Share

Chapter 3

Ara mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku taman. Suasana begitu dingin di sini angin musim semi sudah mulai terasa. Seperti ingin membekukan tubuhnya yang hanya menggunakan sebuah kaos kebesaran.

Dengan tangan yang terasa dingin Ara memegang perutnya. Mengusapnya sebentar dan kembali menatap langit yang terlihat mulai menggelap.

Suasana kampusnya sudah sepi dan mungkin saja hanya dirinya yang berada di sini. Tetapi Ara memang sedang menikmati rasa kesepian dan kesendirian ini.

Sudah selama seminggu ini Ara senang sekali menyendiri hal itu selalu membuat ketiga temannya merasa khawatir. Tetapi Ara selalu mengatakan dirinya baik-baik saja.

Deringan ponsel Ara sukses mengalihkan perhatian Ara. Dengan cepat Ara merogoh tasnya dan menemukan ponselnya yang sudah berteriak-teriak ingin segera di angkat.

Di sana nama Cole muncul. Ara langsung melihat jam di ponselnya dan mengerang pelan. Dia sudah terlambat lima belas menit. Bagaimana bisa Ara sampai lupa jika hari ini ada jadwal kerja.

"Ya, Cole ?" jawab Ara dengan suara ringisan yang kentara. Helaan nafas dari Cole membuat Ara semakin tidak enak.

"Apa kau masih sibuk merenung ? Sudah waktumu untuk bekerja sayang" sahut Cole dan Ara terkekeh pelan.

"Aku akan segera ke sana" ucap Ara dan mendengarkan jawaban Cole sebelum menutup panggilan tersebut.

Ara mengambil tasnya dan memilih beranjak dengan segera. Sebelum Cole mengeluarkan tanduk di kepalanya. Jadi lebih baik Ara bergegas menuju tempat kerjanya.

*_*_*

Ara menatap ke sekitar supermarket jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah waktunya untuk menutupi supermarket ini. Menyisakan Ara dan juga Jule yang sedang mengambil topinya.

"Pulanglah, Jule. Hari ini aku yang akan menutupnya" ucap Ara dan Jule perempuan dengan kacamatanya itu terlihat tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Aku duluan. Hati-hati di jalan" ucap Jule dan Ara hanya mengangukkan kepalanya.

Ara memastikan jika sudah tidak ada orang yang masih ada di dalam supermarket ini sekali lagi. Sebelum mengambil tasnya di balik meja kasir.

Hingga suara pintu terbuka membuat Ara menoleh dan menemukan seorang pria dengan kemeja lengkapnya berdiri di depan pintu masuk.

Detak jantung Ara yang entah mengapa tiba-tiba berdegup dengan kencang. Bahkan lidah Ara seperti keluh dan sangat sulit untuk mengerakkan lidahnya.

Pria itu hanya diam saja berdiri di sana dengan menatapnya begitu dalam dengan wajah yang terlihat dingin seakan pria itu sama sekali tidak pernah tersenyum.

"Ehm... Maaf supermarket sudah tutup" ucap Ara setelah akhirnya bisa mengendalikan lidahnya yang tadi membatu.

Bukankah beranjak pergi pria itu malah melangkah mendekat dengan suara sepatu mengkilap terdengar memenuhi supermarket yang sudah sepi. 

"Apa kau mendengarkanku ? Kami sudah tutup" ucap Ara masih berusaha tetap tenang. Walaupun sejak tadi detak jantungnya sudah bertalu-talu.

Ara melirik ke bawah meja kasir berusaha mencari sesuatu yang bisa di jadikan senjata jika laki-laki di depannya ini berbuat ulah. Biasanya ada sebuah tongkat bisbol di sana tetapi entah mengapa tongkat tersebut tidak ada. 

"Ikutlah denganku, Casabelle" suara bass pria itu sukses membuat tubuh Ara membatu

Sebuah ingatan seperti sebuah rekaman langsung berputar mengulang segala hal yang membuat tubuh Ara bergetar.

Flashback

Dentuman musik memenuhi suasana Club yang penuh sesak dengan orang-orang yang sedang menikmati suasana malam yang begitu panas.

Musim liburan akan berakhir sebentar lagi jadi mereka memilih menghabiskan malam mereka dengan cara bersenang-senang layaknya anak muda pada umumnya.

Berusaha menjadi gila dengan meliuk-liukkan tubuhnya dan berusaha saling menggoda menarik perhatian satu sama lain.

Hanya seorang perempuan yang sedang sibuk dengan sebotol minumannya di meja bar tanpa berminat ingin bergabung dengan orang-orang.

Hingga tatapan matanya teralihkan menatap ke sekitar ruangan sebelum kembali ke gelas terakhirnya dan meneguknya sampai habis. 

Sepertinya ini adalah gelas terakhir untuknya malam ini jika tidak ingin teler ditemukan pingsan di lantai bar ini.

Tanpa di duga perempuan itu turun dari kursinya dan membalikkan badannya. Berjalan dengan berusaha menjaga segala keseimbangannya yang sudah menghilang sejak tadi.

Langkah mungilnya berjalan menuju pojok ruangan tempat dimana ada sofa yang hanya bisa ditempati oleh tamu VVIP saja. Bahkan saat ini tempat ini sedang dijaga oleh dua pengawal bertubuh kekar.

Seakan tidak memiliki rasa takut sama sekali perempuan itu tetap berjalan mendekat hingga salah satu penjaga maju untuk menghalangi jalannya.

"Anda tidak diperbolehkan kemari" ucap penjaga itu dengan galak tetapi sama sekali tak dihiraukan oleh perempuan itu.

Bahkan perempuan itu mendorong penjaga itu untuk menyingkir dengan kuat. Wajah yang memerah terlihat sudah sangat mabuk membuat semua orang saling bertatap heran.

Namun penjaga itu melihat sebuah tanda dari bossnya jika dibiarkan saja perempuan itu mendekatinya. Mau tidak mau mereka menganggukkan kepalanya dan kembali ke posisinya semula.

Dengan kaki yang hampir saja ambruk perempuan itu berjalan mendekat dan tersenyum tolol kearah pria berkemeja putih yang duduk dengan tegap di kursinya.

"Hey kau! Aku tau kau sejak tadi menatapku di sana" ucap perempuan itu sambil menunjuk ke berbagai arah dan tersenyum bodoh sekali lagi.

"C'mon jangan terlalu pemalu untuk berkenalan" lanjut perempuan itu sambil terkekeh keras.

Sedangkan pria berkemeja itu hanya diam saja dan tak mengatakan apapun. Perempuan itu sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan tatapan dingin itu.

Jika  orang lain yang mendapatkan tatapan seperti itu dan mengetahui siapa yang sedang berada di hadapan mereka. Sepertinya mereka akan lebih memilih menghilang saat itu.

"Perkenalkan, Aratha Casabelle yang sedang kau tatap sejak tadi" ucap Ara dengan senyuman super manisnya. 

 Bahkan tangan kanan Ara sudah terulur menandakan jika perempuan itu sedang mengajak berkenalan pria di depannya. 

Dengan tatapan dinginnya pria itu menatap tangan itu dan kembali menatap wajah perempuan yang terlihat memerah dari cahaya Club ini yang minim sekali.

Melihat jika pria itu tak memberikan respon apapun Ara menarik tangannya dan terlihat mendengus pelan. Sebuah kekehan muncul di bibirnya sebelum memperlihatkan wajah datarnya.

"Semua orang berlomba dekat denganku dan kau malah malu-malu untuk berkenalan denganku" teriak perempuan itu sekali lagi dengan menggelengkan kepalanya.

Suara keributan di belakang mereka membuat Ara membalikkan badannya dan melihat Dave yang sedang berusaha menerobos penjagaan ketat.

Tentu saja tidak seperti Ara yang dibiarkan lolos dengan mudah ternyata Dave malah dicegat dan tak dibiarkan maju selangkah lagi untuk mendekat.

Melihat temannya yang juga sedang teler ingin menjemputnya Ara melambaikan tangannya penuh semangat.

"Tunggu Dave. Aku sudah selesai, aku akan kembali" ucap Ara dengan kekehan pelannya sebelum berbalik menatap pria yang masih saja duduk dan menatap Ara.

"Baiklah. Perkenalan kita selesai karena pria itu sudah menungguku" 

Ara memegang dagunya dan menatap pria berkemeja putih itu dengan berani. Melihat dari atas hingga bawah seperti sedang menilai dengan sangat teliti.

Seperti jangan sampai ada yang tertinggal dan luput dari pandangan matanya saat sedang menilai. Sampai decakan keluar dari mulut Ara.

"Ya kuharap kau tidak usah malu-malu lagi mengajak berkenalan perempuan. Kau juga bukan pria jelek. Kau tampan" ucap Ara sebelum tawa lepasnya keluar seakan sedang melihat pertunjukkan yang lucu di depannya.

Pria itu memberikan tanda kepada penjaganya dan Dave langsung diseret untuk menjauh. Sebelum itu salah satu penjaga melayangkan satu pukulan yang membuat Dave pingsan seketika.

Ara membalikkan ingin beranjak pergi tetapi sebuah tarikan di tangannya membuat dirinya jatuh terjerembab di pelukan tubuh super kekar.

"Aku tidak akan malu-malu lagi" 

Itu adalah ucapan yang didengarnya sebelum sebuah bibir dingin menempel di bibirnya dan sebuah lumatan terasa ingin menghabiskan bibirnya malam ini.

*_*_*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status