Share

Toko Perhiasan

"Mbak Lova, kita sudah sampai di alamat tokonya!" Ucap Jarwo sambil mematikan mesin mobilnya.

Lova melirik dari dalam mobil, nama toko itu The Sun Diamonds. Toko yang cukup besar, namun lampu-lampunya sudah sedikit redup sepertinya hendak tutup karena sudah malam.

"Mbak Lova, saya mohon maaf! Saya tidak bisa nungguin soalnya istri saya mau melahirkan, katanya sudah pecah ketuban, Mbak! Mbak Lova gak apa-apa kalau pulang sendiri nanti?" Kata Jarwo lagi sebelum Lova turun.

"Oh, oke! Nanti saya bisa pakai taxi online, makasi ya, Bang!" Lova lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Jarwo, "untuk tambahan biaya lahiran," kata Lova lagi.

Betapa senangnya hati Jarwo karena di beri uang dengan jumlah yang lumayan sekali, dia jadi tidak perlu khawatir untuk masalah lahiran istrinya nanti.

"Wah, makasi banyak! Mbak Lova selalu baik sama saya! Nanti kalau anak saya perempuan mau saya kasih nama Lova juga," ucap Jarwo dengan mata berbinar melihat uang itu.

"Jangan, Bang! Abang gak mau kan kalau nanti anak Abang jadi penipu seperti saya!"

Jarwo kemudian terkekeh mendengar perkataan Lova. Lova pun menepuk pundak Jarwo sambil kemudian turun dari mobilnya. Matanya tercengang saat melihat gambar berlian yang terpasang di depan toko itu.

Dia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya, dia mau kemari hanya untuk cincin berlian. Dia tak peduli dengan pria beristri itu, yang dia perlukan hanya cincin berliannya dan pulang.

Dari seberang jalan ada seorang laki-laki yang berdiri, dia memperhatikan perempuan dengan gaun seksi yang baru saja turun dari mobil yang terparkir di depan toko perhiasan. Itu Barna, dia tadi berhasil mendapatkan batu berlian dari seorang Tante-Tante yang sedikit lengah saat Barna menawarkan brosur jual beli mobil bekas pada Tante itu. Tante itu terpesona akan ketampanan Barna, tanpa sadar Barna sudah mengambil batu berlian berwarna biru dari dalam tas Tante itu.

"Sasaran empuk," gumam Barna dari seberang jalan. Mobil yang di tumpangi perempuan itu rupanya pergi, kini dia memicingkan matanya dari jauh saat melihat tas tangan si perempuan itu. Rasanya dia pernah melihat tas itu, kembali dia berusaha mengingat dimana dia melihatnya.

Sementara Lova melangkahkan kakinya dan langsung masuk ke dalam toko dan di sapa oleh seorang perempuan di sana, "selamat malam, apa benar dengan Ibu Cherry?" Tanya perempuan berpakaian rapi itu.

Lova sedikit kaget karena perempuan itu bisa tahu nama Cherry.

"Iya, saya Cherry!" 

"Bapak sudah menunggu di dalam, mari saya antar." Perempuan itu berjalan duluan mengarahkan Lova ke suatu ruangan. Ternyata di dalam toko ini ada kantor yang di dalamnya di desain sangat mewah seperti desain hotel bintang 5.

Di dalam Pak Mahen sudah menunggu Lova, sambil memegang sesuatu di tangannya. 

"Selamat datang, Cherry manis!" Sambut Pak Mahen sambil merentangkan tangannya dan memeluk Lova tanpa canggung. Terlihat jelas kalau Pak Mahen ini sudah terbiasa dengan perempuan. 

Lova mendengus kesal, dia sangat benci dengan pria tua genit. 

Pak Mahen lalu membuka kotak perhiasan yang ada di tangannya, betapa berbinarnya mata Lova melihat cicin bermata berlian berwarna pink itu di hadapannya. Pak Mahen lalu mengeluarkan cincin itu dari kotaknya dan meraih jemari tangan kiri Lova, dia menyelipkan cincin itu di jari manis Lova.

"Cincin yang manis untuk perempuan manis," bisik Pak Mahen di telinga Lova. 

Lova senang bukan main mendapatkan hadiah cicin yang katanya seharga 500 juta ini. Matanya terus berbinar seakan cahaya berlian itu terpantul di manik matanya, senyumnya tersimpul sambil terus menatap jari manisnya yang sudah di hiasi cincin bermata berlian itu.

Pak Mahen memulai tujuannya, dia mendekatkan bibirnya ke leher Lova menciumnya sambil memberi tekanan yang membuat Lova sedikit mendesah, namun sesungguhnya Lova mendesah karena kesal.

Tua bangka brengsek! Batin Lova.

"Mas, sepertinya aku harus pamit karena sudah malam, terima kasih cincin cantiknya," Lova melepas paksa bibir Pak Mahen yang sedang nikmatnya menjelajahi leher Lova, dia segera membalikkan badannya hendak mengambil langkah seribu untuk pergi. 

Namun tangan Lova di tahan kuat oleh Pak Mahen, dia tak bisa melanjutkan langkahnya, lagi-lagi Lova mengumpat kata-kata kasar dalam batin.

"Mau kemana sih, Cherry sayang? Kan kamu baru sampai, buru-buru banget!" Pak Mahen memeluk tubuh Lova dengan kuat dari belakang, tangan Pak Mahen mulai meraba dan meremas dada Lova yang langsung segera di tangkis oleh Lova.

"Lho, kenapa sayang? Bukannya ini yang kamu mau? Tadi di sana kita kan gak bisa leluasa, tapi kalo di sini aman! Pacar kamu gak ada, istri saya gak ada, dan semua CCTV di toko ini sudah saya matikan, jadi istri saya gak akan tahu kamu kesini!" Bisik Pak Mahen di telinga Lova dan lalu mencium pipi Lova.

Lova sudah tidak tahan dengan sikap pria tua genit ini, dia melepas satu high heelsnya kemudian mengetuk kepala Pak Mahen dengan ujung heels yang tajam itu. Pak Mahen refleks melepas pelukannya karena kepalanya terasa sakit akibat benda itu.

"Jangan macam-macam, saya kesini cuma mau datang sesuai janji kamu yang mau memberi saya cincin gratis," Lova membentak kesal dia sudah menjauhkan badannya dari Pak Mahen sambil tetap memegang high heelsnya di tangan.

Pak Mahen tertawa, "gratis? Cherry sayang, cincin itu memang saya beri gratis, tapi kamu juga harus tahu diri bagaimana caranya menunjukkan 'terima kasih' sebagai balasannya!" 

Mata Pak Mahen kembali di kuasai oleh nafsu, apalagi melihat belahan dada Lova di balik gaun seksinya. Seluruh karyawan toko sudah pulang, hanya tersisa mereka berdua di sana.

"Jangan dekat-dekat! Atau aku teriak!" Lova kini melepas satu high heelsnya lagi, sepasang high heelsnya sudah dia pegang di kedua tangan. 

Pak Mahen terlihat tak takut dia malah terus mendekati Lova, "teriak saja, teriak sekeras-kerasnya, atau kamu mau mendesah karena nikmat? Silahkan, karena semua karyawan saya sudah pulang, jadi kamu bisa bebas kalau mau mendesah keras-keras, sayang!" 

Ah, kakek tua brengsek! Batin Lova lagi, Lova tak mau kalau keperawanan yang dia banggakan harus berakhir dengan pria tua ini. 

Pak Mahen berlari ke arah Lova, dia menahan kedua tangan Lova yang membawa high heels itu dengan kuat. Kali ini Pak Mahen berhasil mencium bibir merah Lova, melumatnya dengan penuh nafsu dan kasar. Lova berontak, berusaha melepaskan bibirnya dari bibir Pak Mahen, dia lalu menaikkan satu lututnya menendang aset terbesar milik Pak Mahen yang berada di bawah perutnya itu. Pak Mahen meringis melepas bibirnya dari bibir Lova, dia kesakitan sambil memegang asetnya itu.

Lova panik dia segera berlari ke pintu, rupanya Pak Mahen kembali mendapati tubuh Lova. Dia menarik paksa bahu Lova membuat gaun bagian bahunya robek sehingga belahan dada Lova semakin terlihat jelas. Lova melepas paksa tangan Pak Mahen, dia tetap berontak dan lalu menggunakan sikunya untuk mendorong dada Pak Mahen dengan keras. Kakinya dia terbangkan ke perut Pak Mahen sehingga seperti pendekar di Kera Sakti. Pak Mahen pun tersungkur di lantai sambil merintih.

"Ucapan 'terima kasih' ku akan sampai ke istrimu, ingat itu Pak tua!" Lova segera mengambil langkah seribu keluar dari ruangan itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
di luar, Barna dah nunggu 🌝
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status