Share

Rasa 6 :: Harapan yang Terhalang Benci

Seseorang menahan lengan Livia saat gadis tersebut baru saja keluar dari ruang loker. Menoleh, mata gadis ber-hoodie kuning cerah itu membulat mirip kelereng kala melihat siapa pelakunya. Ada sorot antipati yang terpancar dari kedua matanya. Dalam hitungan detik, dia membebaskan lengannya dari jemari laki-laki itu dengan sekali sentak.

Aro tidak memaksa. Namun, tubuhnya yang tegap berdiri menjulang di hadapan Livia.

Livia mendongak dan menantang lewat sorot mata.

Paham jika makna dari pancaran mata gadis tersebut adalah "apa maumu?", Aro menarik napas singkat. Kemudian, dia berkata, "Kamu mau pulang, kan? Bareng aku saja."

Livia mengeraskan rahang. Dia tidak menyangka jika sekarang Aro punya muka badak. Bukankah jelas jika dirinya memberi sinyal tidak suka sejak awal pertemuan mereka? Kenapa Aro masih saja memasang wajah biasa seperti sekarang ini?

Emosi Livia terpancing hanya dengan itu. Dia lantas mendorong dada kiri Aro menggunakan lengan sembari berlalu dengan cepat. Sebuah tas ran
Fiieureka

Terima kasih sudah mampir ke sini. Semoga suka dan berkenan mengikuti kisah mereka sampai akhir. With Lovee, Fiieureka

| Like
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status