“Enggak Ma, capek aja, kuliah nggak kelar-kelar.” Rasanya terlalu cepat jika aku protes, sebab bahkan Mama dan Ayah saja belum membicarakan akan hal itu.
Takut bila saja Agus berkata bohong, kan bisa mati gue.
Padahal sebenarnya satu tahun lagi aku akan mendapatkan gelar S2, jangan tanya jurusan apa, Sebab jurusan yang aku tekuni merupakan pilihan Ayah agar nantinya dapat membantu menjalankan bisnisnya sebelum Agus benar-benar matang sebagai penggantinya nanti.
Intinya aku hanya manut dan tinggal menggunakan kecerdasan yang lumayan ini, untuk menjalankan tugas dari Ayah. Dih, sombong!
“Kenapa? Pengen cepet nikah sama Genta?” Astaga! Kenapa Mama malah menanggapi dengan perkataan yang bahkan aku tak menginginkan sama sekali.
Aku bahkan tak ingin cepat-cepat menikah. Masih ingin bebas dengan duniaku yang kelihatannya sangat monoton
“Ih, Mama kok gitu sih!” Meski tak ingin, namun kenapa perka
Aku tak benar-benar menganggap serius ucapan Papa soal akan melamar Alyah secara resmi. Namun jujur dalam hatiku aku begitu berharap.Dosakah aku? Jika sampai itu terjadi, akulah pihak yang diuntungkan. Aku telah benar-benar jatuh cinta pada sosok berhijab itu. Bahan pertemuan dengannya tak pernah aku bayangkan. Jika saja aku menemukannya sejak dulu, mungkin perkenalan kita tak akan sesingkat ini hingga menghadirkan kecanggungan.Saat makan siang, aku ingin mengajak Papa solat jamaah, namun bahkan dia sudah tidak ada. Saat bertanya pada orang, ternyata sudah dari tadi ia keluar.Apakah ucapannya tadi malam benar-benar akan ia lakukan? Tak begitu berharap tapi jika benar, aku akan sangat senang. Saat jam kantor telah usai, Aku dan Papa pulang dengan satu mobil. Dan benar saja, ternyata sesuai keinginan bahwa hubunganku dan Alyah akan segera diresmikan.Apakah aku bahagia? Tentu, namun adilkah ini untuk Alyah?“Mac, Papa sudah bicara sama om Rakhman tadi, dan beliau setuju untuk seger
Aku memang berniat memberikan cincin yang aku beli itu sebelum acara lamaran resmi digelar. Meyakinkan dia, bahwa hubungan ini memang perlu diperjuangkan.*Waktu cepat berlalu, pagi kini sudah menyapa. Pagi lain seperti biasanya, bahkan mungkin akan menjadi salah satu hari yang bersejarah.Saat sedang asyik bekerja, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerja Genta, ternyata itu sekretaris Papanya.Tak seperti biasanya, laki-laki itu masuk ke ruangan Genta, hingga menimbulkan pertanyaan besar.“Pak, ada yang mencari bapak di bawah sudah kami usir tapi dia tetap memaksa untuk bertemu dengan Bapak”Pemuda itu mengernyit heran, siapa gerangan yang mencarinya apakah salah satu dari mantan-mantannya?“Siapa? Pernah datang ke sini?” tanya Mackenzie untuk menghalau rasa penasaran
_Tak perlu khawatir, aku hanya akan berbicara saja, bukan kembali menyerahkan hatiku untuknya. Bagiku masa lalu hanya pantas dikenang bukan kembali diulang_‘Kenapa bang Genta belum datang ya? Ini sudah jam setengah dua siang lho’ Alyah bermonolog sendiri di dalam kamar sembari mondar-mandir tak jelas.Hatinya benar-benar risau. ‘Apa rencananya dibatalkan?’ pikirnya mulai berkecamukMencoba meneraka apakah semua chet tadi malam itu hanya sebuah mimpi saja. Berkali-kali bahkan ia membaca ulang chet tersebut. Tiba-tiba muncul sebuah ide demi menuntaskan rasa risaunya.Ia mencoba mengirimkan pesan pada Anin, untung waktu itu ia menyimpan nomor adik laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi calon suaminya itu. [Dik, Kak Mac, lagi sibuk ya?] Isi pesannya pada Anin. Terkirim bahkan langsung centang dua.[Nggak tahu Kak, memangnya ada apa? Kangen ya!?] Tak berselang lama pesan yang ia kirimkan sudah mendapatkan balasan. Pikirnya ini bukan saat yang tepat untuk menanggapi candaan Anin. B
“Bahkan soal keyakinan, aku siap beralih demi kamu, aku akan mengikuti apa pun maumu. Tak ada lagi selingkuh Mac!”Nampaknya tak hanya ada buaya jantan, namun juga ada buaya betina.Banyak berbicara yang bahkan lebih tepat disebut dengan perdebatan. Bahkan keduanya kini telah menjadi obyek yang paling banyak dilihat seperti tonton.Perdebatan keduanya tiba-tiba berhenti karena nada dering ponsel dari saku Genta.Laki-laki itu bahkan hanya meraba dengan mata terus menatap tajam ke arah Sanga mantan.“Shit...! Eh, astaghfirullah” Bagaimana aku bisa lupa!Ucapannya saat menyadari tangannya telah menyentuh kotak yang tadi pagi ia persiapkan. Kotak cincin berwarna biru dengan permata didalamnya.Ia tersadar, bahwa dengan berbicara pada wanita ada lalunya adalah sebuah kesalahan besar. Bahkan karena hal itu, ia sampai lupa bahwa ia sudah membuat janji pada gadis bernama Alyah, yang kini bahkan risau menunggu kedatang
_Tersenyumlah, aku akan menganggap itu sebagai tanda bahwa kau sudah memaafkan ku._Astaga! Ternyata aku datang ke sini hanya sia-sia saja. Bahkan katanya, ia kini sedang tidur.Kata itu yang diucapkan oleh wanita yang tadi membukakan pintu untukku. Kalau Alyah sedang tidur.Tak ada yang perlu aku lakukan lagi toh, jika memang Alyah sedang tidur, tak mungkin juga aku menunggunya sampai bangun.Awalnya aku percaya, dan langsung izin pamit untuk kembali ke kantor. Tapi saat aku berniat untuk mengirim pesan kepada Alyah, ternyata dia sedang online.Wkwkwk, dia kurang pandai dalam berbohong.Dan saat aku meminta maaf melalui pesan singkat yang ku kirimkan padanya ia langsung sesegera mungkin offline dari aplikasi chet berwarna hijau itu. Haha lucu!Ternyata wanita yang sedang marah tak selalu menyeramkan seperti yang mereka katakan. Buktinya, aku masih bisa tertawa dengan tingkah konyolnya.[Nin, tanya ke Kakak iparmu, besok ada waktu nggak?] Tulisku yang langsung aku kirimkan pada Anin a
Mungkin rencana awal, untuk membatalkan perjodohan ini harus aku ulang lagi, aku tak ingin jika pernikahan nanti aku akan selalu makan hati.Mungkin dia lebih istimewa, rambut pirang, kulit putih, cantik, berdandan bak model. Sedang aku? Layaknya butiran debu dipinggir jalan.Foto yang kulihat memang tak begitu jelas. Namun kebersamaan mereka sudah membuat hatiku sedikit kecewa.Buka ... Bukan lagi sedikit, tapi, kini, aku memang sangat kecewa.Entah bang Genta melakukan apa, hingga Anin yang sebelumnya berada dipihakku, kini dia berada dipihak kakaknya.Namun tetap kutanggapi dengan tak mau pergi. Aku tak mau kejadian seperti itu terulang lagi.Jika kata pepatah, jangan mau masuk ke dalam lubang yang sama. Sebab kamu akan merasakan rasa saat yang sama.Ah? Apakah aku sakit, bukankah aku hanya kecewa saja!?Aku akan mengunjungi kantor Ayah, sekaligus belajar tentang perusahaan. Alasan itulah yang akh
_Jika dengannya aku pernah patah hati. Maka denganmu izinkan aku untuk terus jatuh hati_ “Semuanya totalnya 2.746.500 ya Kak.” Angka yang disebutkan mbak kasir terlalu sedikit nggak sih? Kalau cuma segitu, rencana membuat dompet bang Genta kemarau kan gagal. Uang segitu bagi bang Genta mungkin tak begitu berarti, aku yakin itu. Tapi jika menambah belanjaan lagi, bahkan kini sudah dua troli. Makanan-makanan yang aku beli juga sudah terlalu banyak, dan mungkin bisa dijadikan stok dalam beberapa Minggu. Dan dengan gagahnya, bang Genta mengeluarkan black card untuk membayar belanjaanku. Sungguh pria seperti itulah yang kini dijadikan sebagai tipe oleh wanita masa kini. Namun di lubuk hati terdalam, entah kenapa aku merasa risau melihat black card itu mulai digesek. “Paswordnya?” Ucap petugas kasir itu sembari menunjukkan alat gesek pada bang Genta. Dan menunggu beberapa saat, akhirnya belanjaanku sudah lunas dibayar. Huft ...untung.Apa yang aku khawatirkan ternyata tidak terjadi
“Kamu ingat, saat aku bercerita tentang wanita masa lalu? Tentang wanita yang meninggalkan aku, demi laki-laki yang katanya lebih kaya raya?”Alamak!“Ya ...” Apakah aku harus sedih mendengar ceritanya? Laki-laki sesempurna itu masih bisa patah hati.“Dia wanita yang aku ceritakan” Wow! Mantan lagi!“Tapi yang perlu kamu tahu, dia hanya bagian dari masa lalu Al, tidak lebih. Sudah tak ada rasa cinta lagi dihati untuknya. Bukankah kamu adalah masa depanku?”Apa itu, kenapa kalimat terakhir harus diucapkan. Dan lagi, kenapa matanya harus mengedip-ngedip seperti itu?! Bisa jatuh cinta kalau gini cerita mah!Aku tak mau langsung percaya dengan apa yang bang Genta ucapan. “Benarkah? Lalu, kenapa bahkan sampai lupa kalau Abang sudah janji mau mengajakku jalan?”Pertanyaan i