamu cantik, kakak yakin seratus persen kamu bisa dan bahkan kamu akan nampak seperti bintang di lihat semua orang! Tunjukan bahwa Kaina itu punya bakat perlihatkan pada mereka, baiklah kamu bisa pikirkan lagi kakak tidak mau memaksa Kaina kok kakak hanya berharap bahwa Kaina bisa dateng udah itu aja," tuturnya lalu tersenyum manis.
Feby adalah seorang pengusaha yang sukses dan begitu baik kepada semua orang. Dia tidak membeda-bedakan dan mau berteman dengan siapapun. Ia pemilik studio musik tersebut serta seorang desainer di butik miliknya yang sangat besar dan terpopuler itu.
"Ini." Feby menjulurkan sebuah undangan kepada Kaina.
Kaina bangun dari duduknya.
"Untuk aku?" tanya Kaina lalu menerima undangan tersebut.
Feby menganggukkan kepala.
"Iya itu untuk kamu, kakak yakin bahwa Kaina bisa hadir dan bernyanyi di atas panggung nanti untuk masalah biaya kakak akan bayar kamu, bagaimana?"
"Ah kak Feby bisa saja, gak usah nanti seumpama aku bisa hadir aku akan hadir," balas Kaina.
"Yasudah kakak pergi dulu, oh iya jangan lupa bawa pasangan mu juga ya? hehehe."
Feby kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Kania hanya tersenyum mendengar ucapan Feby tadi.
*
Kaina melangkahkan kakinya di halaman rumah suaminya yang begitu besar dan sangat luas sekali hanya saja rumah tersebut sepi penghuninya.
Orang tua Brian tinggal di London, di rumah kakek Brian sedangkan di rumah tersebut hanya ada Brian Kaina adiknya Brian yang bernama Rangga serta dua orang pembantu satu satpam dan dua orang pak kebun.
Kaina masuk ke dalam pintu masuk. Dia melihat suaminya yang kini sedang duduk di sofa ruang tamu dengan suasana wajah yang begitu lelah dan letih.
"Kamu baru pulang?" tanya Kaina mencoba untuk menghampiri Brian.
Brian mendesis keras. "Jangan mendekat sana pergi," ucapnya.
Ketika mendengar penuturan Brian tadi Kaina langsung menunduk dan mengangguk.
Dia langsung berjalan menuju ke arah kamarnya sendiri meskipun mereka sudah sah menikah tetapi tempat tidur mereka tidak dalam satu ranjang, Brian meminta Kaina untuk tidur di lantai bawah dan dia tidak mau melihat Kaina mendekati dirinya serta dia juga telah berjanji kepada Kaina untuk tidak menyentuhnya. Brian juga telah mengatakan kepada Kaina bahwa dia menikahi Kaina hanya untuk membalaskan dendam saja kepada Tita.
Kaina membuka korden kamarnya, ia melihat ke arah luar jendela, air hujan yang deras menghalangi pandangan Kaina. Di malam ini hujan turun dengan sangat derasnya membuat Kaina semakin cemas terhadap Rangga sang adik ipar."Rangga sudah pulang apa enggak ya? Hujan sangat deras malam ini," ujar Kaina berbicara sendiri.Kaina menutup kembali korden lalu dia berjalan menuju keluar kamar."Bik...bibik...bik," teriak Kaina di ruang tengah.Tidak lama salah satu pembantu keluar dengan sangat terburu-buru, dia bernama bik Ima."Iya non, ada apa?""Rangga sudah pulang bik?""Belum Non, Aden Rangga dari tadi pagi waktu berangkat ke sekolah belum datang Non.""Dari tadi pagi?" Kaina terkejut. Dia semakin cemas terhadap Rangga."Iya Non.""Yasudah bibik makasih, bibik boleh istirahat ke belakang lagi.""Iya Non
Setelah selesai membersihkan tubuhnya dan juga selesai membereskan kamar miliknya Kaina langsung keluar dari dalam kamar, ia pergi ke dapur untuk memasak.Luka di dahi nya juga sudah di obati semalam. Hari ini adalah hari minggu, biasanya hari ini adalah jadwal Kaina untuk memasak di satu hari full dari sarapan pagi siang dan malam.Kaina juga sudah meminta kepada para pembantu untuk menuruti kemauannya memasak satu hari full di hari minggu meskipun pembantu sudah menolaknya namun ia masih tetap kekeh untuk memasak.Kaina terlahir dari keluarga yang sederhana, patut saja dia tidak bisa berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Setiap hari Kaina selalu membantu pekerjaan para pembantu meskipun pembantu tidak mengizinkan nya.Saat Kaina ingin menutup pintu kamar tanpa sadar Brian sudah berada di ruang tengah, dia menatap Kaina sekilas."Bik...bibik."Bri
Clek. (Suara pintu terbuka)Kaina membuka pintu kamar Rangga dengan membawa nampan yang berisi sarapan serta susu cokelat hangat dan kotak obat. Dia berjalan dengan sangat berhati hati ke arah Rangga yang duduk di atas ranjang dengan pandangan yang menatap ke arah luar jendela.Ketika mendengar pintu kamarnya terbuka Rangga langsung menoleh ke arah pintu sebentar lalu dia memandang ke arah luar jendela lagi."Ngapain lo kesini?" tanya Rangga dengan pandangan yang masih tidak ingin beralih."Eee...ini kakak bawa sarapan untuk kamu, kamu pasti belum makan dari tadi malem! Kakak juga bawain kamu kotak obat buat ngobatin luka kamu," jawabnya.Rangga tersenyum. Dia nampak tidak percaya dengan itu.[Hati ini orang terbuat dari apa sih? Heran gue, udah gue cuekin eh malah tetep aja baik ke gue,] batin Rangga di dalam hatinya bingung.
"Mas Brian lepasin! Lengan aku sakit!" pinta Kaina berusaha untuk melepaskan genggaman keras tangan Brian di lengan mungilnya. Brian langsung menghentikan langkahnya. Sekarang mereka berdua sudah berada di depan gudang."Sakit? Sudah tau sakit kenapa kau malah ikut campur urusan aku, Hn? Apa kamu sudah siap mati di hadapan aku sekarang?" tanya Brian.Kaina menunduk mendengar ancaman itu keluar dari mulut Brian dengan sangat jelasnya."Maaf mas tapi aku kasian sama Rangga dia____""APA HUBUNGANNYA RANGGA DENGAN KAMU GADIS TOLOL?"Teriakan itu berhasil menghentikan ucapan Kaina. Sekarang Brian sudah benar-benar murka, ia tidak suka orang lain ikut campur dalam urusan pribadinya."I-iya mas, a-aku aku mengaku salah." Kaina gemetar."Aku sebenarnya capek sekali untuk selalu berurusan dengan perempuan bodoh tolol bahkan goblok seperti kamu. Tapi
Brian berdiri di dekat jendela, ia menyibak korden lalu melihat ke arah luar dari kamarnya yang berada di lantai tiga. Brian terus memandangi hujan yang turun begitu deras malam ini, sudah beberapa hari hujan turun di malam hari.Brian memandangi hujan itu lumayan lama tiba-tiba dia teringat dengan anak perempuan bertubuh mungil. Anak perempuan baik hati yang mau berteman dengan dirinya di waktu kecil meskipun semua teman Brian yang lain sangat enggan untuk berteman dengan Brian."Aku merindukan kamu anak perempuan baik hati! Aku yakin kamu sudah besar sekali namun aku meninggalkan kamu tampa pamit terlebih dahulu maaf, maafkan aku yang tidak bisa menepati semua kata kata aku. Jujur, aku sangat merindukan kamu jika ada waktu aku akan pergi ke Surabaya untuk menemui mu lagi, bahkan meminta maaf kepada kamu," ujarnya.Brian memejamkan mata, berusaha untuk mengontrol dirinya agar tidak terlarut dalam suasana.Brian melihat
"Dia aku kurung!"Tita semakin geram dengan kelakuan Brian."Biadap! Laki laki gak ada akal sehat! Rendah sekali harga dirimu menjadi seorang laki laki! Bisa bisanya berbuat jahat pada perempuan. Kamu itu Eeeeeeeh.... BRENGSEK SEKALI! Cepat kasih tau di mana Kaina sekarang."Brian tetap diam dan tenang tanpa merasa bersalah sedikit pun."JAWAB BRIAN!" Teriak Tita.Brian diam beberapa detik. "Lebih baik kamu pulang saja. Gak ada gunanya juga kamu disini, lebih baik pergi." Brian menunjuk ke arah pintu."Sungguh menyesal aku pernah mencintai kamu Brian! Laki laki biadap paling gila yang pernah aku temukan di dunia ini adalah kamu. Brian Wilson." Tita menekan suaranya ketika menyebutkan nama panjang Brian dengan sangat kesalnya."Silahkan pergi Nona, aku sudah meminta mu dengan sangat lembut bukan? Jadi pergilah sebelum aku berperilaku kasar terhadap dirimu." ucap Brian
"Bos, gue mau lo bunuh kakak kandung gue! Gue capek liat dia yang selalu berlagak hebat dan selalu berperilaku benar, gue mau lo hajar kakak kandung gue hingga mati pun gapapa. Gue sudah ikhlas banget malahan terima kasih banget." Nyerosos Rangga tanpa rem di hadapan Kai.Pria yang bernama Kai hanya bisa menganga melihat salah satu anak buahnya tiba tiba aneh mendadak."Mau kan boss?" tanya Rangga memaksa."Gue mau tanya sama lo? Lo waras nyuruh gue habisin nyawa kakak kandung lo, ah?""Gue masih waras boss, gue mau ngelakuin ini karena gue udah gak kuat dengan semua kelakuannya yang semenah menah ke gue! Gue capek di larang dan selalu salah di mata nya."Kai menggaruk garuk kepala nya bingung. Dia masih belum tau persis seperti apa masalah Rangga tersebut namun Rangga sudah mendesak dirinya untuk menghabisi langsung kakak kandungnya sendiri."Masalahnya itu gue gak bisa hajar o
Kaina duduk di lantai sebelah kanan ranjang kamar tidur, memeluk erat kedua lututnya. Diam merenungi jalan hidupnya yang tidak sesuai dengan keinginan nya.Tangisan itu tidak pernah berhenti di pipi Kaina. Setiap hari dia akan selalu menangis bahkan di perlakukan kasar oleh Brian dengan seenaknya."Kapan aku mati? Aku sudah sabar dengan semuanya, aku sudah berusaha ikhlas dengan semuanya, tapi apa? Apa yang aku dapat? AKU MENANGIS SETIAP HARI DI DALAM KAMAR INI TUHAN!" teriak Kaina meluapkan kekesalannya.Nafas Kaina ngos ngosan, jantung nya berdetak kencang bahkan tangisan itu semakin deras. Setiap hari Kaina berteriak di dalam kamar nya meluapkan amarah nya tanpa seorang pun yang tau.Setiap ruangan di rumah Brian memang di buat kedap suara bahkan di gudang pun juga sama seperti itu, jadi semua orang bebas berteriak dan membicarakan sesuatu yang rahasia di dalam ruangan nya masing-masing. Ti