Pagi-pagi sekali Ibu sudah membangunkanku lebih pagi dari biasanya. Kulirik jam dinding dimana waktu masih menunjukan jam 7 pagi hari. Ini asalah hari sabtu atau tepatnya hari libur. Setelah selewai shalat shubuh tadi, aku kembali merebahkan diri diatas kasur dengan tubuh dirungkupi selimut tebal yang membantuku memberikan kehangatan.
"Ada apa sih, Bu?" Tanyaku dengan mata yang masih tertutup dan nyawa setengah sadar.
"Bangun dulu tuh ada temen nya."
Bukannya bangun, aku semakin merapatkan tubuhku dan mempererat pelukanku pada guling kala mendengar nama 'teman' disebut. Teman mana pula yang datang sepagi ini di hari libur.
"Paling Abay kan? Suruh pulang aja bu, semalam Leyka gadang masih mau tidur."
"Oh yaudah."
Ibu pergi setelah gagal membangunkanku, selimut yang tadi sempat tersibak kembali kutarik untuk melingdungi diriku dari dinginnya udara pagi.
Baru juga aku kembali terlelap dalam mimpi, suara Ibu sudah terdengar ny
"Wihh pake parfum banyak banget gitu." Ibu datang dan langsung mengkritik ku yang memang menggunakan parfum hampir setengah botol."Iya hehe." Aku tidak ada kata lain selain cengengsan."Yang pria kemarin itu siapa Ley?"Aku menghentikan aktivitas menata diriku dan mencoba mengingat siapa pria yang Ibu maksud."Ohh yang itu, Leyka ingat. Namanya Max bu, temen baru Leyka."Aku dan Max sudah berjanji tidak akan memberitahukan pasal hubungan palsu kami pada Ibu. Bukan apa-apa, aku takut Ibu tidak setuju kalau kami berbohong mengenai hubungan kami, sementara kalau aku mengatakan bahwa aku pacar nyata Max aku takut Ibu malah menyuruh Abay untuk menyelidiki Max lebih jauh karena kami belum saling mengenal dalam jangka waktu lama.Maka dari itu ada baiknya jika aku hanya diam saja dan mengatakan bahwa Max hanya sekedar berteman denganku. Tidak lebih dan mungkin tidak akan pernah lebih."Ohh. Anak nya sopan yah, Ibu suka."Prasangka ku
"Bay?""Hmm?""Cuek gitu.""Masalah?""Ya nggak sih."Dari tadi aku terus memperhatikan Abay makan tapi ia sama sekali tidak memperhatikanku hingga aku jera sendiri."Gue cuman mau ngomong nanti siang jangan ke rumah."Setelah berkata begitu, barulah ia menghadapku dan menghentikan aktivitasnya memakan gehu."Kenapa?" Tanyanya dengan alis yang mulai meruncing."Gue mau pergi sama Max.""Kemana?""Rumah sakit.""Oh."Tidak hanya kata saja yang dingin, ia juga ternyata enyah dari hadapanku beserta mangkok bakso yang menjadi menu makan siangnya.Sejauh ini aku masih belum nengerti pada tingkah aneh mereka berdua. Maksudku Predi dan Abay.Disaat aku sedang fokus memikirkan apa yang menimpa Abay dan Predi, orang yang menurut Ina penyebab kebakaran ini terjadi datang. Ya, dia adalah Max.Tanpa izin lagi, dia duduk disampingku dengan membawa dua mangkok mie.Kini sem
Aku kembali pulang ke rumah dengan diantar Max. Ia benar-benar baik. Baik di depan Ibu nya maupun di belakanh Ibu nya, ia selalu murah senyum dan seseoali mengajak ku berbicara, tidak ada kecanggungan diantara kami berdua."Gak usah repot-reoit nganterin, gue bisa pulang naik ojek." Aku menghentikan langkahku sesaat untuk sekedar menolak tawaran Max, aku hanya takut merepotkan dirinya."Gakpapa. Gue yang bawa lo kesini maka gue juga yang harus bawa lo pulang.""Gakpapa kok. Mungkin lo mau nemenin tante Puji aja?" Tanyaku padanya."Gakpapa, Mamah lagi istirahat. Gue mau nganterin lo aja."Sebuah keputusan yang tidak bagus untuk dibantah. Karena itu akhirnya aku menyetujui usulnya untuk mengantarkanku pulang karena ia sendiri yang mau dan merasa tidak direpotkan.Kami tidak banyak bicara sepanjang perjalanan, hanya sesekali saja Max mengajak ku berbicara."Leyka?" Tanyanya dengan setengah berteriak."Ya?' Jawabku."K
Namanya Esa. Nama panjangnya Esa Juniansyah, umurnya sudah menginjak 18 tahun. Hanya beda beberapa bulan saja dengan ku. Esa lahir di bulan Juni. Itulah mengapa terdapat kata 'Juni' di dalam namanya. Kata ibunya agar orang-orang tahu bahwa Esa lahir di bulan Juni.Aku memiliki nama panggilan ku tersendiri untuk Esa, yaitu Abay. Entah kenapa aku sangat nyaman saat memanggilnya Abay dibandingkan Esa. Menurutku nama Esa terlalu bagus untuk orang sepertinya yang memang badboy, jahil dan pecicilan.Kuakui Abay (Esa) orangnya tampan. Tapi stt, aku tidak pernah bilang begitu kepadanya. Abay adalah orang yang memiliki tingkat kepedean paling tinggi di dunia ini. Sekalinya ku panggil dia tampan, hidungnya akan langsung terbang dan ia akan langsung menjadi arrogant. Maka dari itu, sekalipun dia tampan dan keren aku selalu memanggilnya si jelek dan lusuh.Aku dan Abay sudah berteman cukup lama. Bahkan sangat.... lam
Jangan salah, meski aku orang miskin dan ibu orang kampung, kami tidak kampungan. Bahkan ibu memberi ku nama yang cukup bagus, keren dan modern.Namaku Leyka, Leyka Mutiara Anatasya. Teman-teman ku biasa memanggilku dengan nama Leyka atau Tiara. Ada juga yang memanggilku Tasya. Keren bukan?Tapi, dari sekian banyak nya nama panggilan keren yang tercantum di dalam nama panjangku. Abay justru memanggilku dengan sebutan 'Debi'. Aku sendiri tidak tahu kenapa ia memanggilku dengan sebutan itu.Suatu hari pernah kutanya kenapa ia memanggilku 'Debi' dan inilah jawabannya."Karena kamu memanggilku Abay.""Memangnya kenapa kalau aku memanggilmu Abay? Dan apa hubungannya dengan Debi? Apa Abay dan Debi seperti kisah Romeo dan Juliet atau Rose dan Jack?" Tanya ku kala itu."Bukan. Aku memanggilmu Debi dan kau memanggilku Abay. Kalau disingkat jadi Debay, lucu bukan?" Gumamnya sambil tersenyum.Aku mengernyitkan dahi tanda tak mengerti. Abay
"Leyka, mamah mu gimana kabarnya?" Tanya tante Juwita, mamah Abay.Ibuku sudah beberapa hari ini sakit, jadi dia tidak bisa bekerja. Alhasil, mamah Abay menyewa pembantu sementara karena aku sendiri tidak bisa menggantikan ibu untuk bekerja disini. Aku harus sekolah, dan sulit membagi waktu.Lagipula, ibu Abay sendiri tidak mengijinkanku untuk bekerja. Ia menyuruhku untuk fokus sekolah."Sudah mendingan tante." Ujarku sambil sedikit tersenyum."Mah, Abay jalan yah."Tanpa salam, tanpa cium tangan, Abay main keluar rumah begitu saja dan menghiraukan ibunya yang jelas-jelas saat itu ada disana."Woy Abay! Salam dulu sama tante!" Ujarku sambil mengejar Abay yang sudah diambang pintu."Udah telat Deb, harus konser nih." Ujar Abay lagi.Abay memiliki sebuah group band bernama "Rising Star" dimana mereka tampil di Mall-Mall. Band ini bukanlah band dari sekolahan.Abay adalah seorang gitaris dan juga vokalis. Suaranya dan
"Assalamualaikum bu."Aku pulang dengan langkah terhuyung, aku pulang menggunakan angkutan umum. Masih terngiang-ngiang dibenak ku bentakan Abay tadi.Aku pulang meninggalkan Abay yang tadi masih sibuk dengan konsernya. Aku sudah tidak perduli lagi dengan dia, lagipula tadi dia sudah mengusirku."Leyka? Kenapa? Kok mukanya kusut begitu?" Ibu menyadari muka ku yang memang kusut dan lusuh itu."Gak apa-apa bu. Leyka cuman kecapean aja."Saat itu ibu sedang sakit dan pasti kepalanya pusing. Aku tidak ingin memperunyam keadaan dan membuatnya tambah sakit, makannya aku tidak mengatakan masalahku dengan Abay. Karena aku tahu ia pasti khawatir kalau tahu soal itu."Oh, Esa nya mana?"Abay biasanya selalu mampir ke rumahku untuk bertemu dengan ibu. Karena dulu, saat kedua orang tua Abay sibuk bekerja, ibulah yang selalu ada untuk Abay. Jadi wajar saja jika Abay menyanyangi ibuku lebih dari ibunya sendiri.Bisa tahu bukan
"Assalamualaikum tante."Saat urusan rumah sudah selesai, saat aku sudah makan dan memastikan ibu baik-baik saja aku langsung tancap gas menggunakan angkutan umum pergi ke rumah Abay yang rumahnya tidak jauh dariku. Sebenarnya biasanya aku jalan kaki, hanya saja saat ini aku sedang buru-buru, aku ingin segera menemui Abay."Masuk Ley."Setelah dipersilahkan seperti itu oleh tante Juwita, aku langsung saja masuk.Memang rumah Abay sudah seperti rumahku sendiri. Sekalipun tidak ada yang menjawab atau mempersilahkan ku masuk, biasanya aku akan langsung masuk."Abay nya mana tante?" Tanyaku pada tante Juwita yang pada saat itu sedang sibuk bergulat dengan laptopnya diruang tengah."Tuh dikamar." Ujarnya tanpa melirik ku sedikitpun.Aku memang bukan seperti tamu saat dirumah Abay. Bahkan terkadang, kalau aku haus aku langsung saja ke dapur dan mengambil minuman sendiri.Setelah bersalaman dengan tante Juwit