Ara melangkah kakinya menyusuri koridor universitasnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua sore. Beberapa mahasiswa ataupun mahasiswi sudah beranjak pulang.
Hal itu membuat suasana universitas nya terasa berbeda daripada biasanya. Sedangkan Ara harus mengambil sebuah buku di lokernya untuk materi tugas terbaru untuk besok.Setelah itu Ara harus segera kembali ke tempat kerjanya. Weekend supermarket biasanya ramai dan Cole tidak akan senang jika Ara ijin terlalu lamaJadi Ara harus segera bergegas dan belajar dengan giat. Beberapa bulan ke depan Ara sepertinya dirinya tidak akan sendiri lagi.Perutnya akan semakin membesar dan ada seseorang yang harus dihidupinya. Selama bertahun-tahun terakhir Ara hidup sebatang kara tanpa kehadiran keluarga.Kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Ara adalah anak tunggal yang di titipkan pada bibinya.Semenjak kehadiran Ara di dalam keluarga Bibinya. Keluarga mereka semakin tidak beraturan. Bukan masalah ekonomi.Melainkan anak tunggal mereka, Lenny merasa tersaingi dengan kehadiran Ara. Jadi setelah setahun tinggal bersama dan Ara mendapatkan legalitas.Bibinya menyuruhnya untuk keluar demi kebaikan keluarganya. Jika kalian berpikir bibinya mengusirnya dengan cara kasar kalian salah.Adik perempuan ayahnya itu sebenarnya ingin agar Ara diberikan tempat tinggal di samping rumah mereka saja.Setidaknya mereka terpisah rumah tetapi bibinya tetap bisa memantaunya. Tetapi Ara cukup tau diri jika hal itu akan semakin membuat semuanya runyam.Jadi Ara memilih untuk pergi dan hidup secara mandiri. Bibinya yang memang tidak punya pilihan lain mau tidak mau menyetujuinya.Hal yang membuat Ara begitu terkejut adalah ternyata kedua orang tuanya meninggalkan warisan yang cukup banyak. Setidaknya mampu membiayai hidupnya sampai lulus kuliah tanpa bekerja sama sekali.Bibinya menyimpan hal itu hingga Ara mampu untuk menerima dan mengelola semuanya. Ara berpikir jika kedua orang tuanya tak meninggalkan apapun untuknya.Tetapi semua itu langsung terpatahkan dan membuat Ara semakin merasa kehilangan. Tetapi Ara sudah menerima semuanya dan hidup layaknya orang biasanya.Ara yang sibuk dengan pikirannya sendiri tak menyadari jika ada seorang pria yang berjalan di depannya. Hal itu membuat tubuh Ara langsung menabrak pria itu.Ara hampir saja terjatuh jika pria itu tidak memegang lengannya. Pria dengan kacamata dan juga topinya itu terlihat kaget."Maaf tidak sengaja" ucapnya dan Ara menggelengkan kepalanya."Tidak aku yang minta maaf" ucap Ara canggung dan pria itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.Pria itu membalikkan badannya dan berjalan kearah berlawan dengan Ara. Sialan! Bagaimana bisa Ara melakukan hal bodoh.Ara mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai ke tempat lokernya. Menyelesaikan segala tugasnya hari ini.*-*-*-Ara mendudukkan tubuhnya di meja yang sudah berisikan Dave dan juga Frank. Mereka semua sedang menunggu Clark. Perempuan itu sedang membeli minumSuasana cafetaria sedang sepi hari ini karena memang hanya jurusan tertentu yang disuruh untuk masuk. Ara menghela nafasnya dan menatap perutnya yang masih rata di balik bajunya.Hal itu tak luput dari pandangan mata Frank. Melihat wajah Ara yang berubah Frank memajukan badannya dan menepuk pelan pundak Ara."Apa yang kau pikirkan?" Tanya Frank dan Ara menatapnya.Dave yang melihat hal itu ikut menatap tanpa mengatakan apapun. Hingga Clark datang dan memberikan mereka minuman.Clark memberikan susu hamil berukuran ekonomis sekali minum untuk Ara. Dengan tertegun Ara menatap kotak susu yang ada di tangannya ini.Susu hamil yang akan diminumnya untuk jangka waktu yang cukup lama 9 bulan. Seluruh hidupnya akan berubah dimulai dari test kehamilan beberapa hari yang lalu.Dirinya tidak akan sebatang kara lagi. Akan ada bayi mungil yang mungkin akan mewarnai harinya ketika dia lahir di dunia ini.Tetapi Ara cukup tau jika semuanya tidak akan semudah itu. Memiliki anak bukanlah perkara yang mudah. Apalagi umurnya masih 22 tahun.Bahkan Ara tak berpikir jika dirinya akan dihadapkan dengan permasalahan seperti ini. Seharusnya juga Ara tidak sampai melakukan hal ini.Ara saja masih bingung hingga sekarang. Ingatannya tidak ada tentang bagaimana dia bertemu dengan pria itu. Pria yang bahkan wajahnya sendiri tidak diingat jelas oleh Ara.Ini tidak akan mudah dan sepertinya tidak akan pernah mudah. Ara bahkan pernah mendengar jika menjadi orang tua lengkap saja susah. Apalagi jika dirinya harus berdiri sendiri seperti ini.Dengan helaan napas yang sangat berat Ara menatap ketiga temannya yang ternyata sejak tadi juga menatapnya. Namun Ara terlalu sibuk dengan lamunannya sampai lupa akan hal itu."Sepertinya aku akan menggugurkannya"*-*-*Di lain tempat seorang pria itu sedang memegang erat gelas berkaki di tangannya. Begitu erat jika dan mungkin saja akan pecah jika di pegang dalam jangka waktu yang lama.Mendengar rekaman suara yang sangat jelas di dengarnya saat ini. Suara Ara begitu terngiang di ingatannya."Menggugurkan ya" bisik Pria itu dengan nada yang begitu dalam dan penuh amarah.Axton Ellard G.Pria pemilik perusahaan hotel bintang lima dan juga beberapa kasino mewah di Las Vegas. Di dunia malam namanya sangat terkenal.Semua orang pasti akan mengerti dengan Mr. Ellard yang selalu diagung-agungkan dewa dunia malam. Tempat hiburan yang dibangunnya selalu sukses dan menjadi favorit untuk menghabiskan malam.Tak hanya itu segala fasilitas mampu menyuguhkan apa yang diimpikan semua orang. Mampu membuat semua orang terpukau dan merasa puas.Dengan kekayaan yang tidak perlu di tanyakan lagi. Memiliki usaha Kasino di Las Vegas saja sudah mampu menghidupi anak cucunya."Maaf, Mr. Ellard. Bukankah itu lebih baik daripada janinnya dipertahankan ?" Ucap pria yang sejak tadi memang berdiri di depannyaMendengar percakapan yang keluar dari alat perekam yang sudah di selipkan anak buah Axton pada Ara. Bahkan sepertinya Ara tidak tau jika dirinya sudah disadap.Axton menatap Luc yang merupakan anak buahnya dengan tatapan datar. Luc hanya diam saja dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh bos besarnya.Hanya Luc saja yang berani untuk berdiri di depan Axton tanpa harus pingsan. Luc sudah menjadi tangan kanan Axton selama sepuluh tahun.Pria berusia 35 tahun itu merupakan atasan yang sangat loyal dengan siapapun yang berani loyal dengan pria itu.Tetapi Luc juga tau jika bosnya ini bukanlah orang yang lemah lembut. Bahkan Axton sama sekali tidak pandang bulu jika memang ingin menghancurkan seseorang.Tidak ada kata ampun."Dia bukan janin. Dia anakku, Luc" ucap Axton mantap yang membuat Luc terlihat terkejut bukan main.Ucapan Axton menandakan jika pria itu menerima kehadiran bayi ini. Semua orang tau jika Axton sama sekali tidak berniat menikah ataupun memiliki anak.Namun beberapa bulan yang lalu Axton kehilangan kontrol dan memilih bermalam dengan perempuan yang baru ditemuinya.Jika Axton ingin melampiaskan hasratnya. Axton lebih memilih untuk 'memesan' terlebih dahulu. Memastikan segala hal dengan pasti.Namun perempuan mungil yang memeluknya kemarin sukses membuat Axton seperti kehilangan arah dan kontrolnya.Berakhir dengan Axton yang menyeret Ara untuk naik ke atas ranjangnya. Jangan bertanya kenapa Axton melakukan hal itu karena memang Axton sendiri tidak tau tentang hal itu"Bagaimana jika sampai ayah anda tau ?" Ucap Luc yang membuat Axton menatap Luc sekali lagi dengan tatapan yang lebih dingin."Pria itu tidak akan tau"Axton berdiri dari kursi kekuasaannya dan membuat Luc memundurkan langkahnya bersiap akan mengikuti segala perintah Axton"Kita pergi menjemput perempuan itu. Aratha Casabelle"Axton menatap sebuah map terbuka yang menampilkan sebuah profil dengan beberapa foto tentang sosok Aratha Casabelle atau Ara.*-*-*Ara mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku taman. Suasana begitu dingin di sini angin musim semi sudah mulai terasa. Seperti ingin membekukan tubuhnya yang hanya menggunakan sebuah kaos kebesaran.Dengan tangan yang terasa dingin Ara memegang perutnya. Mengusapnya sebentar dan kembali menatap langit yang terlihat mulai menggelap.Suasana kampusnya sudah sepi dan mungkin saja hanya dirinya yang berada di sini. Tetapi Ara memang sedang menikmati rasa kesepian dan kesendirian ini.Sudah selama seminggu ini Ara senang sekali menyendiri hal itu selalu membuat ketiga temannya merasa khawatir. Tetapi Ara selalu mengatakan dirinya baik-baik saja.Deringan ponsel Ara sukses mengalihkan perhatian Ara. Dengan cepat Ara merogoh tasnya dan menemukan ponselnya yang sudah berteriak-teriak ingin segera di angkat.Di sana nama Cole muncul. Ara langsung melihat jam di ponselnya dan mengerang pelan. Dia sudah terlambat lima belas menit. Bagaimana bisa Ara sampai lupa jika hari ini ada jadwal kerja."
"Kau mengingatku, Casabelle ?" Ucapan pria di depannya ini membuat Ara terkejut dan memundurkan beberapa langkahnya."Namaku Ara, bukan Casabelle" ucap Ara dan sebuah senyuman muncul di sudut bibir pria itu."Aratha Casabelle" sahut pria itu lagi yang membuat Ara meneguk ludahnya dengan susah payah."Apa maumu ?" Bisik Ara yang tentu saja diyakininya mampu di dengarkan oleh pria di depannya.Axton memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku dan memperhatikan sekitar. Suasana begitu sepi dan hanya mereka berdua yang ada di sini.Apakah ini tempat dimana perempuan ini bekerja selama beberapa tahun terakhir ? Pekerjaannya membuat Axton tidak bisa langsung terbang menjemput Ara.Axton harus menunda keberangkatannya selama dua Minggu. Sebenarnya pekerjaannya hingga saat ini belum selesai. Tetapi anak buahnya baru mengabarkan jika Ara baru saja dikabarkan menghilang dari intaian anak buahnya. Mereka menduga jika Ara hanya di dalam rumah. Tetapi mereka salah ketika Ara datang bersama teman-t
Ara menatap pria dengan jas mahalnya itu melangkah masuk ke dalam kamar ini. Belva langsung membungkukkan badannya hormat dan melangkah mundur.Belva memilih untuk beranjak dan keluar dari kamar. Menyisakan Ara dan juga pria yang sama sekali tak diketahui namanya ini.Tetapi satu hal yang Ara tau jika pria di depannya ini adalah dalang yang membawanya kemari. Menculik dan mengurungnya tanpa sebab."Apa maumu ?" Ucap Ara dan pria itu memberikan senyuman kecilnya.Mood Ara untuk menyantap makanan itu langsung lenyap seketika. Pria ini sudah datang pasti karena tau jika Ara sudah bangun dan mungkin akan berulah."Cukup simpel, menikah dan lahirkan anakku dengan sehat" ucapan Axton sukses membuat Ara memegang perutnya."Bagaimana kau tau ?" Cicit Ara dan Axton hanya tersenyum kecil dan berjalan mendekati sofa tepat di seberang Ara.Suara langkah kaki pria itu menggema di lantai yang dingin dan kamar yang senyap ini. Hal itu mengingatkan Ara tentu kejadian kemarin malam ketika di super mar
"Calm down Axton. Aku hanya mampir sebentar" ucap pria di depan Ara yang semakin membuat Ara bingung bukan main.Axton ? Austin ? Siapa mereka ?Ara menyadari satu hal jika kedua pria ini memiliki wajah yang sama seperti. Bahkan Ara sama sekali tidak bisa membedakan mereka. Oh kecuali dari baju mereka.Satu berpakaian casual dan satunya lagi berpakai formal. Ara menatap pria berpakaian formal itu yang melangkah dengan cepat menghampirinya."Pergi dari kamarku sekarang!" sentak pria tersebut yang membuat Ara tersentak kaget. Bahkan pria di depannya itu langsung memucat dan menganggukkan kepalanya sebelum berlalu pergi."Axton?" Gumam Ara yang membuat Axton langsung menoleh dan menatap Ara."Kenapa ?" Jawab Axton dan Ara terlihat kagetJadi pria di depannya ini bernama Axton. Pria yang tidur dengannya. Oh sebentar siapa yang tidur dengannya malam itu."Kau atau dia yang tidur denganku ?" Pertanyaan bodoh Ara sukses membuat Axton memincingkan matanya marah."Kau bahkan tak bisa mengenali
"Apa kau yakin melakukan ini, Axton ?" Ucap Melly yang membuat Axton meliriknya dengan tatapan dingin.Mereka saat ini sedang berada di jet pribadi milik Axton yang sedang terbang menuju Las Vegas. Sudah terlalu lama Axton mengundur keberangkatan mereka.Perusahaannya tidak bisa di tinggalkan lebih lama lagi. Banyak pekerjaan yang menantinya. Lagian hasil sudah keluar dan mengatakan jika Ara baik-baik saja jika melakukan penerbangan.Austin sudah kembali ke Las Vegas dua hari yang lalu. Melly yang memang sedang disewa oleh Axton mau tidak mau harus tetap tinggal."Kau kusewa bukan untuk berkomentar" ucap Axton tajam yang membuat Melly memutar matanya.Melly cukup mengenal bagaimana prilaku Axton walaupun dirinya adalah sahabat Austin. Kedua kembaran itu memiliki paras yang sama tetapi memiliki sifat yang sangat berbeda.Axton cenderung lebih kasar, dingin dengan segala sikap arogannya. Sedangkan Austin lebih tenang dan memiliki sikap yang ramah dengan siapapu
Pintu di buka membuat Ara menoleh dan menemukan sosok perempuan yang sedikit familiar di ingatannya. Hingga memori Ara berputar kembali dan membuatnya ingat dengan perempuan di depannya."Kau dokter itu!" Ucap Ara dan Melly tersenyum mendengarnya.Perempuan itu berjalan masuk dan mendekati ranjang. Hingga sebuah kernyitan muncul di dahi perempuan itu."Pria brengsek" gumam Melly yang membuat Ara menatapnya dengan wajah bingung.Melly mendekati ranjang dan menaruh tas miliknya di bawah ranjang sebelum berbalik tanpa mengatakan apapun.Perempuan itu keluar kamar dan menghilang untuk beberapa menit. Sebelum kembali dengan seorang pria yang terlihat murung seperti baru saja di omeli."Katakan dengan bos bodohmu! Bagaimana bisa dia memborgol perempuan hamil" Omelan Melly meluncur dengan mulus yang membuat Ara paham siapa yang baru saja mengomeli pria itu.Dengan cepat pria itu melepaskan borgol di tangan Ara. Rasa lega langsung menghampiri Ara, setidaknya tang
Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.Axton menepati janjinya.Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara."Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk. Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.Bagaimana Ara bis
Axton membuka pintu mobilnya dan menemukan salah satu pengawalnya ada di samping mobil. Pria itu menundukkan tubuhnya hormat pada Axton.Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Pekerjaannya hari ini sangat menyita waktu dan tenaga. Kenapa juga banyak permasalahan akhir-akhir ini. Membuatnya semakin lelah saja."Bagaimana keadaan rumah ?" Ucap Axton yang membuat pengawal itu mendongak dan berdehem sebentar."Semuanya aman, Mr. Ellard. Tidak ada yang mencurigakan" ucapnya lancar dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton berjalan menuju pintu tepat ketika mobilnya bergerak maju dipindahkan ke garasi rumahnya.Axton membuka pintu di depannya dan berjalan pelan di antara kegelapan di rumahnya ini. Jam sudah malam dan setiap sudut rumah pasti akan gelap gulita.Namun kali ini terasa beda. Kenapa ruang keluarga terlihat lampunya masih menyala. Tidak mungkin jika pelayan berani-beraninya menonton televisi di sana.Axton berdecak kesal dan berjalan menuju ruang keluar